Rabu, 15 April 2009

Quick Count Menjawab Pemilu 2009


Ilmu pengetahuan hadir untuk mempermudah manusia. Begitupula terhadap hajad pesta demokrasi 2009 ini.
Quick Count yang merupakan turunan dari ilmu matematika statistik memberikan jawaban lebih cepat daripada kenyataan sesungguhnya. Kenapa dapat dihitung demikian cepat dan akurat? Logika yang seringkali disampaikan adalah analogi membuat kopi satu tempayan dengan satu gelas akan tetap sama rasanya jika konsentrasi gula, kopi dan airnya sama.
“Terpenting bukan ukurannya, tetapi konsentrasi serta metodenya,” kata instruktur Quick Count, Fadli M Riad dari lembaga survey CIRUS saat memberikan pelatihan di Kantor Tribune Institute, Pontianak 27 Maret lalu.
Fadli melatih 37 surveyor bekerjasama dengan Borneo Tribune dan Tribune Institute. Peserta direkrut secara terbuka yang pada umumnya adalah mahasiswa dan jurnalis.
“Tidak boleh ada penyimpangan dari representasi dan metode di lapangan,” imbuh Fadli. Dan seluruh peserta memahami hal tersebut setelah empat jam pelatihan serta tanya jawab.
37 peserta yang sudah terlatih kemudian turun ke lapangan, yakni di seluruh kabupaten-kota se-Kalbar. Mereka selain sudah dilatih juga dibekali dengan pedoman lapangan, TPS sasaran yang telah diacak atau random oleh tim Pusat-Jakarta, serta pedoman wawancara. Surveyor juga melaporkan angka perhitungan resmi di TPS setelah perhitungan usai.
Koordinasi antara surveyor di lapangan dengan koordinator lapangan serta koordinator pusat tetap berjalan dengan sarana telekomunikasi yang relatif canggih. “Jika signal handphone tidak ada, cari lokasi agar dapat ditelepon balik,” ujar Fadli menekankan saat latihan.
Relawan bekerja di lapangan dibekali identitas yang jelas yang terdaftar di Departemen Dalam Negeri. “Artinya ini resmi, bukan main-main. Hasilnya dapat dipertanggungjawabkan,” kata Fadli.
Setiap relawan yang turun ke lapangan tidak hanya mendapatkan identitas yang jelas, tetapi juga kaos seragam, formulir isian, dan akomodasi yang memadai. “Bagi kami ini adalah pengalaman berharga,” kata Supriadi anggota relawan CIRUS yang kerap disapa Ucup. “Saya sebelumya tak pernah menginjakkan kaki di Ketapang. Sekarang inilah kesempatan emas itu,” imbuhnya berkoordinasi via SMS kepada Korlap CIRUS Kalbar.
Nisa surveyor lainnya adalah mahasiswi STAIN Pontianak. Dia baru menginjakkan kaki ke Pontianak setelah hijrah dari Palembang. “Saya belum pernah ke Bengkayang. Ini kali pertama. Saya akan ke Bengkayang sehari sebelum Pemilu,” kata dara berjilbab ini.
Nisa bertugas di TPS Sebalo. Dia tak mendapatkan banyak aral melintang saat menjalankan tugas. “Bang saya berangkat subuh dengan bis. Doakan sukses ya,” bunyi SMS saat Nisa melangkah ke Sebalo. Dan selanjutnya dia melaporkan via SMS data Quick Count yang diperlukan. Akses data via telepon terbukti masih najir ditambah fasilitas SMS.
Rata-rata pada pukul 13.00 di hari Pemilu 9 April kemarin 37 surveyor CIRUS sudah melakukan koordinasi. Mereka telah mewawancarai pengguna suara pertama. Mereka telah mengetahui bagaimana kecenderungan suara pemilih atau warga dalam menggunakan hak pilihnya. “Ini pengalaman pertama bagi saya,” aku Nisa.
Tetapi tidak semua TPS target memulai pemilihan tepat pada pukul 07.00. Ada sejumlah TPS yang baru mulai pada pukul 08.30 karena faktor-faktor teknis maupun non teknis. Pada gilirannya perhitungan suara akhir juga molor.
CIRUS salah satu lembaga survey Quick Account yang menyebar 2000-an relawannya ke seluruh Indonesia, termasuk 37 titik di Kalbar mendapatkan angka Partai Demokrat secara nasional memperoleh 20,1 persen suara. Angka ini sama dengan rata-rata perhitungan resmi di KPU.
“Angka ini tak akan berubah. Selain CIRUS ada 6 lembaga survey di Indonesia yang angkanya berkisar pada angka tersebut,” kata Koordinator Nasional Quick Count CIRUS, Hasan Nasbi sebagaimana diwawancarai SCTV di hari Pemilu, Kamis 9 April.
Pemilu 2009 memang fenomenal. Banyak analisis ilmuan yang jungkir balik. Walaupun beberapa hal dapat dibuktikan kebenarannya.
Yang jungkir balik adalah analisis terhadap perolehan suara Partai Demokrat. Partai asuhan Presiden SBY ini dinilai mulai ditinggalkan publik lantaran kinerja SBY yang “lamban”. Tetapi yang terjadi sebaliknya. Partai Demokrat mendulang suara di atas 20 persen. Hal ini fenomenal dari raihan suara pada Pemilu 2004 lalu yang hanya 8 persen.
Analisis yang tetap terbukti kebenarannya adalah angka Golput. Prediksi bahwa pemilik suara tidak menggunakan hak pilihnya terbukti. Jumlahnya makin membengkak. Bahkan secara kasar dapat kita katakan bahwa pemenang Pemilu 2009 adalah Golput yang 34 persen dibandiung Demokrat 20 persen.
Lepas dari itu semua metode Quick Count telah membuktikan kenyataan bahwa three golden party unggul di Indonesia, yakni Demokrat, Golkar dan PDIP.




0 comments: