Gubernur Kalbar melalui surat keputusan nomor 713 tahun 2008 melegitimasi terbentuknya Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM)—Society Early Warning Forum.
Pertimbangan gubernur bahwa wilayah Kalbar selain berbatasan langsung dengan Jiran, Malaysia juga sangat rentan terhadap bencana alam banjir, asap, dan bencana ketertiban maupun keamanan.
FKDM mempunyai tugas menyusun rencana kegiatan; menjaring, menampung, mengkoordinasikan dan mengkomunikasikan data dan informasi dari masyarakat mengenai potensi ancaman keamanan, gejala atau peristiwa bencana dalam rangka upaya pencegahan dan penanggulangan secara dini; memberikan rekomendasi sebagai bahan pertimbangan bagi gubernur mengenai kebijakan yang berkaitan dengan kewaspadaan dini masyarakat melalui Kesbang Linmas Provinsi Kalbar.
Kewaspadaan merupakan kata kunci. Akibat tidak waspada, bukan hanya kita dan wilayah provinsi kita yang terancam bahaya, tetapi juga negara kita. Betapa tidak, akibat kita tidak waspada, sangat besar harta benda lokal dan nasional kita yang dicuri secara langsung maupun tidak langsung oleh pihak-pihak lain. Tak terkecuali negara-negara tetangga. Seperti kerap kali diberitakan, bahwa kita punya kayu, tetapi pengekspor terbesar adalah Malaysia. Begitupula kita punya ikan, tetapi pengekspor kakap adalah Thailand.
Kita karena tidak waspada, bahkan sengaja melalaikan yang terkenal hanya jago ekspor TKI-TKW. Serta satu prilaku hipokrit: korupsi.
Nilai kerugian negara akibat ketidakwaspadaan di hutan dan di lautan itu mencapai triliunan rupiah. Sejumlah data menyebut hingga Rp 30 triliun setiap tahun.
Angka tersebut betapa besarnya jika dibandingkan dana pembangunan Kalbar setiap tahun hanya sekitar Rp 8 triliun. Itupun sudah gabungan dari 14 kabupaten-kota plus provinsi. Maka tidak salah jika dikatakan bahwa kewaspadaan dan pencegahan dini jauh lebih murah ketimbang mengobati.
Menteri Dalam Negeri juga telah menetapkan Permendagri No 12 Tahun 2006 tentang Kewaspadaan Dini Masyarakat di Daerah. Pemda dengan otonominya mempunyai kewajiban melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan kerukunan nasional serta keutuhan NKRI. Setiap kita bertanggung jawab memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat. Tak terkecuali melindungi sekaligus memberdayakan harta benda kekayaan negara untuk kesejahteraan bersama sesuai wawasan kebangsaan atau wawasan nusantara.
Bahwa untuk mencapai hal itu perlu kewaspadaan dini menjadi bagian vital dari tugas bersama, termasuk FKDM yang dibentuk Gubernur. Kewaspadaan dini yang dimaksud adalah kondisi kepekaan, kesiagaan dan antisipasi masyarakat dalam menghadapi potensi dan indikasi timbulnya bencana, baik bencana perang, bencana alam, maupun bencana karena ulah manusia.
FKDM ini terstruktur dan berjenjang di tingkat nasional, lokal provinsi, kabupaten-kota hingga kecamatan dan desa. FKDM juga bertalian dengan TNI, Polri, dan Kejaksaan. Untuk FKDM Kalbar Ketua Dewan Penasehat adalah Wakil Gubernur dengan Sekretaris Badan Kesbang Linmas serta 7 anggota meliputi Kepala Pos BIN Perwakilan Kalbar, Dir Intelkam Polda Kalbar, Kasi Intel Korem, Asintel Kejati, Kasi Intel Lanal, Kasintel Lanud dan Kadivisi Imigrasi Kanwil Depkum dan HAM. Tergambar sebuah struktur yang elit. Semoga karya nyata FKDM Kalbar juga terprogram, terstruktur, sistematis dan berkarya nyata pula (tidak sekedar organisasi papan nama belaka).
Jumat, 31 Oktober 2008
Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat
Posted by Noeris at 02.56 0 comments
Rabu, 29 Oktober 2008
Meramu Mozaik Karya Adiluhung
Tahun lalu pada edisi super khusus Idul Fitri kami melaunching visi koran publik dengan membagikan secara gratis 25 ribu eksemplar koran kepada masyarakat. Sejarah dengan tinta emas tersebut kami lipatgandakan pada tahun ini.
Peningkatan tersebut seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan Borneo Tribune di Kalimantan Barat, di mana jejaringnya telah terpasang di 14 kabupaten maupun kota seiring irama pemekaran daerah. Cepat daerah berkembang, cepat pula Borneo Tribune menangkap peluang.
Pada edisi super khusus kali ini, dengan ungkapan rasa syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, kami berupaya tumbuh dari masa-masa krisis. Kekompakan, soliditas, saling pengertian, tolong menolong yang dikemas dalam terminologi kebersamaan membuahkan hasil prima di usia Borneo Tribune yang masih balita—baru berumur setahun lima bulan. Pada tahun ini Borneo Tribune mendapatkan anugerah triple winner. Pertama, pada Bulan Bahasa kami dinobatkan Balai Bahasa Kalbar sebagai juara pertama koran berbahasa Indonesia terbaik. Kedua pada Mochtar Loebis Award tingkat nasional Borneo Tribune tampil sebagai juara pertama untuk kategori investigative reporting. Ketiga, meraih fellowship AJI Pusat untuk riset si Pongo di Kabupaten Ketapang.
Di luar aktivitas rutin redaksi yang ketat, event-event yang digarap Borneo Tribune juga massif. Pada peringatan seabad kebangkitan nasional sekaligus Borneo Tribune First Aniversary, massa tumpah ruah di lapangan Baning-Sintang, Bardan Nadi-Landak, maupun Taman Alun Kapuas-Kota Pontianak.
Eksistensi lembaga nirlaba Borneo Tribune dengan nama Tribune Institute tak kalah mengakar dengan pelatihan-pelatihan, kunjungan timbal-balik, riset, maupun kerjasama seminar lokal, nasional hingga internasional. Belasan agenda besar telah dan akan terus mewarnai Kalbar sehingga provinsi ini tampil gemilang sebagai contoh nasional untuk pendidikan, perdamaian, lingkungan hidup, maupun kesejahteraan sosial. Tribune Institute menjadi kepanjangan tangan Harian Borneo Tribune untuk menggarap pendidikan sehingga terjadi perubahan peradaban dari lisan ke tulisan. Dari speaking culture menjadi writing culture.
Dengan semangat idealisme, keberagaman dan kebersamaan—dengan simbol enggang gading terbang—dengan nama Borneo Tribune bergaya klasik—dengan sajian berita bergaya naratif, akar Borneo Tribune dan Tribune Institute menjalar-membesar. Koran asli milik putra-putri Kalbar ini tumbuh di iklim persuratkabaran yang kompetitif. Kami berharap agar pertumbuhan itu produktif dengan buah harum, mulus, manis. Buah ini buah keabadian untuk disemaikan kepada generasi mendatang sebagai estafet semerbak nama bangsa maupun harkat-martabat kemanusiaan global.
Di hari yang fitri ini, kami ucapkan selamat kembali pada kesucian. Selamat membaca edisi super khusus kali ini. Kritik dan saran pembaca sangat kami harapkan untuk tercapainya kesempurnaan dalam meramu mozaik karya adiluhung untuk bangsa dan negara. Salam. □
Posted by Noeris at 08.22 0 comments
Ide dan Kerja Dimulai dari Hati
Kerja media sama dengan kerja merekam kehidupan. Semua peristiwa sedapat mungkin direkam untuk kemudian diolah menjadi bahan informasi yang edukatif dan entertein.
Konsekwensi dari kerja merekam kehidupan, baik yang terlihat oleh mata, terdengar oleh telinga, maupun teraba oleh rasa adalah jam kerja nyaris 24 jam. Jika waktu yang diberikan Tuhan 26 jam, maka awak media juga akan bekerja 26 jam!
Karena sifat kerja media seperti itu, maka networking harus kuat. Manajemen internal juga harus rapi-jali. Antara satu orang dengan orang lain harus menjadi mitra kerja yang kompak.
Kekompakan adalah harga mati. Terlebih persaingan dalam memberikan pelayanan berita saat ini semakin tinggi kuantitas maupun kualitasnya. Kebutuhan publik standarnya juga terus meningkat.
Kiat-kiat media dalam memperkuat team-work berbagai-bagai caranya. Borneo Tribune sendiri memilih cara kekeluargaan, sehingga melahirkan culture corporate dari hati ke hati.
Semboyan bekerja dimulai dengan hati sangat tepat karena sinar mata adalah pancaran hati. Jika hati bersih, pandangan berbinar-binar sehingga gerak tubuh menjadi ringan. Dengan ringan tangan dan kaki, banyak pekerjaan cepat terselesaikan.
Kata-kata yang keluar dengan hati yang bersih juga adalah ide yang bermutu tinggi. Seperti ide merayakan ulang tahun Borneo Tribune yang pertama. Dengan segala keterbatasan yang ada, seluruh aktivitas outdoor dan indoor sukses besar. Buah dari kesuksesan kegiatan di medio Mei 2008 itu melahirkan ide berikutnya, membuat baju seragam Harian Borneo Tribune.
Sam Abu Bakar pun mulai mengutak-atik layar komputer. Dia menuangkan gagasannya dengan memainkan model huruf, simbol, serta penempatan. Hasil print outnya dikaji bersama-sama. Jatuhlah pilihan dengan warna dasar hijau muda-hitam dilengkapi dengan nama Borneo Tribune di bagian kerah belakang, simbol Enggang Gading terbang di dada kiri serta nama Borneo Tribune di dada bagian kanan.
Atika Ramadhani melanjutkan realisasi ide ini dengan menghubungi pihak taylor yang mampu mengerjakannya. Hasilnya sangat menggembirakan. Setiap karyawan mendapatkan baju satu per satu. Baik karyawan yang lama, maupun yang baru.
Di ajang silaturahmi Syawal, dalam suasana Idul Fitri, karyawan-karyawati masuk kantor dengan wajah sumringah. Mereka semua memakai baju baru. Baju seragam Borneo Tribune.
Perangkat kamera Ula pun diangkut ke ruang redaksi. Tak hanya kamera canggih, tapi juga lampu studio yang mengembang laksana payung di posisi kiri dan kanan. Pegiat media pun berpose manis di depan kamera. “Satu, dua, tiga...” jepret. Tak cukup sekali, aksi berlanjut dua tiga kali dengan berganti-ganti posisi. Kamera pun tak hanya Ula, tapi juga Maya dan Muklis Suhairi.
Rasa gembira di awal Syawal dilengkapi dengan kehadiran Dorina Luise Schulte mahasiswi magang dari Bonn University, Jerman. Ia juga mengenakan kostum Borneo Tribune dan duduk manis di antara karyawan-karyawati Borneo Tribune. “Hallo Dorina,” jepret. “Hallo honey...” gelak tawa pun membuncah di ruang redaksi.
Posted by Noeris at 07.53 0 comments
MABM Konsisten Tolak Politik Praktis
Suara Dato H Abang Imien Taha masih keras terdengar saat berpidato di atas mimbar Halal Bi Halal Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) Kalbar di Rumah Melayu, Minggu (26/10) kemarin siang. Dengan pakaian telok belanga warna hitam yang dikenakannya, dengan keras ia kemukakan bahwa MABM konsisten menggarap budaya dan kebudayaan, serta tidak mau terlibat di arena politik praktis.
Sejauh ini menurut sepuh Melayu asal Uncak Kapuas ini, masih ada segelintir oknum masyarakat yang hendak menyeret-nyeret MABM ke ranah politik praktis. Terbukti dengan adanya selebaran agitasi politik yang menguntungkan kandidat tertentu di arena pemilihan kepala daerah. Islam pun dibawa-bawa sehingga menakutkan rakyat. “Selebaran yang beredar sama sekali bukan dari MABM. Kita sudah buktikan, bahwa korp suratnya palsu, isinya apalagi. Kita di MABM konsisten menggarap budaya melayu,” ungkapnya.
