Setiap tahun menjelang Idul Fitri pemandangan di mana-mana adalah pameran kemiskinan. Gambaran itu terlihat dengan jelas dengan berduyun-duyunnya sekelompok orang untuk mohon bantuan uang. Mereka biasanya para orang tua, ibu-ibu serta anak-anaknya.
Pameran kemiskinan ini memang peak session. Demikian karena selama bulan puasa, umat Islam dianjurkan untuk menahan hawa nafsu sekaligus berderma dengan ejawantah dekat dengan si miskin papa.
Kelompok miskin menyadari dirinya dikasihani. Mereka datang jemput bola. Door to door. Sementara kelompok yang cerdik memanfaatkan mereka untuk dimenej sedemikian rupa sehingga keuntungan terbesar justru berada di tangan mereka. Sebab jangan dikira, hasil dari meminta-minta itu cukup besar jika dibandingkan dengan kerja keras seorang loper koran.
Dalam ajaran Islam sendiri zakat, infak dan sadakah dijalankan oleh lembaga amil. Mereka sudah punya data base kemiskinan. Mereka mendatangi para fakir dan miskin untuk diberikan bantuan. Tidak hanya untuki sekali beri, tetapi diberdayakan untuk punya modal usaha. Lembaga penyaluran dananya bernama BMT.
Kemiskinan memang merupakan masalah global, sering dihubungkan dengan kebutuhan, kesulitan dan kekurangan di berbagai keadaan hidup. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan. Istilah "negara berkembang" biasanya digunakan untuk merujuk kepada negara-negara yang "miskin".
Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.
Jumat, 26 September 2008
Pameran Kemiskinan Jelang Lebaran
Posted by Noeris at 08.44 0 comments
Lelang Iklan Provinsi Diikuti 7 Media
Transparansi proyek pemerintah diwujudkan dengan mengumumkan jenis kegiatan proyek, nilai nominal maupun lembaga pemilik proyek kepada media. Media cetak yang berhak mendapatkannya adalah yang memenuhi syarat telah berada di seluruh daerah satu provinsi, terbit harian, dan telah berumur lebih dari satu tahun.
Pada tahun 2008-2009 terdapat 8 media cetak di Kalbar yang mengikuti lelang iklan provinsi. Ke-8 media itu sesuai abjad adalah Berkat, Borneo Tribune, Equator, Kapuas Post, Mediator, Media Kalbar, Pontianak Post dan Pontianak Metro.
Pada saat enwejzing atau pertemuan penjelasan, Jumat (12/9) seluruh pimpinan atau perwakilan media hadir di Aula Kantor BKIKD Provinsi Kalbar. Pertemuan tidak seperti enweijzing lelang kontruksi yang cenderung keras, di sini sangat diplomatik dan demokratis.
Para pimpinan media tampak akur dan saling bercanda prihal metode, syarat, maupun hal-hal teknis sehingga pertemuan berjalan penuh keakraban. “Proses enweijzing seperti itu patut diekspose karena demokratisnya,” ungkap Pemimpin Redaksi Berkat, Werry Syahrial.
Ketua Panitia Lelang, Drs Musa Tulak Layuk, M.Si didampingi anggota panitia yang duduk di bagian depan tersenyum lebar. “Ya, kami juga bekerja sesuai dengan SK dan aturan yang berlaku,” katanya.
Kesepakatan yang dicantumkan dalam addendum menyebutkan tiras minimal 3.500 eksemplar dan tersebar minimal di 12 kabupaten kota dari 14 kabupaten kota yang ada di Kalbar. Kesepakatan itu dicapai karena Kayong Utara dan Kubu Raya tergolong baru mekar dari kabupaten induknya.
Seminggu usai enweijzing tiba saatnya pembukaan lelang secara resmi. Kali ini yang mendaftar dengan menyerahkan berkas tepat waktu hanya 7 media. Pontianak Metro gugur.
Kondisi penawaran yang dibuka juga berjalan transparan dan demokratis dipimpin Musa Tulak Layuk disaksikan peserta lelang, serta diliput pula oleh TVRI Kota Pontianak.
Semua syarat dan ketentuan dibuka satu per satu. Hasilnya semua mata awak media melihat lebih dan kurangnya masing-masing.
Bisik-bisik pembicaraan di luar ruang penawaran, para pimpinan media semua berharap bisa memenangkan proyek iklan lelang provinsi ini sebagai wujud partisipasi mentransparansikan proyek-proyek pemerintah sesuai aturan hukum. “Sesuai SK yang kami terima, dari 7 media yang mengikuti lelang akan dipilih 3 yang memenuhi syarat administratif. Selanjutnya prerogatif gubernur untuk menentukan pemenangnya,” kata Tulak Layuk di akhir pertemuan.
Posted by Noeris at 08.42 0 comments
Kamis, 25 September 2008
Rapatkan Barisan
Kata di atas umum terdengar di jajaran militer karena baris-berbaris. Tetapi di luar militer, kata “rapatkan barisan” juga berlaku, tak terkecuali di lembaga pers seperti kami di Harian Borneo Tribune.
Ramadan tahun 2008 ini kami jadikan momentum untuk merapatkan barisan di mana posisi yang kosong diisi, yang berlebihan ditempatkan sedemikian rupa sehingga terwujud satu tatanan yang elegan, rapat dan rapi. Begitupula lini yang kendor dikencangkan.
Sejak 1 Ramadan yang bertepatan dengan 1 September Devisi Informasi Teknologi (IT) Borneo Tribune 100 persen ditangani Iwan Siswanto sehingga beberapa item yang selama ini kurang tersentuh jadi bisa dijamah secara optimal. Hasilnya selama 20 hari ini jelas, maintenance peralatan, perawatan jaringan, sampai up-date website kami menjadi maksimal.
Posisi lay-out yang semula dibantu oleh Iwan Siswanto ditangani Amirullah Asri yang sebelumnya berada di design iklan. Sedangkan untuk design iklan mengoptimalkan peran Zulkifli HZ. Tujuan dari merapatkan barisan seperti ini tiada lain untuk mencapai efektivitas dalam bekerja, di mana efektivitas adalah kebutuhan dalam tumbuh dan berkembangnya perusahaan.
Pada sisi lain jaringan Borneo Tribune sudah berkembang di 14 kabupaten-kota se-Kalbar. Dengan kata lain cukup besar sumber daya yang disalurkan ke setiap wilayah. Konsekwensinya jelas, Borneo Tribune menyerap tenaga-tenaga baru, khususnya reporter.
Saat ini sejumlah reporter sedang magang di dapur redaksi. Mereka digembleng sedemikian rupa dalam kerangka merapatkan barisan sekaligus mencapai target-target yang diinginkan.
Merapatkan barisan tentu tidak melulu urusan struktural, tetapi juga psikis dan sosial. Untuk itulah kami urun rembug dengan memanfaatkan momen berbuka puasa bersama. Acara yang spesial itu kami helat, Jumat (19/9) kemarin.
Momentum Ramadan sebagai bulan yang penuh berkah ingin kami buat akbar dengan bertepatan di hari besar Jumat. Tepat pula dengan 19 di mana pada tenggat waktu tersebut Borneo Tribune diluncurkan secara perdana (19 Mei 2007).
Seluruh kru mulai dari jajaran redaksi, sirkulasi, advertensi, lay-out, percetakan, administrasi hingga sales hadir memenuhi acara kekeluargaan berbuka puasa bersama. Pada kesempatan emas ini turut hadir Direktur Utama PT Borneo Tribune Press W Suwito, SH, MH, Konsultan Bisnis Michael Yan Sriwidodo, SE, MM, Penasihat Hukum Dwi Syafriyanti, SH, MH, maupun sejumlah undangan.
Dialog digelar seusai berbuka puasa dan salat Maghrib berjamaah. Hasilnya adalah pelepasan uneg-uneg dan program-program kerjasama yang harus dipikul bersama-sama demi kepentingan bersama. Begitupula reorientasi kembali melihat apa saja yang sudah dilakukan, apa yang sedang dilakukan dan apa yang akan dilakukan. Semoga dengan mengeratkan kembali siapa melakukan apa—who do what—keberhasilan semakin meningkat.
Pertemuan saling asah, asih dan asuh ini selalu menarik karena energi positifnya tinggi. Tiada terasa waktu terus bergulir, charging batin maupun makanan fisik yang dinikmati juga sudah full, akhirnya diharapkan esok akan lebih baik dari hari ini. Amiin.
Posted by Noeris at 08.04 0 comments
Kamis, 11 September 2008
Berorientasi pada Sesuatu yang Besar
Berorientasi pada sesuatu yang besar bukan berarti melupakan yang kecil, karena biasanya kendaraan terjungkal bukan karena batu yang besar melainkan batu kerikil. Kenapa demikian, karena batu besar jelas terlihat sehingga mudah dielakkan, sedangkan kerikil kecil karena tak terlihat kerap kali diabaikan, dan tiba-tiba saja menyebabkan roda tergelincir.
Dalam buku manajemen disebutkan fault in detail. Kesalahan di dalam sesuatu yang kecil. Contohnya noda hitam di baju yang putih, atau noda kecil di layar yang putih. Pandangan mata kita akan selalu tertuju pada noda atau noktah hitam tersebut.
Memang noda atau noktah tersebut bisa diberikan muatan positif, sehingga tidak selalu berkesan negatif. Dalam ilmu marketing sesuatu yang unik dan ganjil memang dibutuhkan untuk mendapatkan perhatian. Oleh karena itu ada kesimpulan di dalam marketing untuk tidak menggarami pasar, atau membuat produk yang sama dari yang sudah ada. Jika produk kita ada karakter, keunikan, keganjilan, maka ada ciri khasnya. Ciri khas ini yang menjadi tantangan untuk bagaimana dia bisa ditemukan.
Produk yang bisa bertahan lama, berumur panjang di pasar adalah produk yang punya ciri khas, punya karakter dan punya keunikan. Produk yang abadi adalah juga produk yang punya idealisme serta punya visi besar.
Di dalam riset perusahaan-perusahaan besar dunia, dari 500 jumlah yang berkaliber Fortune 500, hanya 2 persen yang mampu mempertahankan reputasinya. Mereka yang mampu bertahan adalah lembaga yang mempunyai visi besar.
Borneo Tribune lahir dan dibesarkan dengan visi besar. Dari namanya mencerminkan orientasi yang besar tersebut, begitupula terhadap motto atau semboyannya: idealisme, keberagaman dan kebersamaan.
Memang tidak mudah mencapai idealisme karena butuh perjuangan dan pengorbanan. Perjuangan dan pengorbanan membutuhkan energi kesabaran sangat besar sekaligus kerja keras yang tiada kenal lelah. Hasil perkalian antara kerja keras dan kesabaranlah yang akan membuahkan hasil kesuksesan.
Borneo Tribune yang digerakkan oleh komunitas yang beragam sepakat untuk mewujudkan kebersamaan. Oleh karena itu yang menjadi visi besar adalah nilai universal, yakni mencapai titik-titik persamaan, dan bukannya perbedaan. Titik-titik persamaan itu adalah upaya memupuk dan memelihara Borneo Tribune yang semakin eksis di tengah-tengah masyarakat Kalbar. Hal tersebut terlihat dari tirasnya yang senantiasa tumbuh kendati digencet oleh gajah-gajah besar yang terus bertarung, biro yang sudah terbentuk di 14 kabupaten-kota, serta liputan yang komprehensif di Kalbar, nasional, maupun internasional. Jejaring Borneo Tribune, koran lokal yang benar-benar lokal tidak kekurangan untuk itu.
Orientasi Borneo Tribune yang besar harus selalu menjadi pusat perhatian dengan tidak meremehkan hal-hal kecil. Untuk ini perlu ada pembagian tugas siapa melakukan apa. Masing-masing bagian harus memberikan hasil yang maksimal. Berprestasi optimal. Dengan demikian akan terjadi pola kerjasama yang terintegrasi secara bottom-up maupun top down. Hasil kerjasama di semua lini akan menimbulkan energi gerakan yang dinamis, sehingga akan menelurkan gol-gol indah. Pencetak gol merasa puas, team merasakan menang, daerah menjadi bangga, dan terakhir penonton pun akan memberikan applaus luar biasa atas sportivitas tersebut.
Di minggu kedua Ramadan di mana nafsu amarah digembleng menjadi nafsu muthmainnah (yang terkontrol) mudah-mudahan akan menghasilkan resultan energi positif yang simultan. Selamat berpuasa, semoga kita semua berhasil mengontrol nafsu amarah kita menjadi nafsu muthmainnah.
Esensi dari orientasi besar itu sesungguhnya memang bersemayam di dalam hati atau diri kita sendiri, maka segala sesuatu tergantung kepada kita: mau atau tidak. Di mana ada kemauan, maka di situ pasti ada jalan. Jalan kesuksesan dan keselamatan.
Posted by Noeris at 07.13 0 comments
Flamboyan, PR Walikota Mendatang
Perjalanan masalah rencana rehabilitasi Pasar Flamboyan memasuki babak baru. Ledakan itu terjadi kemarin di Gedung DPRD Kota Pontianak.
Rencana rehabilitasi Pasar Flamboyan memang bukan masalah baru, tetapi jalan damai antara pemerintah dengan pedagang masih jauh dari titik ideal. Dampaknya ialah, Walikota terpaksa “kabur” dari Gedung Dewan, sedangkan massa pedagang berusaha menahan dengan tujuan Walikota bersedia mencabut perjanjian kerjasama (MoU) dengan developer PT Putra Khatulistiwa. Bagi kita, peristiwa tersebut tidak enak dipandang mata, karena menunjukkan besarnya gap atau dinding pemisah antara pemerintah dengan rakyatnya. Tidakkah ada jalan yang lebih baik? Jalan di mana pemerintah dan pedagang akur?
Bagi pemerintah, mengurusi pasar memang tidak mudah. Mengurusi orang-orang pasar juga tidak gampang. Saban hari pedagang berurusan dengan kenyataan praktis yang bertendensi jangka pendek. Oleh karena itu mereka praktis-praktis saja soal harga yang mahal, soal Pasar Sentral yang tak terbukti memenuhi harapan, begitupula Pasar Dahlia yang sudah jauh lebih lama direhab Pemkot. Di sana masih sepi. Tidak semua pedagang mampu membayar kewajiban kredit ruko atau los yang ditempati.
Dalam hal rehabilitasi itu pemerintah memang berpikir jangka panjang. Maunya membela pedagang, tapi juga sekaligus pengusaha, pengembang, bahkan perbankan. Pemerintah ingin menggerakkan ekonomi menuju visi Kota Internasional.
Kita tidak menyalahkan pedagang yang protes dan mendesak dicabutnya MoU pembangunan Pasar Flamboyan, tetapi kita juga tidak menutup mata dengan tertatanya kota, nyamannya berbelanja dan tidak macetnya jalan di muka Pasar Dahlia di mana dahulu terkenal amat sangat macet. Ini bukti bahwa pertimbangan pemerintah sangat banyak dan terintegrasi. Beda dengan pedagang yang mengukur dengan pendapatan dan kelangsungan hidupnya semata-mata.
Oleh karena kita ingin ideal, kita dengan kerangka berpikir ideal tersebut berkehendak ada jalan tengah yang win win solution. Pasar tradisional Flamboyan bisa bertahan, tetapi Flamboyan Trade Center juga bisa diwujudkan.
Pemerintah merencanakan di lokasi yang strategis di pusat jantung kota—Jalan Gajahmada-Tanjungpura tersebut dibangun lima lantai pasar modern. Di lantai dasar tetap mengakomodasi pedagang tradisional, sedangkan lantai 2-5 adalah ruko yang melayani bisnis.
Bagi Walikota sesungguhnya protes warga itu normal. Walikota tak sekali dua diprotes dalam hal-hal seperti ini. Misalnya untuk megaproyek pembangunan Pontianak Town Square dan Sundial. Kenyataannya kedua mega proyek ini belum juga terealisir.
Rencana rehabilitasi Pasar Flamboyan agaknya bakal menyusul Sundial dan Pontianak Town Square karena besarnya pressure menuntut proyek tersebut ditunda. Sebelum pressure di Gedung Dewan, dua hari lalu, sejumlah pakar di Untan juga berpandangan sama. Pressure itu menjadi strategis karena masa jabatan Walikota juga hanya tinggal seumur jagung.
Praktis masalah Pasar Flamboyan yang sudah teken MoU dan sudah siap pugar akan bakal berlarut. Di dalamnya ada masalah hukum, kerugian di pihak investor, dan kewibawaan pemerintah maupun dewan. Rencana itu pun bakal menjadi pekerjaan rumah bagi Walikota mendatang hasil Pilkada 25 Oktober 2008.
Posted by Noeris at 07.11 3 comments
Preventif Kekerasan Psikopat
Di Kalbar kita dikejutkan dengan sejumlah kasus kekerasan yang biadab. Nyawa menjadi murah di ujung senjata tajam. Dampaknya jelas. Selain terjadi pembunuhan, juga luka psikologis terhadap masyarakat luas. Kalbar jadi terkesan tidak aman. Ketidak amanan itu karena berkeliarannya para pelaku kriminal, atau cenderung psikopat.
Bila kata psikopat disebut, pikiran mungkin langsung melayang pada sosok seperti tersangka And dalam kasus pembunuhan Lusiana, atau secara nasional yang lebih fenomenal—si jagal Jombang—Ryan. Seperti Ryan, seorang psikopat memang kerap menipu lewat penampilan.
Dalam kasus kriminal, psikopat dikenali sebagai pembunuh, pemerkosa, dan koruptor. Namun, ini
hanyalah 15-20 persen dari total psikopat. Selebihnya adalah pribadi yang berpenampilan sempurna, pandai bertutur kata, mempesona, mempunyai daya tarik luar biasa dan menyenangkan.
Psikopat secara harfiah berarti sakit jiwa. Pengidapnya juga sering disebut sebagai sosiopat karena prilakunya yang antisosial dan merugikan orang-orang terdekatnya. Psikopat adalah bentuk kekacauan mental ditandai tidak adanya integrasi pribadi; orangnya tidak pernah bisa bertanggung jawab secara
moral, selalu konflik dengan norma sosial dan hukum (karena sepanjang hayatnya dia hidup dalam lingkungan sosial yang abnormal dan immoral).
Psikopat berasal dari kata psyche yang berarti jiwa dan pathos yang berarti penyakit. Psikopat tak sama dengan gila (skizofrenia/ psikosis) karena seorang psikopat sadar sepenuhnya atas perbuatannya. Gejalanya sendiri sering disebut dengan psikopati, pengidapnya seringkali disebut "orang gila tanpa gangguan mental". Menurut penelitian sekitar 1% dari total populasi dunia mengidap psikopati. Pengidap ini sulit dideteksi karena sebanyak 80% lebih banyak yang berkeliaran daripada yang mendekam di penjara atau di rumah sakit jiwa, pengidapnya juga sukar disembuhkan.
