Sabtu, 29 Desember 2007

Evaluasi Akhir Tahun

Kalender menunjukkan angka 29 di Bulan Desember. Tahun 2007 dalam hitungan hari sudah berganti. Kita semua bertambah umur.
Untuk ukuran hidup, pertambahan umur mesti diikuti dengan pertambahan pengetahuan serta pemahaman sehingga bisa menjadi tuntunan dalam menapaki hari-hari selanjutnya. Langkah yang lucky, yang lebih baik dari hari-hari sebelumnya, ini kelompok yang beruntung.
Kita semua berharap berada di kelompok yang satu ini. Kita tentu tak ingin capaian hari-hari kita hari ini sama saja dengan hari kemarin. Apalagi hari esok juga dicapai sama saja dengan hari ini. Kelompok yang satu ini tentu jalan di tempat. Tidak ada kemajuan. Umur bertambah, tapi tak menambah.
Kita tentu juga tak mau masuk dalam kategori kelompok paling naif. Yakni capaian hari ini lebih buruk dari hari kemarin, serta hari esok lebih jelek daripada hari ini. Capaian hasil yang buruk sekali.
Agar lucky dalam mengarungi waktu, kami di jajaran manajemen Borneo Tribune, Sabtu pagi kemarin mengadakan rapat evaluasi akhir tahun. Rapat dipimpin Direktur Utama, W Suwito serta dihadiri seluruh bagian. Mulai dari redaksi, percetakan, marketing, IT, administrasi hingga keuangan.
Satu persatu bagian menunjukkan kinerjanya. Terhitung sejak terbit perdana 19 Mei 2007 hingga 28 Desember 2007.
Lika-liku perjalanan waktu sepanjang tujuh bulan penuh romantika. Ibarat bayi baru lahir Borneo Tribune sudah dihadapkan pada peristiwa-peristiwa besar, sejak dari kegiatan formal pemerintahan, niaga, hingga politik dan sosial kemasyarakatan.
Semua lika-liku perjalanan waktu itu berhasil dilalui Borneo Tribune dengan baik dan selamat. Di berbagai hiruk-pikuk 2007 manajemen berhasil menyikapinya dengan baik. Suatu langkah maju. Langkah going concern yang menunjukkan pertumbuhan dari segala devisi.
Di jejaring informasi dan marketing, jangkauan Borneo Tribune sudah se-Kalbar. Biro-bironya terbentang sejak Kabupaten Pontianak, Singkawang, Sambas, Ketapang, Landak, Sanggau, Sintang, dan Kapuas Hulu.
Kinerja biro-biro juga sangat mendukung program di kantor pusat sehingga volume tiras dan pariwara meningkat. Ibarat benih yang ditaburkan, dalam usia tujuh bulan sudah berkecambah, sudah tumbuh akar, batang dan cabang-cabang. Dalam masa pertumbuhannya ini sudah pula benih yang ditanam dengan keringat dan kerja keras itu berbuah.
Buahnya kami petik dan rasakan sejak bulan keempat. Bulan kelima dan seterusnya pendapatan terus berlipat.
Volume pendapatan terus dipupuk dan dipelihara untuk mengembangkan Borneo Tribune menjadi lebih berkualitas, lebih dekat dengan masyarakat, serta lebih meningkat pertumbuhannya.
Program kerja 2008 pun disusun dan ditata sedemikian rupa. Pembagian tugas dilakukan dengan lebih rapi dan sistematis.
Soliditas kerja tim menjadi bagian yang tak bisa ditawar-tawar. Inilah visi yang sejak semula sudah ditanamkan dalam-dalam, yakni visi kebersamaan. Idealisme, keberagaman dan kebersamaan.
Kenikmatan tumbuh dari bawah begitu terasa ketika mengetahui berapa capaian hasil di tahun 2007 secara simultan. Suatu angka realistis dan fantastis. “Kita tak mengira ternyata dalam perjalanan koran kita, bisa juga kita mencapai hasil seperti ini,” seorang peserta rapat evaluasi akhir tahun berkomentar. “Kita terus kembangkan usaha-usaha kita,” ungkap W Suwito dengan suaranya yang gegap gempita di ruang redaksi Borneo Tribune yang tampak terus bersolek.
Dengan evaluasi akhir tahun dan program 2008 yang reliable dan rasionable, kami berharap esok lebih baik dari hari ini, sehingga Borneo Tribune termasuk koran yang lucky.
Dengan posisi yang lucky, kami juga akan bisa menggenggam tugas media sebagai kontrol sosial dengan lebih baik. Lucky Borneo Tribune, lucky pula West Borneo. Happy new year. Selamat tahun baru. □



Baca selengkapnya..

Minggu, 23 Desember 2007

Crime, Aksi Massa dan Etika Jurnalisme

Korban pertama ketika konflik terjadi adalah kebenaran. Pernyataan ini generalisasi dari berbagai pandangan pers atas sejumlah kasus konflik di seluruh penjuru dunia.
Konflik di Timur Tengah misalnya. Korban pertama bukan anak, perempuan atau orang-orang tua, tapi kebenaran. Begitupula di Irlandia, Afrika, Rusia, Amerika, tak terkecuali di Indonesia.
Kenapa? Karena masing-masing pihak mengklaim dirinya sebagai yang paling benar. Pihak A mengatakan dirinya benar. Pihak B juga mengatakan dirinya benar.
Jika kedua-duanya benar, lalu siapa yang salah? Kalau kedua-duanya salah, lalu siapa yang benar?
Adakah pihak yang gentlement mengakui bahwa pihaknyalah yang salah? Lalu adakah yang merasa dirinya benar, lalu legowo memaafkan?
Pers tidak berada pada posisi menyelesaikan konflik. Pers berada pada posisi menyampaikan berita dengan faktual, akurat, berimbang. Pada sisi akurasi, menyebabkan publik bisa menilai dengan mata-kepala sendiri siapa yang benar dan siapa yang salah. Termasuk lembaga yang berwenang menangani konflik. Khususnya aparat kamtibmas bernama polisi. Kasus kriminal yang terjadi menjadi ranah polisi menanganinya. Lalu, selanjutnya merupakan wilayah hakim di pengadilan untuk memutuskannya. Di lembaga peradilanlah warga bangsa menemukan keadilan, atas siapa yang benar dan siapa yang salah. Bukankah negara Republik yang kita cintai ini berazaskan hukum?
Kalau ke sana cara kita memandang, maka jurnalis dengan segala ilmu dan skill yang dimilikinya adalah diarahkan sepenuhnya untuk mencari kebenaran lalu melaporkannya. Kebenaran itu harus dicari, diteliti, dikonfirmasi, dipilah-pilih mana yang benar dan mana yang isapan jempol belaka. Dasar hukumnya UU No 40 Tahun 1999 tentang Pers. Dengan demikian warga dapat membaca kondisi objektifnya. Dengan objektivitas itu terbuka jalan keluar yang “real-deal”. Yang arif dan bijaksana. Dan masyarakat akan selalu punya formula untuk hidup berdampingan secara damai. Termasuk di Kota Pontianak jika terjadi konflik, pada titik kulminasi, di setiap gang akan ada bendera putih dengan palang pintu bertuliskan: kami masyarakat cinta damai. Efektivitas dan efisiensinya sudah terbukti jitu dari waktu ke waktu.
Jurnalis tidak hanya mencari kebenaran lalu melaporkannya. Seek the truth and repot it. Tapi juga jurnalis punya hati nurani.
Dengan emblem hati nurani tersebut, dalam proses penuangannya, data dan fakta serta analisa yang sulam-menyulam di dalamnya, segala dampak negatif diminimalisir. Minimize harm. Sebab buat apa kebaikan yang sedikit jika menimbulkan malapetaka yang lebih besar? Transparan baik, tapi telanjang bulat juga tidak baik.
Jurnalis di dalam liputan konflik sebagaimana yang ditanamkan Borneo Tribune kepada seluruh crew-nya adalah bertindak independent. Act independently.
Dalam domain independensi ini setiap jurnalis meninggalkan di rumahnya suku, agama, ras dan antargolongannya (SARA) ketika turun meliput dan menuliskan berita-berita. Dengan demikian dia benar-benar berada di tengah-tengah. Di domain netral. Dan untuk ini dia menjadi tempat bagi warga bangsa untuk mengadu, mengeluh, dan menuangkan segala aspirasinya karena netralitasnya.
Jurnalis dalam liputan konflik juga mesti dapat dipercaya. Be accountable.
Kepercayaan publik kepada jurnalis termasuk kepada medianya, laksana nasabah kepada tellernya. Jika petugas bank dipercaya, maka nomor rekening dan isi rekeningnya nasabah pun boleh diketahui. Begitupula kepada jurnalis. Isi pikiran dan gagasan, serta hal-ihwal kehidupan warganya bisa diutarakan kepada sang jurnalis untuk disebarluaskan sesuai dengan etika jurnalisme yang selama hidup dapat dibuktikannya.
Jika kepercayaan, atau trust telah didapatkan, akan menjadi garansi atas kelangsungan hidup sang jurnalis dan media yang bersangkutan. Di dalam peran inilah jurnalisme damai dapat diwujudkan.
Terkait dengan kondisi Kota Pontianak yang siaga 1, menyusul peristiwa kriminal di Gang 17, Borneo Tribune berupaya menerapkan etika jurnalisme seideal-idealnya. Crime is crime. Kriminal adalah kriminal dan penangannya jelas mengikuti protap polisi. Oleh karena itu mari kita percayakan kepada polisi untuk menuntaskan kasus Gang 17 tersebut tanpa perlu terus menerus aksi massa, apalagi anarkis. Sebab anarkis akan melahirkan anarkisme baru, sebagaimana kekerasan melahirkan kekerasan. Bukankah tomat akan berbuah tomat? Oleh karena itu mari kita taburkan benih kedamaian dalam kehidupan ini, sehingga kita semua hingga anak cucu, juga akan selalu panen kedamaian. Amiin. ■


Baca selengkapnya..

Oleh-oleh 4 Kartu As

Dua jurnalis yang berhasil mengembangkan kapasitas diri mereka sesuai dengan minat dan bakat masing-masing bertandang ke Borneo Tribune sepekan yang lalu.
Pertama, mantan Redaktur Media Indonesia yang kini menjadi Pemimpin Redaksi PIP (Pusat Informasi Perkoperasian), Irsyad Muchtar. Kedua, Direktur Image Communication, Aqua Dwipayana. Nama yang terakhir sempat mengabdi cukup lama di Jawa Pos Grup.
Keduanya bertandang ke Borneo Tribune hanya berselang satu hari. Irsyad Muchtar datang bersama 20-an peserta pelatihan jurnalistik perkoperasian se-Kalbar yang bekerjasama dengan Dekopinwil Kalbar. Ia datang melihat proses kerja Borneo Tribune, sejak perencanaan pemberitaan, editing, layouting, hingga printing.
Irsyad yang sudah kenyang makan asam garam jurnalistik di Indonesia menyuntikkan motivasi, bahwa segala sesuatu bisa diraih jika mau bekerja keras, mau meluangkan waktu, dan mau berusaha. “Kuncinya pada kemauan. Di mana ada kemauan, di situ ada jalan,” ungkapnya.
Borneo Tribune yang baru berusia 6 bulan dengan tiras yang terus meningkat, serta volume iklan yang terus bertambah dijadikan bahan motivasi oleh Irsyad Muchtar di hadapan peserta diklatnya. “Borneo Tribune tak akan lahir jika tidak ada kerja keras, tidak mau meluangkan waktu, dan tak ada kemauan dari para pengelolanya,” ungkapnya.
Irsyad banyak menyandingkan model kerja Media Indonesia, PIP, dan berbagai media lain yang memenuhi cakrawalanya. Pertemuan di Borneo Tribune-pun tak kurang dari 1 jam lamanya.
Peserta antusias, sedangkan para crew di Borneo Tribune juga dapat memetik banyak pelajaran. Terjadi knowledge share dengan suasana akrab dan terbuka.
Hal serupa diperoleh dari Aqua Dwipayana. Dia mengajarkan peta jalan sukses sebagaimana dia telah merasakannya.
“Bekerja dengan 4 kartu As. Insya Allah sukses,” ungkapnya dengan kembang keringat di jidatnya yang bersih. Ia pun hadir dengan membawakan oleh-oleh yang renyah untuk dikunyah.
Kartu As yang pertama, menurut pria yang rajin beramal ini adalah kerja keras. “Tidak mungkin ada pekerjaan yang bisa dilakukan tanpa kerja keras. Kalau tidur saja, habislah,” ungkapnya.
Kartu As yang kedua adalah kerja cerdas. “Kerja keras saja tidak cukup jika kita tidak kerja cerdas,” ungkapnya. Dicontohkan dengan tukang batu. “Apa kurang keras kerjanya? Tapi pendapatannya jauh lebih rendah ketimbang jenis pekerjaan lain. Kenapa? Karena menggunakan otot bukan otak untuk berpikir,” ujarnya seraya menyebut sejumlah tokoh sukses yang bisa mengembangkan kapasitas dirinya dari mulai gembel menjadi bos, atau milioner lantaran peras otot dan otak.
As yang ketiga adalah ikhlas. “Kerja keras dan kerja cerdas saja tidak cukup untuk menjadi orang atau lembaga yang sukses. Karena sesungguhnya hidup sukses itu bersarang pada hati. Kalau hati ikhlas, hidup akan bahagia,” ungkapnya.
“Apalah arti kita punya banyak uang dan reputasi, tapi kalau banyak musuh? Hati yang tidak ikhlas akan menyebabkan hidup kita sempit,” timpalnya.
As yang keempat adalah tuntas. “Ketiga hal di atas masih belum sempurna tanpa kerja tuntas, tas, taaas,” imbuhnya bercanda.
Aqua menyuntikkan banyak sekali motivasi sehingga 1 jam lebih dia berada di dapur redaksi Borneo Tribune.
Aqua melihat satu persatu crew Borneo Tribune. Dia berkeyakinan Borneo Tribune akan sukses dengan rumus 4 as yang disampaikannya.
4 kartu As yang diajarkan Aqua, maupun cakrawala yang disajikan Irsyad Muchtar kami genggam erat-erat. Untuk itu, pada bulan ketujuh kami membentuk biro kedelapan. Ini perkembangan baru di Kabupaten Sambas. Budi Rahman dapat kepercayaan untuk bertugas di sana.
Manajemen Borneo Tribune juga mengirim Kepala Biro Singkawang, Mujidi ke Jakarta untuk meningkatkan kapasitas dirinya dalam pemberitaan. Dia mengikuti Kursus Narasi di Yayasan Pantau dengan pengampu guru besar narasi, Prof Janet Steel dan Andreas Harsono.
Tak hanya membentuk biro dan mengirim crew untuk pelatihan. Borneo Tribune mendidik siswa-siswi SMA Ignasius di Singkawang untuk belajar jurnalistik. AA Mering tampil ke Singkawang bersama Andry. “Kalau kita menanam tomat akan berbuah tomat. Kalau kita menabur kebaikan, akan berbuah kebaikan,” ungkap dua motivator yang bertandang ke Borneo Tribune, Irsyad Muchtar dan Aqua Dwipayana.
Borneo Tribune sepakat untuk itu. Borneo Tribune juga sudah membuktikan kebenaran hukum alam tersebut. Untuk itulah mari kita eratkan kebersamaan dengan menaburkan lebih banyak bibit-bibit kebaikan. Kelak di kemudian hari kita bersama pula akan panen kebaikan-kebaikan hingga bilangan tak berbilang. Salam ■


Baca selengkapnya..

Kondusifitas Pelantikan Hasan Karman

Salut, dan acungan jempol buat entitas keamanan, politisi, tokoh masyarakat dan seluruh rakyat di Kota Singkawang. Pelantikan Walikota Hasan Karman (HK) berlangsung aman, sukses dan lancar, Senin (17/12) kemarin.
Pujian dan sanjungan datang dari berbagai pihak. Mereka, seperti Ketua MABM Kalbar, H Abang Imien Taha mengatakan, proses demokrasi ini adalah pilihan rakyat. Terasa rakyat dan aparat saling bahu-membahu untuk mewujudkan keamanan yang kondusif. Pada gilirannya semua pihak dapat menghirup udara segar dan roda pembangunan tanpa jeda. Terus berputar.
HK dan pasangannya Edy R Yacoub (ERY) segera dapat memanfaatkan suasana yang kondusif dengan langkah-langkah praktis dan strartegis. Langkah-langkah awal yang diambilnya akan mendapat sorotan banyak pihak.
Jika betul langkah HK-ERY, maka keduanya akan mendulang sukses jauh lebih banyak dan lebih cepat lagi. Baik internal maupun eksternal.
Usulan untuk langkah-langkah strategis itu sudah berdatangan dari banyak pihak. HK-ERY perlu merenungkannya, dan mengambil keputusan tepat.
Usulan utama adalah sesegera mungkin HK-ERY melakukan rapat internal. Keduanya perlu menyesuaikan data dan fakta dalam visi-misinya dengan realitas lapangan yang di depannya.
Program hanya bisa berjalan jika “sepaham”. Oleh karena itu cucuk-cabut “kabinet” tentu tak akan dapat dihindari. Parameternya jelas. Bagi yang sudah bekerja bagus-prestisius akan dipertahankan. Sebaliknya yang negatif, pasif, hanya menunggu bola, menunggu petunjuk atasan, harus didorong untuk maju lebih aktif sampai batasan waktu tertentu. Kejar target.
Jika target tidak tercapai mau tidak mau harus dimutasi ke tempat yang pas. Ini resiko.
Pendekatan persuasif dalam hubungan internal ini sangat menentukan keberhasilan HK-ERY. Untuk itu HK-ERY harus terbuka, sedia membuka diri, dan open management. Dengan demikian tingkat kepercayaan pada pasangan ini akan dapat dipertahankan. Di mana nilai open tersebut tak lain adalah upaya menjalankan pemerintahan yang baik (good government) dengan azas transparansi (keterbukaan), akuntabel (dapat dipercaya).
Dalam rangka meeting internal, HK-ERY juga patut “sowan” kepada tokoh-tokoh masyarakat, sehingga “restu” para tokoh makin menguatkan posisi keduanya. Pada sisi lain adat ketimuran dapat dipertahankan dengan nilai-nilai positif di dalamnya.
Lintas generasi, antara senior, yang sedang berkuasa dan generasi muda menjadi teladan yang baik untuk politik. Estafeta pembangunan Singkawang akan bergerak efektif dengan dukungan semua pihak serta menjadi cahaya gemilang buat teladan kepada daerah-daerah lainnya di Kalbar.
Jika HK-ERY juga memprioritaskan mengunjungi bakal arena MTQ Provinsi di mana Singkawang sebagai tuan rumahnya di tahun 2008 dan atau rehabilitasi Masjid Agung, akan mengangkat citranya di komunitas muslim-melayu yang notabene cenderung memilih pasangan Awang-Raymundus. Hal ini akan memetakan HK terutama sebagai tokoh yang cair, polar dan sublim.
Juga menarik usulan kepada HK-ERY untuk menjadikan Awang Ishak dan Raymundus Sailan sebagai unsur penasehat pembangunan di Kota Singkawang. Demikian karena tidak sedikit hal-hal positif hasil dari pembangunan yang telah dilakukan keduanya seperti infrastruktur dan suprastrukturnya.
Jika hal itu dilakukan, tidak terjadi pendapat umum: ganti pejabat, ganti kebijakan.
Pelantikan HK-ERY di Pemkot Singkawang ada nilai-nilai baru yang patut diperhatikan. Untuk Pemkot Singkawang, baru kali ini dipimpin oleh Walikota yang beretnis Tionghoa. Tetapi hal ini bukanlah baru bagi Kalbar, karena Bupati Sanggau sudah mendahuluinya, Drs Yansen Akun Effendi, M.Si, MH.
Pertimbangan etnisitas sesungguhnya tidak terlalu penting karena setiap manusia adalah sama. Tetapi langkah-langkah utama yang dilakukan menentukan penilaian bahwa seseorang itu adil atau tidak.
Keberhasilan dalam langkah internal akan berimbas pada langkah eksternal seperti mengundang investor dan hubungan ke provinsi atau pusat-Jakarta. Pembagian tugas secara manajemen pemerintahan harus tampak harmoni di pandangan masyarakat.
Tak jarang sebulan dua bulan pasangan pemimpin serasi dan sejoli, tapi dalam perjalanannya merenggang dan disharmoni. Untuk ini HK-ERY perlu langkah antisipasi.
Harmonisasi keduanya, akan menentukan efektivitas dan efisiensi gerak internal dan eksternal. Di mana kedua-duanya harus ibarat dua tangan dalam menggerakkan roda pemerintahan di Kota Singkawang.
Keberhasilan awal dalam pelantikan HK-ERY juga jadi spektrum bagi Provinsi Kalbar. Menurut rencana pada 14 Januari akan dilantik Gubernur Drs Cornelis, MH dan Wagub Christiandy Sanjaya, SE, MM.
Kalau di Singkawang aman, di Kota Pontianak sebagai Ibukota Provinsi Kalbar kelak juga akan aman. Kita yakin untuk itu. ■




Baca selengkapnya..

Religiusitas Menyambut Tahun Baru

Hari demi hari kita lalui, waktu mengalir bagaikan air. Tanpa terasa kita telah memasuki bulan tua di senja Desember. Tahun baru sudah di depan mata.
Desember tahun ini dihuni sejumlah hari-hari besar. Selain natal dan tahun baru, juga hari raya kurban, Idul Adha 1428 Hijriyah.
Umat Islam di seluruh penjuru dunia merayakan hari napak tilas perjuangan Nabi Ibrahim dan Ismail. Di mana secara gamblang tertuang dari ritual haji. Dan sekitar 3 ribu jamaah haji “dari Bumi Kalbar terbang” ke Arafah untuk berwukuf dengan pakaian serba putih, ihram.
Borneo Tribune menurunkan laporan khusus soal kurban dan haji ini, Minggu (16/12) lalu. Haji dan kurban dikupas dari berbagai sisi. Mulai dari syariat, sejarah, hingga hikmah-hikmahnya.
Begitupula edisi Minggu (23/12) kali ini. Borneo Tribune menyajikan laporan khusus edisi natal. Demikian karena dua hari ke depan, umat Katolik dan Kristen merayakan hari kudus, Natal.
Suasana khusuk dan religius sudah terasa sejak beberapa hari terakhir ini. Di mana gereja-gereja, sekolah, kantor, mall, hingga rumah tangga berbenah lebih genah. Bahkan berdandan lebih mewah di mana asesoris Natal seperti pohon cemara dan lain-lain laris-manis menghias di mana-mana.
Kedatangan Yesus sebagai juru selamat benar-benar memberikan nilai-nilai pencerahan dalam hidup bagi umat—khususnya Katolik dan Protestan. Hal religius tersebut tak luput dari liputan Borneo Tribune.
Apresiasi yang tinggi ditujukan tidak hanya para ruhaniawan, tapi juga hingga sejarahwan maupun politisi. Untuk hal yang satu ini, Wakil Gubernur, Drs Christiandy Sanjaya dan Gubernur terpilih, Drs Cornelis, MH memberikan kontribusi yang besar.
Pembaca. Sejak Borneo Tribune terbit, perhatian kepada agama memang menjadi konsentrasi kami. Demikian karena tidak ada suatu ajaran agama sekecil apapun yang tidak baik. Kesemua nilai-nilai ajaran agama itu memberikan manfaat yang besar jika dijalankan dengan sungguh-sungguh.
Borneo Tribune punya perhatian khusus ke arah tersebut karena titik tekan koran ini adalah pendidikan. Nilai-nilai religius dengan pendidikan kita sadari tak lebih, tak kurang, merupakan setali tiga uang. Ia terikat amat kuat.
Dengan nilai-nilai keimanan yang tinggi, seseorang akan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Kesemua nilai agama seperti kejujuran, kasih sayang, tolong menolong semua adalah baik dan ditularkan lewat pendidikan. Pendidikan akan mewujudkan harmonisasi dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.
Nilai-nilai agama akan semakin nyata dalam kehidupan sehari-hari ketika pendidikan dan wawasan masyarakat lebih terbuka. Lebih egaliter. Terlebih di era informasi kesejagatan ini. Membuka wawasan dengan informasi sudah amat sangat canggihnya. Egalitarian pun dapat kita ejawantahkan sehingga kita menjadi generasi yang kosmopolitan atau dapat hidup di mana saja berbekal nilai-nilai kebaikan tersebut.
Ke depan, edisi Tahun Baru kami juga akan menyajikan laporan khususnya. Sama konsentrasinya dengan dua gari raya dari dua agama besar di dunia.
Kita akan melanglang buana mencermati aneka peluang di tahun 2008 dengan mencermati capaian langkah dan prestasi di tahun 2007. Anda tentu boleh berkontribusi views dan news di Borneo Tribune. Syaratnya tentu saja menghubungi kami di dapur redaksi.
Oleh karena itu pada kesempatan yang baik ini, ingin juga kami informasikan bahwa mengisi akhir tahun dan menyongsong tahun 2008, manajemen juga mengambil keputusan menggabungkan dua kantor yang semula dua menjadi satu.
Awalnya kami mempunyai unit pelayanan administrasi dan marketing di salah satu ruko Pasar Flamboyan, maka sejak Sabtu (15/12) yang lalu semua piranti keras dan lunak semua sudah diboyong ke Purnama Dalam 02. Tujuannya agar kekuatan lebih solid dan kukuh. Unit yang ditinggalkan tak lebih difungsikan untuk distribusi koran saja.
Sejak sepekan yang lalu layanan administrasi keuangan dan marketing sudah terasa nilai tambah utilitasnya. Oleh karena itu kami yakin pada hari-hari ke depan akan semakin mantap, terlebih jalur jalan protokol Purnama juga sudah semakin mentereng dengan beton bertulang keseluruhannya.
Tata ruang di Borneo Tribune tentu menyesuaikan dengan bergabungnya dua kantor ini. Ruang yang longgar diberdayakan lebih maksimal.
Dengan kebersamaan segala aral yang melintang pun bisa disingkirkan. Ruang yang kecil dibesarkan. Ruang yang kurang berguna ditata dan disempurnakan sehingga semua merasakan nikmatnya team work, networking, kerjasama dan kebersamaan.
Nikmat kebersamaan itu tak ubahnya dua hari raya agama yang tenggat waktunya tidak berjauhan di atas. Dengan kebersamaan dan toleransi bahkan kerjasama sosial, kita juga merasakan kenikmatan hidup. Kami di Borneo Tribune yang multietnis dan agama bisa jadi adalah spektrum bagi Kalbar pada khususnya dan Indonesia pada umumnya.
Jika situasi aman dan damai serta saling bekerjasama ini dapat kita pertahankan, dapat kita pupuk dan pelihara dengan baik serta seksama, maka prestasi-prestasi besar ke depan akan dapat kita raih bersama-sama pula. Bukankah kejayaan hanya bisa dipersempbahkan dengan semangat persatuan dan kesatuan? Bukankah karena bersatu kita menang? ■


Baca selengkapnya..

Selasa, 04 Desember 2007

Biolog Jerman Temukan Biawak Baru di Sulawesi

"Mendadak Beken di Dunia Ilmu Pengetahuan"
Oleh: Yanti Mirdayanti/Freelancer

Baru-baru ini dunia ilmu pengetahuan fauna di Jerman dihebohkan dengan hasil penemuan jenis spesies biawak baru dari Sulawesi oleh seorang ahli biologi asal kota Bonn. Pemuda berusia 30 tahun berkacamata yang langsung beken di dunia ilmu pengetahuan Jerman ini bernama Andrè Koch.
Di beberapa koran Jerman Andrè Koch tampak sedang difoto memegang salah satu biawak Sulawesi hasil penemuannya. Biawak yang dipegangnya di
foto itu menurut pengakuan Koch panjangnya 1,60 meter. Foto itu bukan hasil bidikan wartawan, melainkan hasil jepretan dengan kamera Koch sendiri. Tentunya sebagai salah satu dari sekian dokumentasi pribadi Koch yang diambilnya selama masa penelitian di Indonesia.
Andrè Koch adalah seorang mahasiswa S3 untuk bidang Biologi Universitas Bonn, Jerman. Penelitiannya dilakukan di Indonesia selama kurang lebih enam bulan. Dengan menggunakan sampan di berbagai sungai, penelitian dilakukan Andrè Koch dengan berkeliling di beberapa kepulauan di Indonesia, terutama di Sulawesi dan sekitarnya. Penelitian dilakukan dengan berkali-kali datang ke Indonesia antara tahun 2005 dan 2007.
Selama masa penelitian dan pengumpulan data tentang biawak Indonesia, Andrè Koch ditemani Evy Arida, seorang counterpart proyek dari LIPI Bogor. Saat ini Evy Arida sendiri berdomisili di Bonn dalam rangka melakukan penelitian untuk jenis binatang Komodo. Seperti juga Andrè Koch, status Evy Arida adalah sebagai mahasiswi S3 di Universitas Bonn dengan dukungan beasiswa dari DAAD (German Academic Exchange Service).
Baik Andrè Koch maupun Evy Arida bisa ditemui setiap hari di tempat penelitiannya di Musium Penelitian Fauna Alexander-König di Bonn. Atau musium ini dikenal dí Bonn/Jerman dengan sebutan 'Zoologisches Forschungsmuseum Alexander König', disingkat ZFMK. Dalam rangka salah satu tugas pelajaran jurnalisme, saya berhasil menemui kedua ilmuwan muda ini beberapa waktu lalu di tempat penelitiannya.
Menurut Andrè Koch, jenis biawak baru hasil temuannya dalam bahasa Latin disebut dengan istilah 'Varane Salvator' atau 'Varanus Salvator'. Dengan mengejutkan dan tidak disangka-sangka sebelumnya oleh Koch, di Sulawesi telah ditemukan kurang lebih lima jenis biawak Varanus Salvator yang berukuran antara 2-3 meter. Yang berhasil ditemukan oleh Andrè Koch paling panjang adalah dua meter. Keistimewaan penemuan di Sulawesi ini adalah berkumpulnya berbagai jenis biawak yang memiliki ciri kulit luar yang berbeda-beda. Misalnya ada yang berwarna gelap sekali, berwarna coklat, bermotif garis-garis, maupun yang hanya berciri bercak-bercak sana sini. Hal ini menurut Andrè Koch tidaklah lazim, karena pada umumnya di setiap pulau di Indonesia hanya ditemukan satu jenis biawak yang sama saja. Yang ditemukan di Sulawesi adalah unik, karena keragaman jenisnya. Hal ini menurut Andrè Koch ada kemungkinan berhubungan dengan sejarah ekologi Indonesia di masa lalu, ketika perubahan suhu dari dingin ke suhu agak memanas. Kemudian karena tempat-tempat yang terisolisasi, di Sulawesi dimungkinkan berbagai jenis berkembang sendiri-sendiri atau tidak bercampur, sehingga bisa
ditemukan berbagai jenis biawak yang berbeda wujudnya seperti sekarang ini. Proses rute migrasi biawak-biawak Indonesia ini tentu saja merupakan salah satu dari penelitian Andrè Koch juga.
Walaupun biawak Varanus Salvator ini berukuran besar, namun tidak termasuk berbahaya bagi manusia. Makanannya termasuk jenis serangga, tikus, binatang reptil lainnya, serta binatang berkulit keras. Biawak jenis ini bisa hidup di air maupun darat (amphibi).
Menurut Koch, biawak yang ditemukannya merupakan salah satu jenis reptil kadal terbesar yang hidup di jagat bumi saat ini. Ada kemiripan dengan jenis dinosaurus jaman dulu. Biawak ini oleh Koch disebut juga sebagai salah satu jenis reptil yang paling pintar.
Biawak Varanus Salvator belum termasuk binatang terancam punah. Namun Andrè Koch merasa cemas juga dengan perkembangan bisnis kulit binatang reptil Indonesia saat ini. Indonesia yang merupakan negara pengekspor kulit binatang reptil terbesar di Asia, setiap tahunnya menjualbelikan sebanyak 400.000 kulit binatang reptil. Artinya setiap tahunnya ratusan biawak ditangkap dan kulitnya dijadikan komoditi pasar untuk tas maupun sepatu. Di beberapa daerah biawak dijadikan juga bagian dari menu makanan.
Dari penelitiannya, Andrè Koch berharap bisa memecahkan teka-teki, mengapa biawak Varanus Salvator yang berbagai jenis itu ditemukan di Kepulauan Sulawesi. Apakah ada hubungan kekerabatan antara satu jenis spesies biawak dengan jenis lainnya di sana? Dan bagaimana proses rute migrasi para biawak Sulawesi itu? Demikian diantaranya pertanyaan-pertanyaan yang ingin dipecahkan dalam penelitian Andrè Koch tentang
species baru biawak Sulawesi ini. 


Baca selengkapnya..

Setelah Kesulitan Pasti Ada Kemudahan

Hidup ini laksana roda pedati. Berputar terus. Kadang seperti siang dan malam, putih dan terang, lalu lambat laun kelam malam pun datang.
Sesudah kesulitan pasti ada kemudahan. Tergantung pada diri kita sendiri, mau atau tidak menghadapi masalah, ujian, atau cobaan itu. Kalau kita tekun, rajin, disiplin dalam menghadapi segala ujian dan cobaan, kita akan terampil menghadapi segala situasi dan kondisi. Hidup akhirnya seperti perjalanan yang menyenangkan. Tapi sebaliknya jika terus-menerus mengeluh, apakah ada solusi jika terus mengeluh?
Kalau dengan mengeluh lantas lahir solusi masalah, sebaiknya kita buka "posko peduli keluh". Marketnya pasti besar. Uang pun pasti mengalir deras. Namun sayangnya, mengeluh tak melahirkan apa-apa kecuali buang-buang waktu. Hasilnya kadang negatif. Orang-orang tempat kita mengeluh jadi terbuang-buang pula waktunya. Iya jika mereka maklum, tapi kalau sekedar mendengar saja? Apalagi jika segala uneg-uneg dijadikan blunder. Bisa nyahok. Apalagi di dalam lingkungan sekitar kita sedikit yang bisa jadi kawan, lebih banyak yang potensial jadi lawan.
Setelah kesulitan ada kemudahan. Jika kita kerja keras, kita akan dapatkan hasilnya. Selalu terbentang jalan jika kita mau merintisnya.
Kalau jalan sudah terbentang, mulus perjalanan sampai ke tujuan. Kita bisa pulang dengan membawa banyak cerita. Bahkan juga tentu saja oleh-oleh sebagai cinderamata.
Kalbar yang usai menghelat Pilkada juga usai kesulitan ada kemudahan. Cornelis-Christiandy yang memenangkan Pilkada juga merasakan usai kesulitan ada kemudahan.
Saya yakin, UJ-LHK yang kalah bersama Akil-Mecer serta OSO-Lyong juga akan merasakan: usai kesulitan ada kemudahan. Cuma ceritanya bakal terurai 1-2 atau 3 tahun ke depan.
Roda pedati kehidupan terus berputar. Kadang ke atas, kadang ke bawah.
Cuma hidup kita bukanlah roda. Kita ini manusia.
Sebagai manusia yang berakal kita mesti menyesuaikan diri, kapan kita di atas dan kapan kita di bawah.
Intinya kembali ke hati. Kalau di atas jangan sombong dan congkak. Kalau di bawah jangan minder dan malas. Harus kerja keras dan penuh percaya diri.
Di sini uniknya manusia. Hidup itu ternyata ada dalam hati. Maka hati harus hidup. Jangan buat hati mati.
Cara menghidupkan hati tentu dengan bumbata. Buka mata, buka telinga. Bukannya bermata tapi tak melihat, bertelinga tapi tak mendengar.
Kalau bermata tapi tak melihat, bertelinga tapi tak mendengar, ini sama dengan dungu dan netra. Bahkan dalam salah satu firmal ilahi disebut lebih rendah derajatnya daripada binatang.


Baca selengkapnya..

Sabtu, 01 Desember 2007

Kalbar Aman, Kita Ukir Masa Depan

Kata kunci keamanan benar-benar mendapatkan penekanan di atmosfir redaksi Harian Borneo Tribune. Aman dalam segala hal. Baik secara politik, sosial, maupun budaya.
Masa kritis keamanan Kalbar secara politik sudah lewat. Pilkada yang hura-hura, penuh hiruk pikuk, intrik, taktik dan strategi serta umbar janji-janji sudah lewat. Hanya tinggal rekaman suara, gambar dan cerita yang menjadi album kenangan bagi kita semua.
Soal kalah dan menang adalah soal biasa. Sudah terpilih Gubernur baru, yakni Drs Cornelis, MH dan Christiandy Sanjaya, SE, MM. Kita ucapkan selamat dan sekaligus mengingatkan agar “figur pemersatu” ini dapat berbuat secara maksimal bagi prestasi pembangunan bagi Kalbar dalam mewujudkan masyarakatnya agar adil dan sejahtera.
Harian Borneo Tribune dengan disiplin kerja redaksi yang mengutamakan akurasi dan verifikasi data mengedepankan aspek keamanan sebagai fokus karena Kalbar relatif rawan akan konflik. Jika media massa keliru sedikit saja dalam mengemas dan menjadikan beritanya, kisah sukses masa depan yang bisa diukir dengan kebersamaan bisa berubah menjadi cerita pilu dan duka. Kita tentu tidak mau hal itu terjadi. Oleh karena itu aspek keamanan benar-benar dijunjung tinggi.
Keamanan menjadi hasrat hidup semua makhluk hidup. Dia lepas dari sekat etnis, maupun agama.
Karena titik kritis sudah lewat, kita semua bisa bernapas lega. Kita semua sudah bisa fokus menatap masa depan dengan jauh lebih sempurna.
Biarlah rel politik terus berputar dengan kepemimpinan Kalbar yang baru, di mana telah terpilih pemimpin baru. Kita dengan aktivitas di profesi masing-masing bisa semakin fokus bekerja. Mengukir prestasi untuk kinerja terbaik dan dipersembahkan bagi masyarakat luas.
Gubernur bisa bekerja secara optimal di kursi eksekutif, wakil rakyat bisa bekerja secara optimal di kursi legislatif. Begitupula penegak hukum di kursi yudikatif, maupun pers. Mahasiswa dengan civitas akademika, tokoh masyarakat, tua-muda, laki-perempuan dengan kondisi yang aman dan terpelihara kondusif bisa memberikan performa terbaiknya.
Lantaran rasa syukur yang tak terhingga, keluarga besar Borneo Tribune berikut civitas akademika Tribune Institutenya tak urung membuat acara syukuran. Dengan bersyukur maka akan semakin muncul kesadaran untuk merawat kondisi keamanan agar terawat dan terpelihara.
Warna-warni dukungan politik yang sempat mewarnai direduksi. Hangatnya suhu politik kembali turun normal. Lalu kita bergandengan tangan kembali untuk mengukir masa depan dengan performa ideal.
Dilihat dari aspek momentum, tasyakuran tersebut ideal. Dilihat dari aspek waktu di mana ujung Pilkada sudah akhir Nopember, kumpul bareng seluruh karyawan-karyawati sangat baik untuk menghimpun pendapat, aspirasi, maupun keinginan-keinginan demi mencapai sukses di masa depan.
Satu per satu crew Borneo Tribune mendapatkan kesempatan bicara. Aspirasi dan pendapat pun mencurah. Tak ada sungkan-sungkan dan rasa tertekan karena kemerdekaan diberikan setengah-setengah, semua bicara lepas. Input yang diserap dicatat dan diproses dalam mekanisme manajemen dan dikeluarkan dalam bentuk program-program.
Kami kemudian menyusun satu program yang hendak kami kerjakan di tahun 2008.
Jadi, selamat datang tahun 2008, selamat bekerja bagi kita semua. Salam ■



Baca selengkapnya..