Rabu, 29 Oktober 2008

Meramu Mozaik Karya Adiluhung


Tahun lalu pada edisi super khusus Idul Fitri kami melaunching visi koran publik dengan membagikan secara gratis 25 ribu eksemplar koran kepada masyarakat. Sejarah dengan tinta emas tersebut kami lipatgandakan pada tahun ini.
Peningkatan tersebut seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan Borneo Tribune di Kalimantan Barat, di mana jejaringnya telah terpasang di 14 kabupaten maupun kota seiring irama pemekaran daerah. Cepat daerah berkembang, cepat pula Borneo Tribune menangkap peluang.
Pada edisi super khusus kali ini, dengan ungkapan rasa syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, kami berupaya tumbuh dari masa-masa krisis. Kekompakan, soliditas, saling pengertian, tolong menolong yang dikemas dalam terminologi kebersamaan membuahkan hasil prima di usia Borneo Tribune yang masih balita—baru berumur setahun lima bulan. Pada tahun ini Borneo Tribune mendapatkan anugerah triple winner. Pertama, pada Bulan Bahasa kami dinobatkan Balai Bahasa Kalbar sebagai juara pertama koran berbahasa Indonesia terbaik. Kedua pada Mochtar Loebis Award tingkat nasional Borneo Tribune tampil sebagai juara pertama untuk kategori investigative reporting. Ketiga, meraih fellowship AJI Pusat untuk riset si Pongo di Kabupaten Ketapang.
Di luar aktivitas rutin redaksi yang ketat, event-event yang digarap Borneo Tribune juga massif. Pada peringatan seabad kebangkitan nasional sekaligus Borneo Tribune First Aniversary, massa tumpah ruah di lapangan Baning-Sintang, Bardan Nadi-Landak, maupun Taman Alun Kapuas-Kota Pontianak.
Eksistensi lembaga nirlaba Borneo Tribune dengan nama Tribune Institute tak kalah mengakar dengan pelatihan-pelatihan, kunjungan timbal-balik, riset, maupun kerjasama seminar lokal, nasional hingga internasional. Belasan agenda besar telah dan akan terus mewarnai Kalbar sehingga provinsi ini tampil gemilang sebagai contoh nasional untuk pendidikan, perdamaian, lingkungan hidup, maupun kesejahteraan sosial. Tribune Institute menjadi kepanjangan tangan Harian Borneo Tribune untuk menggarap pendidikan sehingga terjadi perubahan peradaban dari lisan ke tulisan. Dari speaking culture menjadi writing culture.
Dengan semangat idealisme, keberagaman dan kebersamaan—dengan simbol enggang gading terbang—dengan nama Borneo Tribune bergaya klasik—dengan sajian berita bergaya naratif, akar Borneo Tribune dan Tribune Institute menjalar-membesar. Koran asli milik putra-putri Kalbar ini tumbuh di iklim persuratkabaran yang kompetitif. Kami berharap agar pertumbuhan itu produktif dengan buah harum, mulus, manis. Buah ini buah keabadian untuk disemaikan kepada generasi mendatang sebagai estafet semerbak nama bangsa maupun harkat-martabat kemanusiaan global.
Di hari yang fitri ini, kami ucapkan selamat kembali pada kesucian. Selamat membaca edisi super khusus kali ini. Kritik dan saran pembaca sangat kami harapkan untuk tercapainya kesempurnaan dalam meramu mozaik karya adiluhung untuk bangsa dan negara. Salam. □










0 comments: