Selasa, 04 Desember 2007

Setelah Kesulitan Pasti Ada Kemudahan

Hidup ini laksana roda pedati. Berputar terus. Kadang seperti siang dan malam, putih dan terang, lalu lambat laun kelam malam pun datang.
Sesudah kesulitan pasti ada kemudahan. Tergantung pada diri kita sendiri, mau atau tidak menghadapi masalah, ujian, atau cobaan itu. Kalau kita tekun, rajin, disiplin dalam menghadapi segala ujian dan cobaan, kita akan terampil menghadapi segala situasi dan kondisi. Hidup akhirnya seperti perjalanan yang menyenangkan. Tapi sebaliknya jika terus-menerus mengeluh, apakah ada solusi jika terus mengeluh?
Kalau dengan mengeluh lantas lahir solusi masalah, sebaiknya kita buka "posko peduli keluh". Marketnya pasti besar. Uang pun pasti mengalir deras. Namun sayangnya, mengeluh tak melahirkan apa-apa kecuali buang-buang waktu. Hasilnya kadang negatif. Orang-orang tempat kita mengeluh jadi terbuang-buang pula waktunya. Iya jika mereka maklum, tapi kalau sekedar mendengar saja? Apalagi jika segala uneg-uneg dijadikan blunder. Bisa nyahok. Apalagi di dalam lingkungan sekitar kita sedikit yang bisa jadi kawan, lebih banyak yang potensial jadi lawan.
Setelah kesulitan ada kemudahan. Jika kita kerja keras, kita akan dapatkan hasilnya. Selalu terbentang jalan jika kita mau merintisnya.
Kalau jalan sudah terbentang, mulus perjalanan sampai ke tujuan. Kita bisa pulang dengan membawa banyak cerita. Bahkan juga tentu saja oleh-oleh sebagai cinderamata.
Kalbar yang usai menghelat Pilkada juga usai kesulitan ada kemudahan. Cornelis-Christiandy yang memenangkan Pilkada juga merasakan usai kesulitan ada kemudahan.
Saya yakin, UJ-LHK yang kalah bersama Akil-Mecer serta OSO-Lyong juga akan merasakan: usai kesulitan ada kemudahan. Cuma ceritanya bakal terurai 1-2 atau 3 tahun ke depan.
Roda pedati kehidupan terus berputar. Kadang ke atas, kadang ke bawah.
Cuma hidup kita bukanlah roda. Kita ini manusia.
Sebagai manusia yang berakal kita mesti menyesuaikan diri, kapan kita di atas dan kapan kita di bawah.
Intinya kembali ke hati. Kalau di atas jangan sombong dan congkak. Kalau di bawah jangan minder dan malas. Harus kerja keras dan penuh percaya diri.
Di sini uniknya manusia. Hidup itu ternyata ada dalam hati. Maka hati harus hidup. Jangan buat hati mati.
Cara menghidupkan hati tentu dengan bumbata. Buka mata, buka telinga. Bukannya bermata tapi tak melihat, bertelinga tapi tak mendengar.
Kalau bermata tapi tak melihat, bertelinga tapi tak mendengar, ini sama dengan dungu dan netra. Bahkan dalam salah satu firmal ilahi disebut lebih rendah derajatnya daripada binatang.


0 comments: