Minggu, 26 April 2009

Magang Jurnalistik Lintas Negara



Sejak Borneo Tribune terbit 19 Mei 2007, animo sejumlah lembaga untuk mengirimkan peserta didiknya untuk praktek berdatangan dari dalam maupun luar negeri. Daftar peserta magang itu ibarat pendaftaran jamaah haji, waiting list.
Sebagai contoh saat ini sedang magang 3 mahasiswi jurusan dakwah, komunikasi penyiaran Islam, kampus STAIN Pontianak. Mereka adalah Hanisa Agustin, Dian Kartika Sari dan Hardianti. Magang pula seorang mahasiswi jurusan Studi Asia asal Bonn University, Jerman, Stephani Jung.
Kalau mahasiswi STAIN magang pemberitaan/jurnalistik sejak 11 Maret-10 Mei, Stephani yang kerap disapa Stefi memulainya sejak dua Minggu yang lalu hingga Juni mendatang.
Sebelumnya empat mahasiswa-mahasiswi Bonn University menyelesaikan magang jurnalistiknya selama 3-6 bulan. Mereka adalah Sena Waldelich, Dorina L Schulte, Mathias Waldmeyer dan Christian Stegmann. Untuk mahasiswa-mahasiswi di Kalbar tak terhitung banyaknya. Sementara itu jadwal magang hingga beberapa bulan ke depan juga sudah penuh untuk yang strata satu maupun diploma.
Pembaca, kami tidak heran jika besar sekali animo belajar jurnalistik di Borneo Tribune. Alasannya karena media ini berpijak pada idealisme, keberagaman dan kebersamaan. Titik tekan pemberitaannya adalah pendidikan.
Kedua, Borneo Tribune juga mempunyai lembaga pendidikan nirlaba bernama Yayasan Tribune Institute (YTI). Bahkan lewat lembaga ini telah diteken MoU antara Untan, Unibonn dan Tribune Institute. Kami berkolaborasi menggunakan ilmu komunikasi dan jurnalistika dalam memindai pembangunan yang demokratis.
Hanisa sebagai salah satu peserta magang mengakui sejak pertama mengikuti program magang mempunyai pengalaman berbeda daripada belajar di kampus. ”Belajar di institusi pers berkenaan langsung dengan masyarakat. Kita belajar dengan masyarakat yang heterogen,” imbuhnya.
Hanisa juga mengikuti pelatihan Quick Count yang diselenggarakan antara Borneo Tribune dan Tribune Institute serta CIRUS Jakarta. Ia mengatakan pengalaman belajar di HBT dan YTI sangat besar dan menyenangkan.
Komentar serupa juga datang dari Dian Kartika Sari dan Hardianti. ”Kami suka belajar secara langsung. Apalagi reporter dan redakturnya tidak pelit berbagi ilmu,” kata keduanya.
Akan halnya Stefi. Bule yang ayah bundanya diplomat di Bosnia ini mengakui punya pengalaman berbeda di Kota Pontianak. Dia pada Jumat-Sabtu kemarin mengikuti sebuah pelatihan di desa. ”Saya suka pengalaman unik di desa. Desa di sini jauh lebih hebat keindahannya ketimbang pengalaman saya di India,” ungkapnya.
Stefi memang hobi traveling. Dia selain pernah 6 bulan di negeri Gandhi, juga di Laos. ”Saya akan berusaha belajar sebaik mungkin di Borneo Tribune dan Tribune Institute,” katanya seraya bangga di kedua lembaga ini dia banyak dapat ilmu serta wawasan baru. Stefi juga akan tampil sebagai pembicara dalam seminar internasional dalam hajatan Golden Anniversary Untan, medio Mei mendatang. Semua kesempatan kami buka bagi para peserta magang sesuai jejaring HBT-YTI.
Pembaca, semua kesempatan yang kami buka itu adalah dalam rangka persahabatan. Apa sih arti hidup dan kehidupan ini tanpa persahabatan? Oleh karena itu yok, mari kita bersahabat dan pererat tali persahabatan. Tak terkecuali persahabatan lintas negara via jurnalistika.



0 comments: