Sabtu, 18 April 2009

Meja Peristiwa 2006-2009


Entah mengapa pertemuan malam ini kembali di sini. Dahulu di tahun 2006, terjadi pertemuan penting di Meja Galaherang ini. Rentang waktu yang cukup panjang. Tiga tahun yang lalu.

Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa. Ia Maha Mengetahui. Rekonstruksi peristiwa ini seperti merangkai kembali berita-berita. Rekonstruksi. Dan rekonstruksi itu di meja 2006 ini.
Album 2006 terbuka. Aku bertemu seorang leader. Ia memberikan pandangan-pandangan dengan penuh kebijaksanaan. "Fakta sangat penting. Fakta bisa bercerita. Seperti foto, tanpa kata-kata ia sudah mewakili seribu kata."
Aku seorang jurnalis. Aku tahu fakta itu suci. Fact is sacret.
Aku seorang jurnalis. Aku terampil merangkai kata dan fakta. Aku terampil membaca foto news. Ini habbitku sejak terlibat aktif di dunia jurnalistik. Sejak SD hingga perguruan tinggi. Hingga aku mengambil program sosiologi sekarang ini.
Jangankan fakta-fakta kecil, kasus-kasus besar saja bisa aku bongkar dengan teknik investigatif. Apalagi saat ini di mana aku menyelami bahwa masyarakat adalah laboratoriumku. Masyarakat terdiri atas keluarga-keluarga. Keluarga terdiri atas ayah-ibu-anak. Keluarga terdiri atas individu-individu.
Tahun 2006 lewat di benak bagaikan putaran film hingga hari ini, Sabtu 18 April 2009. Aku bertemu seorang leader di meja yang sama. Kami order makan malam for dinner.
Ia bicara soal keputusan yang harus dia ambil sebagai seorang leader yang menemukan fakta-fakta atas ketimpangan atau keganjilan salah seorang stafnya.
Bertanya kepadaku? Wah ini proyek edukatif. Aku diwawancari dan diceritai. Aku jadi pendengar setia. Sesekali saja memberikan respon.
Aku beruluk solusi. Silahkan tempuh jalan yang bil hikmah wal mauizatin hasanah wajadilhum billati hiya ahsan. Tempuh tata cara yang penuh hikmat-kebijaksanaan. Laksana menarik benang dalam tepung, tak ada keguncangan dan keretakan.
Pertanyaannya adalah, bisakah kita menyelesaikan konflik tanpa gesekan? Win-win solution begitu? Tentu saja bisa jika ada saling pengertian, sama-sama berkomitmen untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan baik serta bijak. Tidak saling ngotot dan betot. Tidak main tuding benar-salah. Sebab jika begitu, maka tak akan ada rasa keadilan--apalagi keadilan di dunia ini adalah relatif--hanya keadilan abadi di akhirat nanti yang bisa kita dapatkan melalui pengadilan padang mahsyar dengan hakim MK (Maha Kuasa) Allah Rabbun Jalil--maka yang terjadi di pengadilan relatif dunia dimana saling ngotot adalah putusan win-loose atau menang-kalah. Yang menang bersuka hati, sedangkan yang kalah menggerutu dan mendendam. Akan lahir konflik baru yang lebih besar.
Membuka lembar-lembar album kenangan dari rekonstruksi ruang dan waktu sepanjang 2006-2009 Aku belajar hidup dan kehidupan. Bahwa hidup ini ibarat alam, kadang fajar menyingsing, kadang siang bedengkang, dan kadang malam gelap gulita. Kadang cerah, kadang mendung dan kadang hujan dipenuhi guntur-halilintar seperti tadi subuh. Kita harus siap dalam segala keadaan sebagai khalifatullahi fil ardhi.
Tugas utama khalifah adalah untuk memimpin dan memakmurkan bumi serta mengabdi kepada Tuhan Seru Sekalian Alam. Maka rasa bahagia paling utama adalah ketika kaki sudah di atas sajadah, sudah bersih dengan air wudhu dan menyerah pasrah kepada Allah. Allahu Akbar. Hanya Allah Yang Maha Besar. Urusan dunia? Keciiiiiil. Hidup hanyalah perjalanan. Kita dalam penilaian, siapa yang berjalan lurus, dan siapa yang sesat.
Untuk selamat perjalanan di dunia perlu ilmu. Untuk tidak sesat di perjalanan akhirat perlu ilmu. Untuk selamat di kedua-duanya perlu ilmu. Ilmu itu sendiri nama lain dari Allah yakni Al Ilm.
Kita belajar, kita berdiskusi dengan para leader, para alim bijaksana sama dengan mengejar ilmu atau sama dengan mengejar Allah. Kalau kita sudah bersatu dalam Allah, maka kita sudah masuk medium dunia-akhirat. Karena mati toh adalah pulang menghadap Allah. Kita lahir dari tiupan Ruh oleh Allah, saat mati pun kembali kepada Allah. Artinya, kita ini datang dan pergi hanya untuk kepada Allah.
Kalau begitu ya sudah, tawakkal alallah atas segala masalah. Selagi masih ada tenaga dan kemampuan berpikir berikhtiarlah. Berusahalah. Kata filosof--cinta ilmu pengetahuan--selama masih bisa dipikirkan pasti akan bisa dicapai.
Aku sendiri kemudian melamunkan canda Allah. Di meja ini terjadi rekonstruksi sejarah. Entah mengapa malam ini kembali di sini dengan sekuel kisah yang sama. Melihat tahun 2006 dan 2009 ya sama saja. Enam dan sembilan konstruksinya sama saja. 6-9. Betul kan?

0 comments: