Selasa, 28 April 2009

Maklumi Rumitnya Menanam Raksasa High Density

Di pertigaan SPBU Ahmad Dahlan jalanan macet. Kepala pengendara sepeda motor yang belum tahu ada galian berebut mencari jawaban ada apa gerangan. Apakah ada kecelakaan serius sehingga jalan protokol nan padat ini macet.
Jalanan mulus yang lebar itu sedang dibelah untuk galian pipa lentur high density ”raksasa” berdiameter 500-800 mm. Proyek pipanisasi PDAM yang dikelola PT Promits ini menjangkau wilayah Kota Pontianak sekira 14 km.
Dalam sebuah ekspose setahun yang lalu (16/4), pejabat Walikota Buchary sudah wanti-wanti akan adanya gangguan di jalan raya. Jalan yang dibelah itu Imam Bonjol, Budi Karya, Veteran, Ahmad Yani, Ahmad Dahlan, Wahid Hasyim, Koyoso, dan Ali Anyang. ”Diperkirakan kegiatan pekerjaan ini akan berpengaruh pada kelancaran dan kenyamanan berlalulintas,” kata Buchary yang didampingi Direktur PDAM saat itu Masriatno dan Werry Syahrial dari PT Promits.
Dalam ekspose tersebut dihadirkan seluruh unit kerja di lingkungan Pemkot Pontianak, hingga lurah dan camat, juga Kasat Lantas Poltabes. ”Sosialisasi sejak awal diharapkan agar masyarakat memahami kondisi kegiatan ini, dan kelancaran pemasangan perpipaan juga dijamin tepat waktu,” kata Buchary.
Kenyataannya menanam si hitam kelam itu tidaklah gampang. Membelah aspal berbatu butuh tenaga ekstra yang tak cukup siang dan malam. Target waktu belum terpenuhi.
Hingga kini tujuan melayani konsumen PDAM agar lebih berkualitas belum tuntas-tuntas. PT Promits sudah bekerja keras, tetapi kemacetan tak terhindari sehingga butuh toleransi.
Ketua Komisi B DPRD Kota Pontianak, Ardiansyah meninjau penggalian pipa PDAM di Jalan Alianyang, Rabu (11/3). Ia mendesak agar Dinas Pekerjaan Umum (PU), PDAM dan pelaksana proyek segera menutup galian dan memperbaiki jalan yang rusak akibat galian.
"Kami mendengar keluhan masyarakat. Jalan ini sudah banyak makan korban. Bahkan saya saksikan langsung, tiga jam saya berdiri di sini beberapa kali terjadi kecelakaan. Kalau tidak segera ditutup maka akan banyak lagi korban," kata Ardiansyah.
Walikota yang kini menjabat, Sutarmidji juga menjadi sasaran kemarahan masyarakat. Risau dengan kekesalan yang diarahkan kepadanya, Ia meminta kontraktor segera menutup jalan-jalan yang telah dibongkar dan dipasang pipa raksasa.
Dengan aksen Melayu kental Sutarmidji mengatakan, "Daripade saye dileterkan masyarakat, ditelepon teros. Jalan jadi macet, masyarakat tak bise gunekan. Lebih baek saye suroh kontraktor nutopnye."
Sutarmidji mendesak tanggung jawab pelaksana. "Itu urosan PDAM. Yang jelas jalan haros segere diselesaikan," tegas Sutarmidji.
Kepala Dinas PU Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono yang mendampingi Walikota mengatakan seharusnya kontrak pengerjaan galian tersebut telah berakhir 12 Maret 2009. Namun, hingga saat ini belum ada tanda-tanda selesai. "Nanti kita akan bicarakan dengan PDAM," kata Edi.
Mengenai perbaikan jalan yang rusak akibat dari pelaksanaan galian, Edi mengatakan merupakan tanggung jawab pelaksana proyek. "Sudah ada perjanjian sebelumnya ditandatangai di atas materai. Kecuali trotoar, itu tanggung jawab kita (Dinas PU, red)," jelasnya.
Informasi lain menyebutkan Walikota mentoleransi dua bulan sejak 12 Maret. Artinya jatuh tempo masih ada 14 hari. Hari-hari yang rumit bagi PT Promits.





Baca selengkapnya..

Minggu, 26 April 2009

Magang Jurnalistik Lintas Negara



Sejak Borneo Tribune terbit 19 Mei 2007, animo sejumlah lembaga untuk mengirimkan peserta didiknya untuk praktek berdatangan dari dalam maupun luar negeri. Daftar peserta magang itu ibarat pendaftaran jamaah haji, waiting list.
Sebagai contoh saat ini sedang magang 3 mahasiswi jurusan dakwah, komunikasi penyiaran Islam, kampus STAIN Pontianak. Mereka adalah Hanisa Agustin, Dian Kartika Sari dan Hardianti. Magang pula seorang mahasiswi jurusan Studi Asia asal Bonn University, Jerman, Stephani Jung.
Kalau mahasiswi STAIN magang pemberitaan/jurnalistik sejak 11 Maret-10 Mei, Stephani yang kerap disapa Stefi memulainya sejak dua Minggu yang lalu hingga Juni mendatang.
Sebelumnya empat mahasiswa-mahasiswi Bonn University menyelesaikan magang jurnalistiknya selama 3-6 bulan. Mereka adalah Sena Waldelich, Dorina L Schulte, Mathias Waldmeyer dan Christian Stegmann. Untuk mahasiswa-mahasiswi di Kalbar tak terhitung banyaknya. Sementara itu jadwal magang hingga beberapa bulan ke depan juga sudah penuh untuk yang strata satu maupun diploma.
Pembaca, kami tidak heran jika besar sekali animo belajar jurnalistik di Borneo Tribune. Alasannya karena media ini berpijak pada idealisme, keberagaman dan kebersamaan. Titik tekan pemberitaannya adalah pendidikan.
Kedua, Borneo Tribune juga mempunyai lembaga pendidikan nirlaba bernama Yayasan Tribune Institute (YTI). Bahkan lewat lembaga ini telah diteken MoU antara Untan, Unibonn dan Tribune Institute. Kami berkolaborasi menggunakan ilmu komunikasi dan jurnalistika dalam memindai pembangunan yang demokratis.
Hanisa sebagai salah satu peserta magang mengakui sejak pertama mengikuti program magang mempunyai pengalaman berbeda daripada belajar di kampus. ”Belajar di institusi pers berkenaan langsung dengan masyarakat. Kita belajar dengan masyarakat yang heterogen,” imbuhnya.
Hanisa juga mengikuti pelatihan Quick Count yang diselenggarakan antara Borneo Tribune dan Tribune Institute serta CIRUS Jakarta. Ia mengatakan pengalaman belajar di HBT dan YTI sangat besar dan menyenangkan.
Komentar serupa juga datang dari Dian Kartika Sari dan Hardianti. ”Kami suka belajar secara langsung. Apalagi reporter dan redakturnya tidak pelit berbagi ilmu,” kata keduanya.
Akan halnya Stefi. Bule yang ayah bundanya diplomat di Bosnia ini mengakui punya pengalaman berbeda di Kota Pontianak. Dia pada Jumat-Sabtu kemarin mengikuti sebuah pelatihan di desa. ”Saya suka pengalaman unik di desa. Desa di sini jauh lebih hebat keindahannya ketimbang pengalaman saya di India,” ungkapnya.
Stefi memang hobi traveling. Dia selain pernah 6 bulan di negeri Gandhi, juga di Laos. ”Saya akan berusaha belajar sebaik mungkin di Borneo Tribune dan Tribune Institute,” katanya seraya bangga di kedua lembaga ini dia banyak dapat ilmu serta wawasan baru. Stefi juga akan tampil sebagai pembicara dalam seminar internasional dalam hajatan Golden Anniversary Untan, medio Mei mendatang. Semua kesempatan kami buka bagi para peserta magang sesuai jejaring HBT-YTI.
Pembaca, semua kesempatan yang kami buka itu adalah dalam rangka persahabatan. Apa sih arti hidup dan kehidupan ini tanpa persahabatan? Oleh karena itu yok, mari kita bersahabat dan pererat tali persahabatan. Tak terkecuali persahabatan lintas negara via jurnalistika.



Baca selengkapnya..

Clara, Profesional di Fashion karena Pressure Mama


Pemilik umur 31 nan cantik ini berbinar-binar bola matanya ketika ditanya awal mula kisah suksesnya di blantika fashion show. Pasalnya, jelita alumni Tri Sakti ini mengaku alumni Fakultas Teknik jurusan Teknik Sipil.
”Aku kayaknya kagak cocok deh ke fashion, jurusannya saja teknik, sipil lagi,” ungkap Clara Niken pemilik butik fashion di Cempaka Putih, Jakarta, Jumat malam lalu.
Clara yang malam itu mengenakan stelan baju hitam mengakui bahwa hobby mendasarnya adalah piano. Ia bahkan mengajar piano di sejumlah kursus. ”Dari hobby ini Aku sudah dapet uang. Sesekali juga tampil di lounge hotel seperti di Ritz Charlton. Posisinya ngegantiin guru private musikku kalau mereka berhalangan,” akunya.
Clara yang punya jiwa seni ini memang bertubuh mungil. Katanya, sewaktu praktikum teknik sipil, kalau ngaduk semen, para pekerja tidak percaya ada mahasiswi mungil di jurusan teknik. ”Lho, Pak Habibie juga mungil,” kata saya.
”Saya jadi ngak PD (percaya diri, red) kalau jadi pekerja profesional teknik sipil. Ntar pegawai atau pekerja saya kagak patuh lagi, maklum tubuh mereka gede-gede. Kalau Pak Habibie kan cowok,” ujar Clara yang beraksen Betawi Jakarta.
Clara adalah anak sulung dari empat bersaudara. Dia memilih teknik sipil karena ayahnya merupakan praktisi teknis. Adik-adiknya sendiri memilih ilmu sosial seperti psikologi.
Tetapi ilmu tak ada yang tidak berguna. Terbukti ilmu rancang bangunan juga berguna bagi rancangan pakaian. Clara Niken telaten menyulam sendiri aneka gaun pengantin, bahkan gaun pesta anak-anak.
”Semula Saya tidak yakin nyemplung di dunia fashion, terlebih karena jurusan kuliah Saya di teknik sipil. Tetapi mama mendorong Saya ambil kursus menjahit di masa akhir kuliah. Akhirnya ilmu itu bermanfaat dan dapat Saya kolaborasikan,” timpalnya seraya menikmati aneka sajian makan malam ala RedBean, Mega Mall.
Pemilik tubuh kuning langsat dan rambut set ini telah menggeluti fashion show sebagai desainer sejak 11 tahun yang lalu. Pahit getir wilayah kerja pro yang satu ini telah banyak Dia rasakan. Antara lain sempat tiga kali akan gulung tikar. Apa sebab musababnya?
Menurut Clara, asal muasalnya adalah SDM. ”Saya mempekerjakan lima karyawan. Mereka sempat ada yang keluar, Saya pun jadi lemah. Tetapi karyawan itu tak lama kembali lagi sehingga kami dapat teruskan pekerjaan. Memang mungkin begitu jodohnya.”
Kini butik Clara cukup besar. Dia melayani sendiri order dibantu staf-stafya. Nilai paket yang ditawarkan berkisar Rp 4 juta up. Tergantung jumlah busana, kelengkapan busana dan fotografinya.
Kehadiran Clara di Pontianak dalam rangka melihat potensi fashion di daerah ini. Dia yang berhati mulia ini juga hendak menggalang malam amal bagi sejumlah lembaga-lembaga sosial. ”Saya ingin setiap daerah tiada konflik anarkis, melainkan seni budaya bisa bersatu padu dalam karya fashion show,” imbuhnya.
Clara menunjukkan sejumlah album foto karya-karya busananya. Selain untuk pesta perkawinan, juga untuk aneka pesta formal, informal, maupun non formal.
Lantas apa komentar mama melihat putrinya kini ”jadi orang” di dunia fashion Indonesia? ”Kata Mama,” ungkap Clara menjawab, ”Akhirnya Kamu dapatkan juga kehidupanmu.” Dan kami semua tersenyum. Mama begitu berarti.


Baca selengkapnya..

Senin, 20 April 2009

Hermawan Bangga Kalbar Provinsi New Wave Marketing


Tepuk tangan mengembang manakala President MarkPlus Hermawan Kartajaya menyebutkan bahwa Kalbar adalah contoh konkret “New Wave Marketing,” konsep baru dalam seminar di Restoran Gajahmada, Senin (20/4) kemarin. “Kalbar berhasil melaksanakan pesta demokrasi dengan aman dan damai, meskipun yang terpilih adalah pasangan yang punya diferensiasi tinggi,” ungkapnya.
Yang dimaksud “Ayatollah Perbankan Syariah Indonesia” ini adalah terpilihnya Cornelis, berpasangan dengan Christiandy Sanjaya, pada Pemilu Gubernur November 2007 lalu. “Seperti Face Book, ia berkembang tanpa membeda-bedakan agama, etnis, golongan, bahkan laki-laki maupun perempuan. Jika seseorang ingin sukses dalam politik, maka dia harus bisa tampil excellent (memuaskan, red) dalam segala komunitas,” timpal Hermawan yang tadi malam tampil dengan jas lengkap warna gelap dipadu kemeja bergaris-garis hitam.
Pria yang masuk 50 guru marketing terbaik dunia ini juga mencontohkan Obama yang terpilih secara aklamasi sebagai Presiden Amerika. Katanya, Obama mempunyai pola komunikasi horizontal yang sangat baik. “Dia adalah contoh new wave marketing. Bahkan saat berdialog dengan Yugo Chavez pun Chavez tidak bisa apa-apa. Kenapa? Ya, yang Obama berikan adalah cinta,” ungkapnya.
Hermawan menegaskan bahwa setiap orang adalah marketer. ”Partai Demokrat itu sangat pintar. Sedikit keluar uang tapi menang besar. Begitupula PDIP di Kalbar.”
Sebagaimana di Kalbar yang pernah dilanda konflik etnis, new wave sudah terjadi di Indonesia pasca jatuhnya Presiden Soeharto. “Hanya saja keberuntungan Indonesia yang tidak terimbas krisis keuangan global adalah karena rahmat Tuhan, bukan by design (dirancang/direncanakan, red),” ujarnya disambut gelak tawa hadirin. “Indonesia adalah bangsa yang beruntung,” timpalnya.
“Indonesia sudah lama menjadi negara dengan konsep new wave, buktinya di Kalbar bisa terpilih gubernur dan wakil gubernur kendati minoritas. Kalbar mesti bangga. Demokratis tapi damai,” tutur Hermawan yang merupakan konsultan internasional dengan membuka kantor MarkPlus di Kuala Lumpur dan Singapura, selain sejumlah kota besar di Indonesia.
Hermawan mengakui bahwa semangat itulah yang dibawanya untuk membawa Indonesia maju dan tidak hanya mampu mengekspor TKI/TKW. “Indonesia aman dan tidak mengenal bom boman. Ilmu ngebom itu kan lebih banyak diperkenalkan para tetangga kita. Terutama Kalbar sangat dekat dengan tetangga itu,” imbuhnya yang lagi-lagi mengurai tawa sekitar 150 hadirin.
Pria yang saat ulang tahunnya yang ke-60 diterbitkan buku khusus tentang dirinya ini membawa buku karyanya yang terbaru berjudul New Wave Marketing. Isinya 303 halaman dengan uraian 12 Cs, masing-masing communication, confirming, clarifying, coding, co-creation, currency, communal activation, conversation, commersialization, character, caring dan collaboration.
Seminar yang dimulai pada pukul 16.45 itu dibuka oleh Gubernur Kalbar diwakili Asisten II Setda, Maryadi. “Seminar ini sangat tepat karena dunia saat ini dilanda gempa ekonomi,” ujarnya.
Hadir dalam seminar sejumlah tokoh Kalbar seperti Ketua MABT, Harso Utomo Suwito, Paulus Florus, Pastor Robini Maryanto, karyawan-karyawati perbankan, insan pers, dan marketer-marketer sejumlah perusahaan.
Seminar yang dimoderatori Putut dibagi menjadi dua sesi, pertama pembukaan hingga jam makan malam, dan kedua lanjutan materi pada pukul 19.30 hingga 21.00 WIB.
Seminar digelar juga dalam rangka menggalang dana sosial untuk kegiatan jambore interfaith dimana tujuannya adalah pemahaman bersama atas fungsi sosial terhadap nilai-nilai universal. Hermawan menyambut positif gagasan tersebut, dan untuk itu dia bersemangat untuk hadir ke Kalbar.
“Saya bangga dengan Kalbar karena menjadi contoh konkret new wave marketing. Saya mendukung upaya kebersamaan horizontal yang lintas etnis dan agama seperti digalang CROSS, CRID, Borneo Tribune dan Tribune Institute,” imbuh Hermawan.
Hermawan mencontohkan Bupati Lamongan, H Mas’ud mampu meraih juara MarkPlus karena melahirkan Perda Wajib Menguasai Bahasa Mandarin. ”Kabupaten yang hampir seluruh wilayahnya santri mampu berbahasa Mandarin. Pernah para santriwati berjilbab tampil menyanyikan lagu dalam Bahasa Mandarin. Kok bisa? Karena ada hadits Nabi Muhammad SAW yang mengatakan belajarlah walaupun sampai ke negeri China,” ungkap Hermawan yang menangguk gelak tawa hadirin. ”Begitulah new wave marketing. Dia tidak legacy, tidak vertikal, tapi horizontal. The world is still round, the market is already flat,” tegasnya.
Acara berlangsung meriah dengan garis tegas antara yang sama jangan dibedakan, yang berbeda jangan disamakan. Itulah konsep new wave marketing. Bersaripati pada nilai-nilai universal seperti kejujuran dan keadilan tanpa mengenal asal-usul etnis, agama, parpol, bahkan laki-laki maupun perempuan.



Baca selengkapnya..

Sabtu, 18 April 2009

Meja Peristiwa 2006-2009


Entah mengapa pertemuan malam ini kembali di sini. Dahulu di tahun 2006, terjadi pertemuan penting di Meja Galaherang ini. Rentang waktu yang cukup panjang. Tiga tahun yang lalu.

Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa. Ia Maha Mengetahui. Rekonstruksi peristiwa ini seperti merangkai kembali berita-berita. Rekonstruksi. Dan rekonstruksi itu di meja 2006 ini.
Album 2006 terbuka. Aku bertemu seorang leader. Ia memberikan pandangan-pandangan dengan penuh kebijaksanaan. "Fakta sangat penting. Fakta bisa bercerita. Seperti foto, tanpa kata-kata ia sudah mewakili seribu kata."
Aku seorang jurnalis. Aku tahu fakta itu suci. Fact is sacret.
Aku seorang jurnalis. Aku terampil merangkai kata dan fakta. Aku terampil membaca foto news. Ini habbitku sejak terlibat aktif di dunia jurnalistik. Sejak SD hingga perguruan tinggi. Hingga aku mengambil program sosiologi sekarang ini.
Jangankan fakta-fakta kecil, kasus-kasus besar saja bisa aku bongkar dengan teknik investigatif. Apalagi saat ini di mana aku menyelami bahwa masyarakat adalah laboratoriumku. Masyarakat terdiri atas keluarga-keluarga. Keluarga terdiri atas ayah-ibu-anak. Keluarga terdiri atas individu-individu.
Tahun 2006 lewat di benak bagaikan putaran film hingga hari ini, Sabtu 18 April 2009. Aku bertemu seorang leader di meja yang sama. Kami order makan malam for dinner.
Ia bicara soal keputusan yang harus dia ambil sebagai seorang leader yang menemukan fakta-fakta atas ketimpangan atau keganjilan salah seorang stafnya.
Bertanya kepadaku? Wah ini proyek edukatif. Aku diwawancari dan diceritai. Aku jadi pendengar setia. Sesekali saja memberikan respon.
Aku beruluk solusi. Silahkan tempuh jalan yang bil hikmah wal mauizatin hasanah wajadilhum billati hiya ahsan. Tempuh tata cara yang penuh hikmat-kebijaksanaan. Laksana menarik benang dalam tepung, tak ada keguncangan dan keretakan.
Pertanyaannya adalah, bisakah kita menyelesaikan konflik tanpa gesekan? Win-win solution begitu? Tentu saja bisa jika ada saling pengertian, sama-sama berkomitmen untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan baik serta bijak. Tidak saling ngotot dan betot. Tidak main tuding benar-salah. Sebab jika begitu, maka tak akan ada rasa keadilan--apalagi keadilan di dunia ini adalah relatif--hanya keadilan abadi di akhirat nanti yang bisa kita dapatkan melalui pengadilan padang mahsyar dengan hakim MK (Maha Kuasa) Allah Rabbun Jalil--maka yang terjadi di pengadilan relatif dunia dimana saling ngotot adalah putusan win-loose atau menang-kalah. Yang menang bersuka hati, sedangkan yang kalah menggerutu dan mendendam. Akan lahir konflik baru yang lebih besar.
Membuka lembar-lembar album kenangan dari rekonstruksi ruang dan waktu sepanjang 2006-2009 Aku belajar hidup dan kehidupan. Bahwa hidup ini ibarat alam, kadang fajar menyingsing, kadang siang bedengkang, dan kadang malam gelap gulita. Kadang cerah, kadang mendung dan kadang hujan dipenuhi guntur-halilintar seperti tadi subuh. Kita harus siap dalam segala keadaan sebagai khalifatullahi fil ardhi.
Tugas utama khalifah adalah untuk memimpin dan memakmurkan bumi serta mengabdi kepada Tuhan Seru Sekalian Alam. Maka rasa bahagia paling utama adalah ketika kaki sudah di atas sajadah, sudah bersih dengan air wudhu dan menyerah pasrah kepada Allah. Allahu Akbar. Hanya Allah Yang Maha Besar. Urusan dunia? Keciiiiiil. Hidup hanyalah perjalanan. Kita dalam penilaian, siapa yang berjalan lurus, dan siapa yang sesat.
Untuk selamat perjalanan di dunia perlu ilmu. Untuk tidak sesat di perjalanan akhirat perlu ilmu. Untuk selamat di kedua-duanya perlu ilmu. Ilmu itu sendiri nama lain dari Allah yakni Al Ilm.
Kita belajar, kita berdiskusi dengan para leader, para alim bijaksana sama dengan mengejar ilmu atau sama dengan mengejar Allah. Kalau kita sudah bersatu dalam Allah, maka kita sudah masuk medium dunia-akhirat. Karena mati toh adalah pulang menghadap Allah. Kita lahir dari tiupan Ruh oleh Allah, saat mati pun kembali kepada Allah. Artinya, kita ini datang dan pergi hanya untuk kepada Allah.
Kalau begitu ya sudah, tawakkal alallah atas segala masalah. Selagi masih ada tenaga dan kemampuan berpikir berikhtiarlah. Berusahalah. Kata filosof--cinta ilmu pengetahuan--selama masih bisa dipikirkan pasti akan bisa dicapai.
Aku sendiri kemudian melamunkan canda Allah. Di meja ini terjadi rekonstruksi sejarah. Entah mengapa malam ini kembali di sini dengan sekuel kisah yang sama. Melihat tahun 2006 dan 2009 ya sama saja. Enam dan sembilan konstruksinya sama saja. 6-9. Betul kan?

Baca selengkapnya..

Bulan Puncak Aktivitas


April adalah bulan-bulan puncak aktivitas di Tribune-Plex. Demikian dikarenakan penataan konsep kegiatan menyongsong hari jadi Borneo Tribune dan Tribune Institute sudah di depan mata. Hari jadi Borneo Tribune dan Tribune Institute pada 19 Mei.
Panitia telah dibentuk dengan sejumlah ragam aktivitas. Sejumlah lomba dan pelatihan memang telah digelar seperti lomba mengarang di tingkat sekolah dasar, maupun pelatihan Quick Count Pemilu 9 April 2009. Tetapi seabrek-abrek kegiatan sudah diramu sedemikian rupa untuk diselenggarakan sepanjang April-Mei.
Konsep memang harus dibentangkan dengan terang sehingga tidak multi tafsir lagi. Kejelasan menyebabkan fokus tercapai serta target keberhasilan bisa diraih.
Pada hari Senin esok, tepatnya 20 April 2009 kami juga menggelar seminar akbar The New Wave Marketing bersama “suhu” marketing Indonesia, Hermawan Kertajaya. Beliau akan memberikan “petuah-petuah” ekonomi dan marketingnya di Restoran Gadjahmada sejak pukul 16.00-21.00 WIB. Akan bertindak sebagai pembuka acara, Gubernur Kalimantan Barat serta dimoderatori oleh Kepala BKPMD, Drs M Zeet Hamdy Assovie, MTM.
Peserta seminar yang sudah terdaftar sebanyak 150 orang dengan donasi dana lebih lanjut untuk kegiatan yang lebih “peace” yakni Jambore Interfaith. Panitia sudah bekerja keras dengan senantiasa melakukan evaluasi. Kegiatan yang satu ini bisa terlaksana berkat kerjasama yang apik antara CROSS, CRID, Tribune Institute dan Borneo Tribune.
Di tengah persiapan segenap kegiatan kegiatan besar, warga Tribune Plex juga melaksanakan pisah sambut dengan praktikan dari Bonn University, German. Christian Stegmann telah tiga bulan belajar Bahasa Indonesia dan kebudayaan di base-camp HBT dan YTI dan dia kembali ke Jogja untuk sekolah bahasa selama 2 minggu untuk selanjutnya kembali ke Bonn. Sedangkan “new comer” adalah si dara jelita, Stephani Jung. Mahasiswa Program Studi Asia ini juga akan “magang” di HBT-YTI selama 3 bulan.
Awal tiba di Tribune Plex, Stefi—sapaannya—sudah merasa akrab dan dekat dengan para reporter, layouter dan staf administrasi. Dia mengaku senang karena semua ramah dan selalu menolong.
Stefi juga akan mengikuti seminar New Wave Marketing bersama Hermawan Kertajaya serta akan terus terlibat aktif dalam upaya pencerdasan dan peningkatan kerjasama akademik, kultural, maupun hubungan sosial atas sesama anak bangsa.
Pembaca yang budiman, begitulah aktivitas kami yang memuncak selalu dipersembahkan bagi kejayaan daerah Kalbar. Karena hanya dengan kreativitas kita bisa mengharumkan nama daerah di kancah pembangunan nasional maupun internasional. Semoga kita semua dapat saling bekerjasama untuk tujuan mulia kemanusiaan yakni memanusiawikan manusia. Salam.



Baca selengkapnya..

Jumat, 17 April 2009

Saat Indah Bersama Nada


Kini usia Nada sudah 1 tahun 8 bulan. Satu dua kata sudah bisa dia lafalkan, misalnya kata Papa, Mamam, dan kalau ikut-ikutan shalat sudah bisa takbir, "Allahu Akbar."
Saya senang sekali bermain bersama Nada. Apalagi usia Nada sekarang sedang usia lucu-lucunya. Maka setiap ada kesempatan saya selalu mengajaknya bicara, bercerita, dan tentu saja jalan-jalan.
Rasanya senang melihat tumbuh kembang Nada. Nada bagiku adalah karunia. Dan dengan mengamati, menyelami, serta merasakan kedekatan dengannya ada rasa bahagia tersendiri. Saya bisa menyelami dan sekaligus bercermin bagaimana masa kecil saya dulu.
Saya benar-benar menggunakan waktu secara maksimal untuk bermain sekaligus belajar bersama Nada. Berlari-lari sambil cilub ba, gendong, dan bahkan mengajarinya nyetir mobil atau naik sepeda.
Saya harus memanfaatkan waktu secara maksimal karena tanpa terasa anak akan cepat besar. Contohnya, kakaknya, Ocha. Ocha sekarang sudah hampir 6 tahun. Dia sudah saya daftarkan masuk SD.
Kemarin tanggal 14 April, Ocha test masuk SD. Dia bangga karena sebentar lagi sudah mengenakan baju merah putih. Baju seragam SD. Wah, tak terasa juga saya sudah semakin tua.

Baca selengkapnya..

Rabu, 15 April 2009

Quick Count Menjawab Pemilu 2009


Ilmu pengetahuan hadir untuk mempermudah manusia. Begitupula terhadap hajad pesta demokrasi 2009 ini.
Quick Count yang merupakan turunan dari ilmu matematika statistik memberikan jawaban lebih cepat daripada kenyataan sesungguhnya. Kenapa dapat dihitung demikian cepat dan akurat? Logika yang seringkali disampaikan adalah analogi membuat kopi satu tempayan dengan satu gelas akan tetap sama rasanya jika konsentrasi gula, kopi dan airnya sama.
“Terpenting bukan ukurannya, tetapi konsentrasi serta metodenya,” kata instruktur Quick Count, Fadli M Riad dari lembaga survey CIRUS saat memberikan pelatihan di Kantor Tribune Institute, Pontianak 27 Maret lalu.
Fadli melatih 37 surveyor bekerjasama dengan Borneo Tribune dan Tribune Institute. Peserta direkrut secara terbuka yang pada umumnya adalah mahasiswa dan jurnalis.
“Tidak boleh ada penyimpangan dari representasi dan metode di lapangan,” imbuh Fadli. Dan seluruh peserta memahami hal tersebut setelah empat jam pelatihan serta tanya jawab.
37 peserta yang sudah terlatih kemudian turun ke lapangan, yakni di seluruh kabupaten-kota se-Kalbar. Mereka selain sudah dilatih juga dibekali dengan pedoman lapangan, TPS sasaran yang telah diacak atau random oleh tim Pusat-Jakarta, serta pedoman wawancara. Surveyor juga melaporkan angka perhitungan resmi di TPS setelah perhitungan usai.
Koordinasi antara surveyor di lapangan dengan koordinator lapangan serta koordinator pusat tetap berjalan dengan sarana telekomunikasi yang relatif canggih. “Jika signal handphone tidak ada, cari lokasi agar dapat ditelepon balik,” ujar Fadli menekankan saat latihan.
Relawan bekerja di lapangan dibekali identitas yang jelas yang terdaftar di Departemen Dalam Negeri. “Artinya ini resmi, bukan main-main. Hasilnya dapat dipertanggungjawabkan,” kata Fadli.
Setiap relawan yang turun ke lapangan tidak hanya mendapatkan identitas yang jelas, tetapi juga kaos seragam, formulir isian, dan akomodasi yang memadai. “Bagi kami ini adalah pengalaman berharga,” kata Supriadi anggota relawan CIRUS yang kerap disapa Ucup. “Saya sebelumya tak pernah menginjakkan kaki di Ketapang. Sekarang inilah kesempatan emas itu,” imbuhnya berkoordinasi via SMS kepada Korlap CIRUS Kalbar.
Nisa surveyor lainnya adalah mahasiswi STAIN Pontianak. Dia baru menginjakkan kaki ke Pontianak setelah hijrah dari Palembang. “Saya belum pernah ke Bengkayang. Ini kali pertama. Saya akan ke Bengkayang sehari sebelum Pemilu,” kata dara berjilbab ini.
Nisa bertugas di TPS Sebalo. Dia tak mendapatkan banyak aral melintang saat menjalankan tugas. “Bang saya berangkat subuh dengan bis. Doakan sukses ya,” bunyi SMS saat Nisa melangkah ke Sebalo. Dan selanjutnya dia melaporkan via SMS data Quick Count yang diperlukan. Akses data via telepon terbukti masih najir ditambah fasilitas SMS.
Rata-rata pada pukul 13.00 di hari Pemilu 9 April kemarin 37 surveyor CIRUS sudah melakukan koordinasi. Mereka telah mewawancarai pengguna suara pertama. Mereka telah mengetahui bagaimana kecenderungan suara pemilih atau warga dalam menggunakan hak pilihnya. “Ini pengalaman pertama bagi saya,” aku Nisa.
Tetapi tidak semua TPS target memulai pemilihan tepat pada pukul 07.00. Ada sejumlah TPS yang baru mulai pada pukul 08.30 karena faktor-faktor teknis maupun non teknis. Pada gilirannya perhitungan suara akhir juga molor.
CIRUS salah satu lembaga survey Quick Account yang menyebar 2000-an relawannya ke seluruh Indonesia, termasuk 37 titik di Kalbar mendapatkan angka Partai Demokrat secara nasional memperoleh 20,1 persen suara. Angka ini sama dengan rata-rata perhitungan resmi di KPU.
“Angka ini tak akan berubah. Selain CIRUS ada 6 lembaga survey di Indonesia yang angkanya berkisar pada angka tersebut,” kata Koordinator Nasional Quick Count CIRUS, Hasan Nasbi sebagaimana diwawancarai SCTV di hari Pemilu, Kamis 9 April.
Pemilu 2009 memang fenomenal. Banyak analisis ilmuan yang jungkir balik. Walaupun beberapa hal dapat dibuktikan kebenarannya.
Yang jungkir balik adalah analisis terhadap perolehan suara Partai Demokrat. Partai asuhan Presiden SBY ini dinilai mulai ditinggalkan publik lantaran kinerja SBY yang “lamban”. Tetapi yang terjadi sebaliknya. Partai Demokrat mendulang suara di atas 20 persen. Hal ini fenomenal dari raihan suara pada Pemilu 2004 lalu yang hanya 8 persen.
Analisis yang tetap terbukti kebenarannya adalah angka Golput. Prediksi bahwa pemilik suara tidak menggunakan hak pilihnya terbukti. Jumlahnya makin membengkak. Bahkan secara kasar dapat kita katakan bahwa pemenang Pemilu 2009 adalah Golput yang 34 persen dibandiung Demokrat 20 persen.
Lepas dari itu semua metode Quick Count telah membuktikan kenyataan bahwa three golden party unggul di Indonesia, yakni Demokrat, Golkar dan PDIP.




Baca selengkapnya..

Selasa, 14 April 2009

Sukses Hari H Pencontrengan Pemilu Legislatif


Kita semua bersyukur bahwa hari H Pemilu legislatif pada 9 April kemarin berlangsung aman, sukses dan lancar. Tidak ada satu pun kericuhan anarkis terjadi di Kalimantan Barat. Hal ini pertanda baik, bahwa masyarakat Kalbar sudah benar-benar dewasa dalam menjalankan pesta demokrasinya.
Berkenaan dengan hal tersebut wajar jika kita memberikan rasa hormat yang tak terkira kepada seluruh rakyat Kalbar, petugas KPUD, Panwas, saksi parpol, pemantau, polisi, jurnalis dan semua pengguna hak suara. Atas semangat kebersamaan kita telah berhasil melewati fase krisis. Terbukti di Papua, aksi anarkisnya malah merenggut korban jiwa.
Partisipasi aktif Harian Borneo Tribune dan Tribune Institute tidak hanya lewat tulisan Pemilu di agenda besar Bangsa Indonesia 2009, tapi juga masuk dalam jejaring Cirus Surveyor Group (CSG) melakukan tugas pengawalan pesta demokrasi secara lebih berjejaring nasional. Di Kalbar disebar 37 orang relawan yang sebelumnya sudah direkrut secara terbuka dan diberikan pelatihan.
Banyak catatan yang bisa diambil hikmahnya seperti tertuang di dalam laporan khusus edisi Minggu, 12 April ini (halaman 17-20). Mulai dari cepatnya jawaban masuk terhadap siapa partai pemenang dalam pemilu kali ini, sikap Golput, antusiasme masyarakat, hingga lika-liku masalah di Tempat Pemungutan Suara.
Nasionalisme kebangsaan berupa penentuan alih generasi kelembagaan di DPRD, DPR RI maupun DPD memang ditentukan melalui Pemilu. Warga memahami hal ini dengan menentukan pilihan kepada sosok yang tepat. Sosok yang sudah menjabat, tetapi tidak dirasakan kemanfaatannya oleh masyarakat dihukum dengan cara tidak dipilih kembali.
Edukasi politik kepada masyarakat terlihat dengan jelas jika dipantau dengan cermat di lapangan. Hasil goresan tangan wartawan Borneo Tribune dan relawan seperti dimuat edisi Minggu kali ini mencerminkan suasana riil di kancah pesta demokrasi. Ada hal serius, sampai humor. Ada prihal nasionalisme, dan ada hal semangat rela berkorban.
Kita berharap semakin hari kualitas pesta demokrasi di Kalbar pada khususnya dan Indonesia pada umumnya semakin baik. Adapun para wakil rakyat yang terpilih untuk dapat menjalankan tugasnya dengan paripurna. Jangan kecewakan rakyat. Jangan korupsi. Jangan membuat malu Republik.
Sebaiknya kepada mereka yang menjadi caleg, tetapi belum terpilih harap tidak stress. Jangan sampai putus jantung putus napas seperti terjadi dengan salah seorang caleg di Bali. Ia terpaksa dikirim ke alam baka akibat tak siap menerima kekalahannya.
Kita mesti menyadari bahwa pesta demokrasi adalah pesta kalah-menang. Yang menang tidak bisa semuanya. Pasti ada yang kalah. Dan yang kalah bukan berarti pupus harapan. Masih ada waktu untuk mempersiapkan diri 5 tahun yang akan datang. Tetapi jika sudah kurang ideal lagi waktunya, mari kita berbakti kepada negeri ini melalui medan tugas di mana saja kita berada. Pengabdian kepada negara ini tidak mutlak harus di DPRD atau DPR RI. Karena wakil rakyat sesungguhnya adalah berada di tengah-tengah rakyat. Bergulat dengan rakyat untuk pemberdayaan kekuatan rakyat. Dari, oleh dan untuk rakyat.



Baca selengkapnya..

Sabtu, 04 April 2009

KPPU-Borneo Tribune Jalin Kerjasama


Kagum. Itu citra pertama yang ditangkap Heli Nurcahyo, Pimpinan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Regional Kalimantan saat berkunjung ke redaksi Harian Borneo Tribune 27 Maret kemarin. ”Tak gampang untuk bekerjasama dengan media,” kata Heli pria yang berlatar belakang pengacara saat memulai pembicaraannya.
Rencana kedatangan KPPU ini sudah diketahui awak redaksi sejak adanya surat permohonan audiensi masuk via faximil. Pemimpin redaksi, Nur Iskandar segera menginstruksikan kepada Catur, Sekretaris Redaksi untuk segera membalas surat tersebut. Bahwa redaksi menerima dengan pintu terbuka bagi kedatangan KPPU. Landasan berpikirnya sederhana saja, bahwa kerjasama dan networking adalah penting. Saking pentingnya, dalam banyak pelajaran disebutkan bahwa kerjasama adalah kunci dari segala keberhasilan. Selain itu, bagi kita orang Timur, memuliakan tamu adalah sikap yang terpuji. Bahkan menurut agama, sebagian dari iman.
”Kami yang mohon maaf, setelah diberikan jawaban diterima oleh Borneo Tribune, malah kami yang ada penundaan karena faktor non teknis,” tambah Heli. Dia menambahkan, bahwa media lainnya kurang merespon keinginan KPPU untuk bekerjasama. ”Aneh,” timpal pria yang gemar mengenakan jas berwarna gelap ini.
Bagi kami kata aneh yang diutarakan Heli tidaklah aneh. Demikian karena keteraturan semesta di era mutakhir ini sudah banyak yang jungkir balik. Tak perlu diuraikan satu persatu karena terlalu panjang jika hendak diuraikan satu per satu.
”Saya mengenal Borneo Tribune buat pertama kalinya adalah lewat Blog,” kata Heli. ”Lewat Blog saya mengetahui bahwa koran ini lahir dengan idealisme, mengedepankan keberagaman dan kebersamaan,” ungkapnya.
Manager Umum yang juga pengembang Blogger di Kalbar, Asriyadi Alexander Mering tampak senyam-senyum. Begitupula Penasihat Hukum Borneo Tribune, Dwi Syafriyanti. ”Di Borneo Tribune semua wartawan punya Blog, bahkan kami rutin melakukan pelatihan melalui Tribune Institute,” kata Mering.
Heli menyampaikan bahwa maksud kedatangannya selain bersilaturahmi, juga bersosialisasi. ”Ke depan, kita mau menggelar seminar tentang KPPU dan Media Massa. Kita sadar bahwa power media massa sangat besar,” ungkapnya. Borneo Tribune menjadi media pilihan untuk bekerjasama.
KPPU sendiri merupakan lembaga negara seperti KPK yang bertugas menegakkan iklim dunia usaha secara fair dan demokratis. Oleh karena itu sejumlah kasus dibuka dan didiskusikan untuk kemudian diambil hikmahnya bagi penataan dunia usaha yang adil. Jika keadilan dapat ditegakkan, maka generasi muda ke depan akan lebih mapan menatap masa gilang gemilang.
Heli merasa senang berada di redaksi Borneo Tribune, berdiskusi, saling tukar menukar pengalaman, hingga kunjungan ke sekeliling dapur redaksi, percetakan, Tribune Institute dan Suwito Associates. ”Wah kompleks yang besar sekali. Saya kagum dan bangga,” katanya. ”Apalagi Borneo Tribune mampu lepas dari kapitalisme pemodal besar dari luar Kalimantan,” imbuhnya. ”Ini modal besar untuk maju lebih jauh ke depan,” imbuhnya.
Kemampuan untuk berdikari kata Heli sudah senapas dengan semangat otonomi daerah. Otonomi daerah benar-benar berbuah jika media massanya mengenal betul karakteristik pembacanya, termasuk memberitakan dunia usaha secara fair. Fairness dalam ilmu jurnalistik berlandaskan check and balancing. Akurat, berimbang, dan klir. ”Kelar pasti kelir,” kata Nur Iskandar. Semua pun mengulum senyum. Puas untuk bisa bekerjasama.




Baca selengkapnya..