Waktu terus berlalu. Rasanya baru saja kita menjalankan ibadah puasa satu bulan penuh pada Ramadan yang lalu, kini Ramadan 1430 hijriyah sudah di depan mata. Insya Allah pada pekan depan (22/8) kaum muslimin dan muslimat sudah menjalankan ibadah shaum di penghulu segala bulan (Sayidus Shuhur).
Welcome Sayidus Shuhur. Selamat datang penghulu segala bulan. Bulan penuh berkah, rahmat dan ampunan.
Puasa tidak sekedar berarti menahan lapar dan haus sejak matahari terbit hingga matahari terbenam, tetapi segala prilaku yang dapat membatalkan ibadah puasa. Semua dikendalikan seperti diklat manajemen hawa nafsu selama sebulan lamanya. Lahir maupun batin. Yang tampak maupun yang tersembunyi di dalam relung sanubari.
Puasa adalah rem bagi kendaraan jiwa raga di mana nafsu bercokol di dalamnya. Puasa yang mengendalikan hawa nafsu.
Bukan hanya nafsu makan, tetapi juga nafsu syahwat. Bukan hanya syahwat badaniah, tetapi juga syahwat bendawi, ekonomi, politik.
Bagi siapa saja yang temperamental, puasa adalah bulan pendidikan untuk belajar “cooling down.” Penyejukan jiwa raga sehingga terasa adem ayem dan adem sari. Adem ayem ini menghindarkan diri kita dari strak, strek, stroke. Maka nikmatilah puasa yang berkhasiat obat bagi kesehatan.
Lantas apa yang akan dilakukan kru redaksi Borneo Tribune sepanjang puasa Ramadan? Program telah ditata sedemikian rupa sehingga rancak bana bagi pembaca. Dimulai dari liputan Ramadan hingga kegiatan-kegiatan off air. Kegiatan off air itu berupa bekerjasama networking dengan Remaja Mujahidin sebagai media partner. Kegiatan off air itu sejak pawai takruf, pesantren kilat, pembagian zakat, infak, sadaqah, iktikaf dan berbuka puasa bersama tentunya.
Di masa reses Ramadan kinerja redaksi tidak turut “berpuasa” sehingga tampak kuyu dan layu. Justru kontemplasi Ramadan membawa pada kualitas isi. Tulisan yang enak dibaca dan perlu. Tulisan yang mencerminkan idealisme, keberagaman dan kebersamaan. Tulisan yang menggugah dan merubah. Change the world with words. Merubah dunia dengan kata-kata.
Merubah dunia dengan kata-kata tentu tidak kering seperti itu. Melainkan yang terintegrasi antara kata dengan perbuatan. Seiya sekata. Dengan adanya contoh keteladanan seperti ini kita bisa menjadi inspirator bagi peradaban Borneo.
Pra Ramadan kemarin kami melewati seabrek agenda. Selain pelatihan jurnalistik kehumasan (baca halaman 20) juga MoU bersama PT Telkom untuk transmisi TVRI dengan fasilitator Pemprov Kalbar. Agenda rutin lainnya seperti German Corner, Internship Programme terus berjalan tanpa kenal lelah—walau berpuasa.
Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang melaksanakannya. Semoga tujuan puasa yakni mencapai level takwa dapat tercapai. Takwa yang secara harfiah takut kepada Tuhan, tetapi secara maknawiah adalah positioning untuk selalu berkiblat pada manfaat, sesuatu yang positif, sesuatu yang memberikan berkat, keselamatan dan kasih sayang. Bukan sebaliknya cenderung kepada yang batil serta negatif.
Pekerjaan rumah kebangsaan kita ke depan masih agat sangat besar. Melalui momentum Ramadan kita dituntut kebersamaan dalam segala situasi dan keadaan. Marhaban yaa Ramadan. Selamat menunaikan ibadah puasa Ramadan. Welcome Sayidus Shuhur.
Selasa, 18 Agustus 2009
Welcome Sayyidus Shuhur
Posted by Noeris at 11.16
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar