Minggu, 23 Desember 2007

Religiusitas Menyambut Tahun Baru

Hari demi hari kita lalui, waktu mengalir bagaikan air. Tanpa terasa kita telah memasuki bulan tua di senja Desember. Tahun baru sudah di depan mata.
Desember tahun ini dihuni sejumlah hari-hari besar. Selain natal dan tahun baru, juga hari raya kurban, Idul Adha 1428 Hijriyah.
Umat Islam di seluruh penjuru dunia merayakan hari napak tilas perjuangan Nabi Ibrahim dan Ismail. Di mana secara gamblang tertuang dari ritual haji. Dan sekitar 3 ribu jamaah haji “dari Bumi Kalbar terbang” ke Arafah untuk berwukuf dengan pakaian serba putih, ihram.
Borneo Tribune menurunkan laporan khusus soal kurban dan haji ini, Minggu (16/12) lalu. Haji dan kurban dikupas dari berbagai sisi. Mulai dari syariat, sejarah, hingga hikmah-hikmahnya.
Begitupula edisi Minggu (23/12) kali ini. Borneo Tribune menyajikan laporan khusus edisi natal. Demikian karena dua hari ke depan, umat Katolik dan Kristen merayakan hari kudus, Natal.
Suasana khusuk dan religius sudah terasa sejak beberapa hari terakhir ini. Di mana gereja-gereja, sekolah, kantor, mall, hingga rumah tangga berbenah lebih genah. Bahkan berdandan lebih mewah di mana asesoris Natal seperti pohon cemara dan lain-lain laris-manis menghias di mana-mana.
Kedatangan Yesus sebagai juru selamat benar-benar memberikan nilai-nilai pencerahan dalam hidup bagi umat—khususnya Katolik dan Protestan. Hal religius tersebut tak luput dari liputan Borneo Tribune.
Apresiasi yang tinggi ditujukan tidak hanya para ruhaniawan, tapi juga hingga sejarahwan maupun politisi. Untuk hal yang satu ini, Wakil Gubernur, Drs Christiandy Sanjaya dan Gubernur terpilih, Drs Cornelis, MH memberikan kontribusi yang besar.
Pembaca. Sejak Borneo Tribune terbit, perhatian kepada agama memang menjadi konsentrasi kami. Demikian karena tidak ada suatu ajaran agama sekecil apapun yang tidak baik. Kesemua nilai-nilai ajaran agama itu memberikan manfaat yang besar jika dijalankan dengan sungguh-sungguh.
Borneo Tribune punya perhatian khusus ke arah tersebut karena titik tekan koran ini adalah pendidikan. Nilai-nilai religius dengan pendidikan kita sadari tak lebih, tak kurang, merupakan setali tiga uang. Ia terikat amat kuat.
Dengan nilai-nilai keimanan yang tinggi, seseorang akan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Kesemua nilai agama seperti kejujuran, kasih sayang, tolong menolong semua adalah baik dan ditularkan lewat pendidikan. Pendidikan akan mewujudkan harmonisasi dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.
Nilai-nilai agama akan semakin nyata dalam kehidupan sehari-hari ketika pendidikan dan wawasan masyarakat lebih terbuka. Lebih egaliter. Terlebih di era informasi kesejagatan ini. Membuka wawasan dengan informasi sudah amat sangat canggihnya. Egalitarian pun dapat kita ejawantahkan sehingga kita menjadi generasi yang kosmopolitan atau dapat hidup di mana saja berbekal nilai-nilai kebaikan tersebut.
Ke depan, edisi Tahun Baru kami juga akan menyajikan laporan khususnya. Sama konsentrasinya dengan dua gari raya dari dua agama besar di dunia.
Kita akan melanglang buana mencermati aneka peluang di tahun 2008 dengan mencermati capaian langkah dan prestasi di tahun 2007. Anda tentu boleh berkontribusi views dan news di Borneo Tribune. Syaratnya tentu saja menghubungi kami di dapur redaksi.
Oleh karena itu pada kesempatan yang baik ini, ingin juga kami informasikan bahwa mengisi akhir tahun dan menyongsong tahun 2008, manajemen juga mengambil keputusan menggabungkan dua kantor yang semula dua menjadi satu.
Awalnya kami mempunyai unit pelayanan administrasi dan marketing di salah satu ruko Pasar Flamboyan, maka sejak Sabtu (15/12) yang lalu semua piranti keras dan lunak semua sudah diboyong ke Purnama Dalam 02. Tujuannya agar kekuatan lebih solid dan kukuh. Unit yang ditinggalkan tak lebih difungsikan untuk distribusi koran saja.
Sejak sepekan yang lalu layanan administrasi keuangan dan marketing sudah terasa nilai tambah utilitasnya. Oleh karena itu kami yakin pada hari-hari ke depan akan semakin mantap, terlebih jalur jalan protokol Purnama juga sudah semakin mentereng dengan beton bertulang keseluruhannya.
Tata ruang di Borneo Tribune tentu menyesuaikan dengan bergabungnya dua kantor ini. Ruang yang longgar diberdayakan lebih maksimal.
Dengan kebersamaan segala aral yang melintang pun bisa disingkirkan. Ruang yang kecil dibesarkan. Ruang yang kurang berguna ditata dan disempurnakan sehingga semua merasakan nikmatnya team work, networking, kerjasama dan kebersamaan.
Nikmat kebersamaan itu tak ubahnya dua hari raya agama yang tenggat waktunya tidak berjauhan di atas. Dengan kebersamaan dan toleransi bahkan kerjasama sosial, kita juga merasakan kenikmatan hidup. Kami di Borneo Tribune yang multietnis dan agama bisa jadi adalah spektrum bagi Kalbar pada khususnya dan Indonesia pada umumnya.
Jika situasi aman dan damai serta saling bekerjasama ini dapat kita pertahankan, dapat kita pupuk dan pelihara dengan baik serta seksama, maka prestasi-prestasi besar ke depan akan dapat kita raih bersama-sama pula. Bukankah kejayaan hanya bisa dipersempbahkan dengan semangat persatuan dan kesatuan? Bukankah karena bersatu kita menang? ■


0 comments: