Senin, 28 Juli 2008

Hadiah RUPS


Tepat di umur ke-14 bulan, pada 19 Juli 2008 berhasil diselenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT Borneo Tribune Press yang pertama. Rapat diikuti oleh para pemegang saham.
Laporan disampaikan Manajer Keuangan, Julianty dan Pemred Nur Iskandar. RUPS sendiri dibuka oleh Dirut W Suwito dan didampingi Komisaris Utama, Fuidi Luckman.
Fuidi Luckman mengikuti RUPS datang khusus dari Jakarta dan RUPS dimulai pukul 09.00 serta berakhir pukul 11.00 WIB.
Tidak panjang waktu yang harus digunakan dalam RUPS kali ini kendati bahan yang dikaji amat sangat banyak dan kompleks. Satu per satu laporan dikaji dan ditelaah dengan teliti.
Banyak sekali rekomendasi RUPS yang mesti ditindaklanjuti. Sebagian sudah terdapat dalam program kerja yang disusun untuk tahun 2008, tetapi sebagian yang lain adalah pekerjaan rumah atau PR yang harus dijawab.
PR-PR tersebut bukan pekerjaan ringan yang bisa dipandang dengan sebelah mata, tetapi beban berat yang mesti dipikirkan secara sistematis dan terencana sehingga seberat apapun beban akan bisa dipikul secara bersama-sama.
Motto Borneo Tribune salah satunya adalah kebersamaan. Motto lainnya adalah idealisme. Kedua kata ajaib itu adalah api motivasi yang tiada henti membawa Borneo Tribune melaju di rel industri persnya.
Prestasi demi prestasi diraih sebagai tonggak penanda perjalanan hidupnya. Di tahun 2007 Aulia Marti dinobatkan sebagai penulis lingkungan hidup terbaik se-Kalimantan dan Borneo Tribune memecahkan rekor cetak gratis 25 ribu eksemplar. Kini di paro 2008, prestasi bertambah dengan Borneo Tribune keluar sebagai juara pertama koran dengan berbahasa Indonesia yang baik dan benar se-Kalbar, wartawan Budi rahman mendapat fellowship AJI Pusat dan Muhlis Suhairi redaktur di Borneo Tribune mendapat juara pertama Mochtar Loebis Award di Jakarta.
Sederet prestasi di atas adalah hadiah buat RUPS. Dan semoga pada RUPS yang akan datang prestasi Borneo Tribune jauh lebih baik, ya sebut saja surplus keuangan sampai miliaran rupiah.


Baca selengkapnya..

Juara 1 Investigative Reporting Mochtar Loebis Award


“Kita menang...” Begitu kalimat pendek sebagai pesan singkat dari Redaktur Borneo Tribune, Muhlis Suhairi yang masuk ke ponsel saya. Muhlis sedang berada di Jakarta untuk mengikuti final Mochtar Loebis Award, Jumat (18/7) kemarin.
Mochtar Loebis Award adalah penghargaan yang baru digelar perdana di Indonesia mengingat betapa reputasi Mochtar Loebis si pemimpin Koran Indonesia Raya dan si pembongkar kasus korupsi di tubuh Pertamina. Ia dipenjarakan 10 tahun. Indonesia Raya dibredel. Tapi Mochtar Loebis mendapat penghargaan Magsaysay dari Filipina. Mochtar Loebis si murid Adam Malik dan guru dari Goenawan Moehammad adalah legenda pers Indonesia.
Saya pengagum Mochtar Loebis. Si kepala granit itu ditulis oleh Jacob Oetama sebagai pengantar dari buku Ultah Mochtar Loebis dan diterbitkan Gramedia-Kompas sebagai wartawan Jihad.
Mochtar Loebis hebat. Dia pelukis. Ia sastrawan. Ia budayawan. Ia jurnalis investigator.
Saya menangis mengetahui Muhlis dinobatkan sebagai juara satu untuk kelas amat sangat bergengsi: investigative reporting. Jurnalisme yang tentu saja bukan jurnalisme ludah, jurnalisme kutipan, jurnalisme quote, tapi jurnalisme pencarian, jurnalisme riset, jurnalisme akademik.
Suara saya nyaris tak bisa keluar. Saya renungkan apa arti kemenangan ini.
Arti kemenangan ini adalah sesuatu yang berat. Suatu beban yang harus dipikul bukan saja oleh pundak saya sebagai pemimpin redaksi di Borneo Tribune, tapi juga bagi semua kru, termasuk pembaca di Kalbar. Karena kami selalu punya motto bahwa karya terbaik dipersembahkan untuk masyarakat Kalbar yang heterogen ini.
Tangis saya keluar karena ada derita batin berupa pengekangan. Derita itu membuncah laksana obat penawar karena suatu yang bernama kebebasan.
Di Borneo Tribune tak ada sesuatu yang istimewa. Tempatnya di pinggir kota, di Purnama. Gedungnya kecil dan fasilitasnya standar-standar belaka. Tetapi yang istimewa mungkin kebebasan.
Muhlis minta izin untuk mengikuti pelatihan di Jogjakarta, saya izinkan. Begitupula saat ia meraih beasiswa liputan dan harus hunting 2 minggu di lapangan. Oke oke saja. Saya katakan sesuatu yang istimewa di Borneo Tribune adalah kebebasan dan tolong berdayakan kebebasan itu dalam bentuk karya nyata yang berkualitas.
Muhlis menuangkan hasilnya yang optimal. PGRS Parako yang ditulisnya berbobot sekali. Pembaca dibuat heboh oleh tulisannya yang panjang dan mesti dimuat bersambung hingga 19 kali.
Kritik tak satu dua yang masuk, termasuk dari mertuanya sendiri yang mantan Ketua PWI Kalbar, Bp Basrin Nurbustan.
Kritik sama dengan pujian. Ia sama-sama konstruktif dan kami tak lupa diri dengan pujian dan sanjungan. Sebaliknya, anugerah juara 1 investigative reporting berjudul “The Lost Generation” pada event Mochtar Loebis Award menjadi cambuk bagi prestasi-prestasi lainnya.



Baca selengkapnya..

Terobosan Dirlantas

Kasus tewas di jalan terakhir kali terjadi di Jalan Panglima Ya’ M Sabran, Pontianak Timur. Korban tewas di tempat ini menambah angka statistik korban tewas yang direggut buasnya jalan raya.
Direktorat Lalu Lintas (Dirlantas) Polda Kalbar tidak tinggal diam terhadap semakin buasnya jalan raya merenggut korban jiwa. Sejak awal pekan lalu, di sepanjang jalur protokol Ahmad Yani dilakukan pemasangan portal khusus.
Kadispen Polda Kalbar, Suhadi SW diwawancarai kemarin, Jumat (25/7) mengatakan, aspek kerawanan lalu lintas menjadi pertimbangan bagi Dirlantas untuk melakukan terobosan khusus tersebut.
Menurut Suhadi tujuan utama pemasangan portal traffict coen adalah untuk mendidik para pengguna jalan untuk menggunakan lajur kiri. “Lajur kiri adalah lajur lambat,” ungkapnya.
Jika lajur kiri diperuntukkan bagi pengguna kendaraan yang tidak tergesa-gesa, maka lajur kanan adalah untuk mendahului. Hal ini patut disadari bagi pengguna lalu lintas karena kerap kali laka lantas terjadi karena adanya gerakan menyalib kendaraan lain dari lajur kiri. “Tidak tahu ada yang menyeberang atau ada kendaraan lain di depan sehingga tabrakan tak terhindarkan,” timpalnya.
Kritik terhadap kedisiplinan pengguna jalan di Kota Pontianak yang rendah tidak hanya muncul dari warga lokal Kalbar sendiri, tetapi juga para tamu dari Jakarta, Bandung dan kota-kota besar lainnya di Indonesia. “Tak pernah saya melihat pengguna jalan bebas memotong dan menyalib seperti di Pontianak,” ungkap sejumlah tamu yang kebetulan berbicara dengan saya.
“Kalau di Pontianak, saya takut membawa mobil sendiri. Pengguna motor tak mau memberi kesempatan,” kata tamu lainnya.
Mereka berkesimpulan bahwa etiket pengguna jalan raya diKota Pontianak sangat rendah sehingga menakutkan.
Kenyataan menunjukkan, buasnya jalan raya di Kalbar tidak hanya akibat pengguna kendaraan roda dua yang tidak disiplin, tapi juga kendaraan roda empat. Tak jarang terlihat lampu merah hanya pepesan kosong untuk ditaati. Apabila tidak ada polisi, mereka tancap gas. Tak ayal dua nyawa tewas di perempatan Diponegoro-Gadjahmada seperti dilansir media beberapa waktu yang lalu.
Kadispen, Suhadi SW sekali lagi menekankan, terobosan Dirlantas adalah untuk mewujudkan ketertiban. “Memang sudah masuk kritik dari pengguna lalu lintas, tapi edukasi ini perlu dilakukan sebelum tingkat kedisiplinan di jalan raya Kota Pontianak makin bertambah parah,” ungkapnya.
Menyikapi terobosan itu Dirlantas tidak hanya menurunkan petugas Lantas harian, tapi sampai para perwira. Mereka sedia berjemur di bawah panas matahari bersama portal-portal khusus itu. Mereka memberikan aba-aba langsung kepada pengguna jalan, baik mobil maupun motor.
Sementara itu di badan jalan bertengger juga kendaraan-kendaraan Satlantas, baik motor maupun mobil yang beraneka jenisnya. Dari sana mereka menggunakan pengeras suara, “Gunakan lajur kiri bagi pengguna kendaraan roda dua,” begitu pengumuman itu berulang-ulang.
Berdasarkan pengamatan sejak Polantas membuat portal di sepanjang jalur Ahmad Yani ketertiban mulai terlihat, walaupun kadangkala macet di lajur kiri karena populasi kendaraan roda dua jauh lebih banyak ketimbang kendaraan roda empat. Tetapi pada siang hari, tampak di lampu merah Untan, lajur kanan macet ketimbang lajur kiri.
Jalan Ahmad Yani akhir-akhir ini memang bertambah crowded. Demikian karena banyaknya fasilitas umum yang tak teratur. Sebut saja keluar-masuk pengguna jalan di daerah Ayani Mega Mall, Untan, Kampus UMP, Perguruan Al Azhar dan Kantor Gubernur serta Pom Bensin. Kesemua berisiko kemacetan. Keluar masuk kendaraan membuat mekanisme berkendaraan perlu etiket yang tinggi. Terlebih badan jalan tidak selebar di ibukota negara.
Kemacetan ini sebenarnya tidak hanya tanggung jawab Polantas. Juga tanggung jawab Pemkot karena mereka yang mendisain tata kota sehingga campur baur antara pusat pemerintahan, pusat pendidikan dan pusat perbelanjaan.
Pada malam Minggu, sudah dapat dipastikan jalur Ayani Mega Mall macet. Dengan pengaturan baru portal khusus ini tentu akan lebih macet lagi. Tetapi satu unsur penting yang harus dipetik adalah: pelajaran kedisiplinan di jalan raya. Budayakan antre.



Baca selengkapnya..

Oscar-Azas Gunakan Perahu Demokrat

Siapa pengguna perahu Partai Demokrat telah ditemukan jawabannya. Drg Oscar Primadi, MPH berpasangan dengan Ketua DPC Partai Demokrat Kota, Drs Hartono Azas, MBA.
Oscar dihubungi via telepon kemarin mengaku kebenaran putusan tersebut, namun dia belum mau buka suara lebih lanjut. Tetapi kabar yang berhasil dihimpun, pasangan Oscar-Azas akan deklarasi pada tanggal 30 Juli lusa.
Pasangan Oscar-Azas tak ubahnya pasangan Setia Kawan di mana Ketua DPC menempati posisi wakil. Sedangkan eksistensi Oscar di Kota Pontianak dan Azas sudah bukan barang baru. Keduanya tokoh populis yang digadang-gadang mampu mengoleksi kemenangan.
Oscar adalah mantan Kepala Dinas Kesehatan Kota Ponianak. Di masa kepemimpinannya reputasi bidang kesehatan tergolong baik. Oleh karena itu Gubernur Usman Ja’far memintanya menangani kegiatan kesehatan yang lebih besar, yakni sebagai Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar.
Hartono Azas bukan tokoh sembarang tokoh. Di kalangan warga Tionghoa, dia dikenal tipe pekerja dan pemikir. Hartono juga dosen di Universitas Panca Bhakti. Kini Hartono menjadi Wakil Ketua DPRD Kota Pontianak.
Satu pasangan lagi akan melaju ke kandidat Walikota dalam Pilwako Oktober mendatang, yakni Harso Suwito. Dia akan berpasangan dengan H Awaluddin yang dikenal sebagai Haji Kalot.
Harso dikenal di dunia usaha. Dia malang melintang di bidang realestate Kota Pontianak. Sementara H Kalot sudah malang melintang di dunia entertein dan olahraga bola. H Kalot juga adalah pimpinan Arwana Band. Band paling terkenal di Kalbar.
Jika dihitung-hitung jumlah paket calon walikota seluruhnya tujuh. Keseluruhnya masing-masing 1 pasangan perseorangan: Haitami Salim-Gusti Hardiansyah, dan pasangan dari partai-partai politik.
Setia Kawan PDIP, Sri Astuti Buchary-Eka Kurniawan, PPP Sutarmidji-Paryadi; Demokrat Oscar Primadi-Hartono Azas; 12 partai gurem Harso Utomo Suwito-H Awaluddin; PKS Muhammad Abduh-M Taha; Golkar Gusti Hersan-Setiawan Lim.

Baca selengkapnya..