Imien tidak mengemukakan di daerah pilkada mana selebaran itu bergulir terkait empat daerah menggelar pilkada pada Sabtu (25/10). Tetapi dengan hasil yang sudah diketahui secara global di mana Kota Pontianak dimenangkan pasangan SIIP, Kabupaten Pontianak dimenangkan Ria Norsan dan Sanggau serta Kubu Raya memasuki putaran kedua, Imien Taha mengajak masyarakat mensyukuri nikmat tersebut. Seolah Imien mau mengatakan, bahwa tanpa ada keterlibatan politik praktis dari lembaga bernama MABM, masyarakat sudah cerdas memilih sesuai hati nuraninya masing-masing.
Di Kota Pontianak sempat memanas anasir kemenangan pasangan kandidat karena sentimen etnik dan agama. Terlebih Kota ontianak masih rentan dengan hasil Pilgub. Saat Pilgub, MABM juga tegas menyatakan tidak terlibat di arena politik praktis secara kelembagaan. Tidak ada rekomendasi suara melayu ke kandidat tertentu. MABM tidak terlibat teknis praktis untuk mengerem jumlah pasangan kandidat mengkrucut kepada satu saja. “MABM konsisten menggarap kebudayaan,” timpalnya berkali-kali.
Dari sinar wajahnya kemarin, Imien tampak puas. Ia bangga berdiri di hadapan ratusan massa yang rata-rata berbaju adat telok belanga atau busana muslim.
Lembaga adat dan budaya profesional menggeluti wilayah yang bebas sekat politis, sedangkan partai politik dilepas bebas menggeluti permainan politik sampai tandas.
Imien mengatakan, tatanan demokrasi harus dilakukan sejak dini, dengan contoh teladan dari banyak pihak. “MABM telah memberikan contoh yang baik,” ujarnya.
Tidak disebutkan secara tersurat bahwa saudara MABM, yakni Dewan Adat Dayak (DAD) pada saat Pilgub Nopember lalu secara resmi mendukung kandidat tertentu.
Pada kesempatan halal bi halal, Gubernur yang diwakili Asisten II, Drs Abdul Munir HD menyatakan bahwa Pemprov sangat peduli dengan pembinaan adat dan budaya. “Kita sangat mendukung kegiatan-kegiatan kebudayaan karena menjadi ciri dan karakter daerah serta bernilai pariwisata,” ungkapnya.
Gubernur, lanjut Munir selalu menekankan manajemen dan promosi yang baik terhadap even-even kebudayaan di Kalbar, tak terkecuali puak Melayu. Gubernur Cornelis sendiri membuktikan terlibat aktif di even-even kebudayaan. Gubernur Cornelis menunjukkan setelah terpilih di Pilgub, dia bukan semata-mata pemimpin Dayak, tetapi semua etnik, agama dan golongan. Rakyat Kalbar pun sudah menikmatinya dengan kondisi yang aman serta kondusif.
Di tempat yang sama di Rumah Melayu yang megah serta digenapi cahaya lampu hias tampil Prof Ir HA Hamid M.Eng untuk memberikan tausiah. Mantan Direktur Polnep ini mengurai tentang manfaat halal bi halal, saling maaf-memaafkan, serta menghapus dendam. Dendam menurutnya sangat menyita energi fisik dan mental. “Memaafkan sama dengan melepaskan beban. Kita menjadi ringan,” ungkapnya mengurai sejumlah hasil penelitian. Tausiah Hamid juga dipresentasikan lewat monitor layar lebar. Ini suatu kemajuan teknologi yang diterapkan MABM.
MABM juga mengurai program-program pengembangan pada tahun depan. Salah satunya adalah klinik kesehatan serta pusat kerajinan dan hasta karya melayu. Begitulah indahnya komitmen dan konsistensi menggarap kebudayaan secara profesional.
Posted by Noeris at 07.47 0 comments