Agar kita merasa aman, dapat bertindak preventif atau mencegah, adakah cara mengenali para psikopat yang berkeliaran itu? Secara klinis, jelas tak mudah, karena untuk sampai pada kesimpulan seseorang tergolong psikopat atau bukan. Harus melalui proses panjang dan sulit. Diagnostik sahih mesti disimpulkan setelah usia orang yang dicurigai lebih dari 18 tahun.
Sampai saat ini, pasien yang ditangani disimpulkan sebagai psikopat, rata-rata berusia antara 25 – 35 tahun. Sebuah rentang usia produktif. Sedangkan jumlahnya kurang dari 10% dari seluruh pasien yang datang.
Psikopat berbeda dengan orang normal dan berbeda dari pelaku kriminal yang 'normal'. Tidak hanya berbeda karena tindakannya tetapi berbeda secara emosi, motivasi, dan proses berpikir. Pertama, perilaku mereka bukan sekedar perilaku impulsif, tetapi hampir tanpa motivasi atau dimotivasi oleh tujuan
yang tidak dimengerti.
Kedua, psikopat mempunyai emosi yang dangkal. Pada dasarnya, psikopat adalah sebutan singkat untuk gangguan kejiwaan, yang awalnya dikenali sebagai kenakalan remaja dan gangguan kepribadian
antisosial (emosi dangkal, gampang meledak-ledak, tak bertanggung jawab, berpusat pada diri sendiri, serta kekurangan empati dan rasa sesal).
Kita perlu waspada agar terhindar dari kasus seperti yang diterima Yuliana di Gang Anggrek, atau Anti di Jalan Pancasila. Atau bahkan seperti para korban Ryan di Jombang.
Ciri psikopat ada tujuh. Pertama, mereka yang gagal mengikuti norma sosial dan hukum, hingga berkali-kali ditahan pihak berwajib. Kedua, berulang-ulang berbohong, menggunakan berbagai alasan, lihai bicara, menipu untuk keuntungan pribadi atau sekadar bersenang-senang.
Ketiga, meledak-ledak dan tak punya perencanaan, kalau ingin sesuatu, harus saat itu juga dilakukan. Keempat, mudah tersinggung dan berangasan, sehingga sering terlibat penyerangan atau adu jotos.
Kelima, tak peduli keselamatan diri sendiri atau orang lain. Keenam, tak bertanggung jawab, misalnya kerja sering tak beres dan ngemplang utang. Ketujuh, nyaris tak punya rasa sesal dan bersalah setelah menyakiti, menganiaya bahkan mencuri.
Kita harus waspada karena ini merupakan gejala kita atau orang terdekat kita terkena psikopat. Psikopat berbeda dengan orang normal dan berbeda dari pelaku kriminal yang 'normal'. Tidak hanya berbeda karena tindakannya tetapi berbeda secara emosi, motivasi, dan proses berpikir.
Pertama, perilaku mereka bukan sekedar perilaku impulsif, tetapi hampir tanpa motivasi atau dimotivasi oleh tujuan yang tidak dimengerti. Kedua, psikopat mempunyai emosi yang dangkal. Psikopat biasanya memiliki IQ yang tinggi.
Mereka kekurangan cinta, kesetiaan, kekurangan empati, dan rasa tidak bersalah. Mereka tidak bisa melakukan penilaian dan tidak bisa belajar dari kesalahan dalam pengalaman hidup. Psikopat tidak memikirkan konsekuensi dari perilakunya. Misalnya orang normal, ketika mendapat hukuman dari
tindakannya, akan berhenti untuk melakukan tindakan tersebut atau akan mengulangnya tapi dalam cara agar tidak ketahuan oleh orang lain. Sedangkan orang psikopat, akan terus mengulang lagi dan lagi, dengan cara yang sama, meskipun mereka telah dihukum karena melakukan tindakan itu.
Jadi, mungkin jika And, Ryan atau siapapun adalah seorang psikopat, penjara tidak akan membuatnya jera (tapi sepertinya kemungkinan dieksekusi lebih besar dibandingkan ia dipenjara 20 tahun). Terakhir, para psikopat terlihat meyakinkan dari luar. Maksudnya, karena mereka tidak memiliki perasaan cemas dan perasaan bersalah, mereka bisa berbohong, mencuri, berbuat curang, dan lainnya. Ini mendukung pernyataan seorang psikolog bahwa Ryan membunuh karena dia cemburu dengan pasangan homoseksualnya itu bohong besar. Itu hanya alibi untuk menutupi perilakunya atau trigger dari perilakunya. Dan jangan percaya dengan tampilan kalem dan lemah lembutnya karena orang psikopat mampu mengontrol sikapnya.
Psikopat percaya bahwa seluruh dunia melawannya. Ada juga pembunuh psikopat yang membunuh korbannya bukan untuk memuaskan keinginannya membunuh, tapi mereka membutuhkan seorang teman. Seperti Dennis Nilsen - pelaku psikopat - yang berkata bahwa ia merasa nyaman tinggal dengan mayat daripada hidup dengan orang lain karena mayat tidak akan mengacuhkannya. Ini menjelaskan kalau ia merasa kesepian dan mengalami isolasi sosial sebagai hal yang sangat menyakitkan, namun diekspresikan dengan kekerasan.
Psikopat tidak hanya ada di penjara, di ruang sidang pengadilan, atau pada kisah "pembunuhan". Penelitian menyatakan bahwa satu persen populasi orang dewasa yang bekerja adalah psikopat di tempat kerjanya. Lewat berbohong, mencurangi, mencuri, memanipulasi, mengorbankan dan menghancurkan para rekan kerja, serta kesemuanya tanpa rasa salah maupun penyesalan.
Mereka yang disebut organisasional psikopat, berkembang pesat di dunia bisnis, di mana kezaliman dan nafsu mereka tidak saja mereka salah-artikan sebagai ambisi dan keterampilan memimpin, namun juga sebagai sesuatu yang dihargai melalui promosi, bonus dan kenaikan upah.
Psikopat di tempat kerja berpikir layaknya psikopat kriminal. Mereka berusaha sekeras-kerasnya demi mereka sendiri. Perbedaan keduanya adalah, psikopat kriminal menghancurkan korban secara fisik, sedangkan psikopat tempat kerja menghancurkan korbannya secara psikologis. Mereka tidak peduli. Mereka tidak berpikir dirinya adalah psikopat. Mereka tidak berpikir apa yang sedang dilakukan adalah salah. Mereka hanya berpikir dirinya pintar, dan jika semua orang secerdas mereka, semuanya pun akan melakukan hal serupa.
Penanganan dan pengobatan penyandang psikopat minimal memakan waktu tiga tahun. Pengobatan pasien dengan gangguan jiwa ini tak ada penyelesaiannya. Artinya, penanganan dan pengobatan harus dilakukan terus-menerus, dengan kerja sama banyak pihak, karena masalahnya tak selalu mudah.
Sistem pendidikan yang hanya mengejar prestasi, juga bisa memicu tumbuhnya pribadi psikopat. Bila tiap anak dituntut menjadi nomor satu, sementara ia sadar kemampuannya terbatas, apa yang terpikir olehnya untuk mencapai tujuan itu? Bisa saja dia mencari jalan pintas, dan hal ini dapat mengundang anak menjadi seorang yang psikopat.
Memang, gelar psikopat kadang nemplok tanpa pilih tempat. Apalagi sering tanpa sadar masyarakat modern sendiri ikut andil melahirkan psikopat. Karena beratnya tekanan hidup, berbagai hal yang menyimpang dari norma dan hukum, justru menjadi aktivitas "sehari-hari". Dulu ketika BBM naik, jumlah penderita penyakit syaraf di rumah sakit meningkat. Adakah tanda-tanda kekerasan sekarang juga akibat tekanan ekonomi yang semakin tinggi? Begitu tampaknya. Oleh karena itu bangunlah ekonomi dengan serius dan adil.
Posted by Noeris at 07.08 1 comments