Tepuk tangan mengembang manakala President MarkPlus Hermawan Kartajaya menyebutkan bahwa Kalbar adalah contoh konkret “New Wave Marketing,” konsep baru dalam seminar di Restoran Gajahmada, Senin (20/4) kemarin. “Kalbar berhasil melaksanakan pesta demokrasi dengan aman dan damai, meskipun yang terpilih adalah pasangan yang punya diferensiasi tinggi,” ungkapnya.
Yang dimaksud “Ayatollah Perbankan Syariah Indonesia” ini adalah terpilihnya Cornelis, berpasangan dengan Christiandy Sanjaya, pada Pemilu Gubernur November 2007 lalu. “Seperti Face Book, ia berkembang tanpa membeda-bedakan agama, etnis, golongan, bahkan laki-laki maupun perempuan. Jika seseorang ingin sukses dalam politik, maka dia harus bisa tampil excellent (memuaskan, red) dalam segala komunitas,” timpal Hermawan yang tadi malam tampil dengan jas lengkap warna gelap dipadu kemeja bergaris-garis hitam.
Pria yang masuk 50 guru marketing terbaik dunia ini juga mencontohkan Obama yang terpilih secara aklamasi sebagai Presiden Amerika. Katanya, Obama mempunyai pola komunikasi horizontal yang sangat baik. “Dia adalah contoh new wave marketing. Bahkan saat berdialog dengan Yugo Chavez pun Chavez tidak bisa apa-apa. Kenapa? Ya, yang Obama berikan adalah cinta,” ungkapnya.
Hermawan menegaskan bahwa setiap orang adalah marketer. ”Partai Demokrat itu sangat pintar. Sedikit keluar uang tapi menang besar. Begitupula PDIP di Kalbar.”
Sebagaimana di Kalbar yang pernah dilanda konflik etnis, new wave sudah terjadi di Indonesia pasca jatuhnya Presiden Soeharto. “Hanya saja keberuntungan Indonesia yang tidak terimbas krisis keuangan global adalah karena rahmat Tuhan, bukan by design (dirancang/direncanakan, red),” ujarnya disambut gelak tawa hadirin. “Indonesia adalah bangsa yang beruntung,” timpalnya.
“Indonesia sudah lama menjadi negara dengan konsep new wave, buktinya di Kalbar bisa terpilih gubernur dan wakil gubernur kendati minoritas. Kalbar mesti bangga. Demokratis tapi damai,” tutur Hermawan yang merupakan konsultan internasional dengan membuka kantor MarkPlus di Kuala Lumpur dan Singapura, selain sejumlah kota besar di Indonesia.
Hermawan mengakui bahwa semangat itulah yang dibawanya untuk membawa Indonesia maju dan tidak hanya mampu mengekspor TKI/TKW. “Indonesia aman dan tidak mengenal bom boman. Ilmu ngebom itu kan lebih banyak diperkenalkan para tetangga kita. Terutama Kalbar sangat dekat dengan tetangga itu,” imbuhnya yang lagi-lagi mengurai tawa sekitar 150 hadirin.
Pria yang saat ulang tahunnya yang ke-60 diterbitkan buku khusus tentang dirinya ini membawa buku karyanya yang terbaru berjudul New Wave Marketing. Isinya 303 halaman dengan uraian 12 Cs, masing-masing communication, confirming, clarifying, coding, co-creation, currency, communal activation, conversation, commersialization, character, caring dan collaboration.
Seminar yang dimulai pada pukul 16.45 itu dibuka oleh Gubernur Kalbar diwakili Asisten II Setda, Maryadi. “Seminar ini sangat tepat karena dunia saat ini dilanda gempa ekonomi,” ujarnya.
Hadir dalam seminar sejumlah tokoh Kalbar seperti Ketua MABT, Harso Utomo Suwito, Paulus Florus, Pastor Robini Maryanto, karyawan-karyawati perbankan, insan pers, dan marketer-marketer sejumlah perusahaan.
Seminar yang dimoderatori Putut dibagi menjadi dua sesi, pertama pembukaan hingga jam makan malam, dan kedua lanjutan materi pada pukul 19.30 hingga 21.00 WIB.
Seminar digelar juga dalam rangka menggalang dana sosial untuk kegiatan jambore interfaith dimana tujuannya adalah pemahaman bersama atas fungsi sosial terhadap nilai-nilai universal. Hermawan menyambut positif gagasan tersebut, dan untuk itu dia bersemangat untuk hadir ke Kalbar.
“Saya bangga dengan Kalbar karena menjadi contoh konkret new wave marketing. Saya mendukung upaya kebersamaan horizontal yang lintas etnis dan agama seperti digalang CROSS, CRID, Borneo Tribune dan Tribune Institute,” imbuh Hermawan.
Hermawan mencontohkan Bupati Lamongan, H Mas’ud mampu meraih juara MarkPlus karena melahirkan Perda Wajib Menguasai Bahasa Mandarin. ”Kabupaten yang hampir seluruh wilayahnya santri mampu berbahasa Mandarin. Pernah para santriwati berjilbab tampil menyanyikan lagu dalam Bahasa Mandarin. Kok bisa? Karena ada hadits Nabi Muhammad SAW yang mengatakan belajarlah walaupun sampai ke negeri China,” ungkap Hermawan yang menangguk gelak tawa hadirin. ”Begitulah new wave marketing. Dia tidak legacy, tidak vertikal, tapi horizontal. The world is still round, the market is already flat,” tegasnya.
Acara berlangsung meriah dengan garis tegas antara yang sama jangan dibedakan, yang berbeda jangan disamakan. Itulah konsep new wave marketing. Bersaripati pada nilai-nilai universal seperti kejujuran dan keadilan tanpa mengenal asal-usul etnis, agama, parpol, bahkan laki-laki maupun perempuan.
Senin, 20 April 2009
Hermawan Bangga Kalbar Provinsi New Wave Marketing
Posted by Noeris at 09.17
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar