Senin, 14 Desember 2009

Sukses Children Award, Masuk Men of The Year

Usai sudah sebulan perhelatan Children Award yang diselenggarakan di Rumah Mimpi, Taman Gitananda. 60-an trofi dibagikan kepada para pemenang untuk 10 kategori. 12 juta dana total untuk pembinaan juga dibagi habis kepada tunas harapan bangsa yang berhasil mengukir prestasi, Sabtu (12/12).

Anak-anak untuk kategori Play Group dan TK serta kategori Sekolah Dasar telah mengadu minat dan bakat yang mereka miliki. Atraktif dan semarak. Mereka dipoles oleh para guru di sekolah, sanggar, maupun orang tua di rumah sejak babak penyisihan hingga final. Mereka berdendang, berlenggak-lenggok di cat walk, serta mengadu ketajaman berpikir melalui uji kompetensi akademis vis lomba menulis. Mereka juga menggambar, melukis dan mewarnai.
Alhasil, pada ajang Children Award perdana ini telah menangguk masukan serta saran. Baik datangnya dari pihak sekolah, maupun orang tua yang menyambut amat sangat antusias.
Seorang ibu yang anaknya telah mengantongi piala lebih dari satu almari menyatakan, “Semula saya sudah bosan mengikutsertakan anak lomba. Piala sudah satu almari. Tetapi dengan adanya Children Award, saya jadi termotivasi lantaran award ini menggabungkan aneka kemampuan, bahkan ada award untuk mereka yang telah mengantongi segudang prestasi,” ujarnya.
Pembaca yang budiman. Memang award yang dianugerahkan kepada anak ini adalah stimulus atau rangsangan kepada mereka agar tetap aktif dan kreatif. Mereka mesti punya saluran untuk berekspresi. Sebab kepada merekalah kelak kita amanahkan segenap kekayaan lokal, regional dan nasional, bahkan dunia fana ini. Mereka yang kelak akan berhadapan dengan masa depan yang jauh lebih kompleks tinimbang kita saat ini.
Penyelenggaraan yang ditutup dengan parade serta penganugerahan kemarin dihadiri Pembina Yayasan Bina Paramuda Khatulistiwa yang juga anggota DPD RI, Ny Hj Sri Kadarwati Aspar Aswin. Ibu yang amat dekat dengan “cucu-cicit” ini mengikuti acara sejak dibuka hingga akhir. Tak urung senator ini menyaksikan aneka tingkah-polah maupun atraksi ratusan peserta seraya senyum, bahkan foto bersama. Peserta menunjukkan kemampuan mereka dalam menari, menyanyi dan hasil karya mereka di ajang Children Award.
Berbagai kekurangan memang terjadi di sana-sini tetapi menjadi bahan evaluasi agar penyelenggaraan tahun depan agar jauh lebih baik. Begitupula pada akhir tahun ini, kami juga menghelat Men of The Year 2009 setelah sukses di tahun 2008. Kali ini Borneo Tribune Award menganugerahkan penghargaan kepada bidang-bidang tertentu seperti pemerintahan, legislatif, pendidikan, ekonomi-bisnis.
Men of The Year 2009 akan dihelat pada 30 Desember bertempat di Pendopo Gubernur. Acara ini akan diramu sedemikian rupa, termasuk menampilkan para jawara Children Award. Kita akan pertemukan award di tingkat tunas harapan bangsa dengan orang tua yang kini sedang berjaya.
Pembaca yang budiman. Tidak hanya mengawinkan dua award. Kami juga mengelaborasi edukasi pada titik yang lain. Sebut saja Smart Parenting dan Smart Teaching. Acara ini dihelat Borneo Tribune Organizer di Hotel Mahkota. Dan ibaratkan kereta api, acara demi acara terus berjalan. Tak terkecuali pada hari ibu 22 Desember mendatang. Kami menyelenggarakan lomba kepenulisan di tingkat Sekolah Dasar. Temanya “Ibuku.” Dan atas agenda itu semua, tunggu dan catat tanggal mainnya. Salam sukses selalu.




Baca selengkapnya..

Konsorsium Rumah Mimpi

Pada mulanya berangkat dari hal-hal kecil dan sederhana. Yakni ingin menggabungkan segenap kekuatan yang ada, yang terserak dan kurang terorganisir.
Adalah kesadaran itu merupakan benih yang bersemayam di lubuk hati pimpinan Canopy Indonesia, Deni Sofian, Pijar Publishing, Pay Jarot Sujarwo, Tribune Institute, Dwi Syafriyanti, Alexander Mering dan sejumlah sahabat. Akhirnya, bermula dari saling mengundang antarkegiatan, melahirkan ide kebersamaan. Kesamaan visi, misi dan program aksi “ketemu ruas dengan buku”.
Kata “ketemu ruas dengan buku” adalah bahasa yang dipergunakan Pimpinan Yayasan Bina Paramuda Khatulistiwa, Ny Sri Kadarwati HA Aswin. Beliau mengatakan, kehadiran konsorsium untuk pelaksanaan program maupun pemberdayaan kawasan Taman Gitananda bagaikan darah segar di tengah kelesuan yayasan akibat dimakan usia—yang kemudian menyemangati kembali Gitananda—di mana dahulunya “Dunia Anak” pernah berjaya. Tak urung sempat dikunjungi pada Hari Anak Nasional, Kak Seto maupun Menteri Kesehatan.
Sejak ide kebersamaan bergulir untuk mewujudkan konsorsium dalam rangka pelaksanaan program kerja bersama berorientasi pendidikan dalam skala makro maupun mikronya, Canopy Indonesia—lembaga yang piawai dalam dokumentasi film—telah menyelenggarakan ScreenDocs Festival. Telah ditayangkan puluhan film bermutu kelas dunia di Taman Gitananda. Acara unik ini memantik minat masyarakat untuk mulai mengunjungi kembali lokasi nan artistik Gitananda yang berdampingan dengan GOR Pangsuma Pontianak.
Pijar Publishing kemudian menggebrak dengan ide luar biasa. Pay Jarot Sujarwo yang dikenal publik sebagai sastrawan muda berdedikasi tinggi melontarkan ide Rumah Mimpi. Idenya tak sekedar obrolan di warung kopi, tapi terwujud dalam implementasi peluncuran buku, input pemikiran seribuan pelajar untuk memetakan impian mereka serta membubuhkan tanda-tangannya. Ide-ide serta mimpi-mimpi itu dituliskan pada selembar kertas berbentuk daun dan bunga. Daun dan bunga itu digantungkan pada sebuah pohon mimpi. Pohon mimpi itu didokumentasikan menjadi cita-cita. Dimulailah langkah kecil menuju Pontianak Cerdas.
Tribune Institute kemudian menggenapkan kegiatan di akhir tahun ini dengan Childrens Award. Kegiatan meliputi Lomba Mewarnai serta Melukis di kalangan TK dan SD diikuti seratusan sekolah. Dilanjutkan sepekan kemudian dengan Lomba Tarik Suara. Dan kelak akan ditutup dengan Lomba Menulis Kreatif serta Fashion Show.
Sri Kadarwati yang hadir di Rumah Mimpi, Jumat (20/11) lalu tampak senyum sumringah. “Gitananda bergairah kembali,” pujinya didampingi putranya Doni, maupun menantu. Senator ini menyarankan agar konsorsium bekerja intens, rapi, serta tetap menjaga visi-misi edukasi.
Konsorsium semakin lengkap dengan hadirnya World Wide Fund (WWF) dan sanggar tari. Hermayani Putera aktivis WWF pun berani menyatakan mimpinya. “Andai saja lokasi strategis ini bisa menjadi lokasi pembelajaran lingkungan hidup nan asri. Maka tunas harapan bangsa bisa belajar flora dan puspa sekaligus menyelami ilmu dokumenter, kepenulisan, pembelajaran outdoor. Kelak pilot project ini bisa dicontoh oleh daerah-daerah lainnya.”
Mimpi. Segala sesuatunya dimulai dari sebuah mimpi. Semakin jelas mimpi itu, semakin mudah ia diwujudkan.
Sri Kadarwati yang kini anggota DPD RI mengakui pembangunan Gitananda dahulunya juga berawal dari sebuah mimpi. Maka ketemulah ruas dengan buku. Ibarat ruas dan buku sebatang tebu. Ia kelak akan bertunas. Tunas yang manis bergula.
Gitananda sekarang populer sebagai Rumah Mimpi. Rumah ruas dengan buku. Buku yang cerdas.
Publik silahkan bermimpi untuk masa depan generasi tunas harapan bangsa. Semua boleh bermimpi dan berpartisipasi dalam fundrising kebersamaan.




Baca selengkapnya..