Selasa, 28 April 2009

Maklumi Rumitnya Menanam Raksasa High Density

Di pertigaan SPBU Ahmad Dahlan jalanan macet. Kepala pengendara sepeda motor yang belum tahu ada galian berebut mencari jawaban ada apa gerangan. Apakah ada kecelakaan serius sehingga jalan protokol nan padat ini macet.
Jalanan mulus yang lebar itu sedang dibelah untuk galian pipa lentur high density ”raksasa” berdiameter 500-800 mm. Proyek pipanisasi PDAM yang dikelola PT Promits ini menjangkau wilayah Kota Pontianak sekira 14 km.
Dalam sebuah ekspose setahun yang lalu (16/4), pejabat Walikota Buchary sudah wanti-wanti akan adanya gangguan di jalan raya. Jalan yang dibelah itu Imam Bonjol, Budi Karya, Veteran, Ahmad Yani, Ahmad Dahlan, Wahid Hasyim, Koyoso, dan Ali Anyang. ”Diperkirakan kegiatan pekerjaan ini akan berpengaruh pada kelancaran dan kenyamanan berlalulintas,” kata Buchary yang didampingi Direktur PDAM saat itu Masriatno dan Werry Syahrial dari PT Promits.
Dalam ekspose tersebut dihadirkan seluruh unit kerja di lingkungan Pemkot Pontianak, hingga lurah dan camat, juga Kasat Lantas Poltabes. ”Sosialisasi sejak awal diharapkan agar masyarakat memahami kondisi kegiatan ini, dan kelancaran pemasangan perpipaan juga dijamin tepat waktu,” kata Buchary.
Kenyataannya menanam si hitam kelam itu tidaklah gampang. Membelah aspal berbatu butuh tenaga ekstra yang tak cukup siang dan malam. Target waktu belum terpenuhi.
Hingga kini tujuan melayani konsumen PDAM agar lebih berkualitas belum tuntas-tuntas. PT Promits sudah bekerja keras, tetapi kemacetan tak terhindari sehingga butuh toleransi.
Ketua Komisi B DPRD Kota Pontianak, Ardiansyah meninjau penggalian pipa PDAM di Jalan Alianyang, Rabu (11/3). Ia mendesak agar Dinas Pekerjaan Umum (PU), PDAM dan pelaksana proyek segera menutup galian dan memperbaiki jalan yang rusak akibat galian.
"Kami mendengar keluhan masyarakat. Jalan ini sudah banyak makan korban. Bahkan saya saksikan langsung, tiga jam saya berdiri di sini beberapa kali terjadi kecelakaan. Kalau tidak segera ditutup maka akan banyak lagi korban," kata Ardiansyah.
Walikota yang kini menjabat, Sutarmidji juga menjadi sasaran kemarahan masyarakat. Risau dengan kekesalan yang diarahkan kepadanya, Ia meminta kontraktor segera menutup jalan-jalan yang telah dibongkar dan dipasang pipa raksasa.
Dengan aksen Melayu kental Sutarmidji mengatakan, "Daripade saye dileterkan masyarakat, ditelepon teros. Jalan jadi macet, masyarakat tak bise gunekan. Lebih baek saye suroh kontraktor nutopnye."
Sutarmidji mendesak tanggung jawab pelaksana. "Itu urosan PDAM. Yang jelas jalan haros segere diselesaikan," tegas Sutarmidji.
Kepala Dinas PU Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono yang mendampingi Walikota mengatakan seharusnya kontrak pengerjaan galian tersebut telah berakhir 12 Maret 2009. Namun, hingga saat ini belum ada tanda-tanda selesai. "Nanti kita akan bicarakan dengan PDAM," kata Edi.
Mengenai perbaikan jalan yang rusak akibat dari pelaksanaan galian, Edi mengatakan merupakan tanggung jawab pelaksana proyek. "Sudah ada perjanjian sebelumnya ditandatangai di atas materai. Kecuali trotoar, itu tanggung jawab kita (Dinas PU, red)," jelasnya.
Informasi lain menyebutkan Walikota mentoleransi dua bulan sejak 12 Maret. Artinya jatuh tempo masih ada 14 hari. Hari-hari yang rumit bagi PT Promits.





0 comments: