Selasa, 18 Agustus 2009

Napak Tilas Gusti Mesir

Panembahan Gusti Mesir Raja Kerajaan Simpang ke-6 dua kali ditangkap Jepang. Penangkapan pertama pada tanggal 23 April 1943 bersamaan dengan penangkapan raja-raja seluruh Kalbar dari 12 kerajaan yang semula atas undangan Jepang untuk menghadiri pertemuan di Kota Pontianak. Ternyata kesemuanya dibunuh Jepang, kecuali Panembahan Gusti Mesir. Beliau dibebaskan oleh Penguasa Jepang di Sukadana Bunkenkanrikan.
Setelah Beliau kembali ke Teluk Melano oleh Majelis Kerajaan diadakan musyawarah untuk mencari jalan menyelamatkan Panembahan yang dipimpin oleh Punggawa Uti Hamzah. Namun dalam pertemuan itu semua alternative dengan halus ditolak oleh Panembahan, karena semua alternative itu dinilai tidak rasional. Apalagi untuk mengangkat senjata, berperang melawan Jepang.
Panembahan menyatakan, “Biarlah aku jadi korban—jangan rakyat, karena kita tidak mempunyai kekuatan apapun.”
Pembebasan Panembahan ini sehubungan dengan berita pelarian mata-mata Belanda Kepala Staatwach yang lari ke Telok Melano, karena ada keluarganya di sana. Datang dari Ketapang dan Sukadana kampetai-kampetai Jepang dan memerintahkan rakyat untuk menangkapnya dikoordinatori oleh Kerajaan. Akhirnya pelarian itu tertangkap di Rantau Panjang.
Pada awal Januari 1944 datanglah Motor Cabang dengan dipimpin oleh dua orang kampetai langsung ke Istana menangkap Panembahan Gusti Mesir dan Beliau memang sudah siap kapan saja ditangkap karena sejak penangkapan pertama Beliau tidur pun berpakaian lengkap, menunggu kedatangan Kampetai Jepang. Ditangkaplah seluruh jajaran kerajaan: Panembahan Tua Gusti Rum (Raja ke-5) ayah Gusti Mesir. Gusti Umar mantri polisi (abang Gusti Mesir). Gusti Tawi mantra tani (adik Gusti Mesir). Tengku Ajong (ipar Gusti Mesir). Dolah sopir kerajaan. Raden Asfar (kemenakan Gusti Mesir) serta Bujang Kerepek yang sehari-hari bertugas sebagai pembantu.
Saat penangkapan istri Beliau sedang hamil tua, dan 10 hari kemudian lahirlah anak Beliau yang bungsu yang tidak sempat melihat wajah ayahnya. (disarikan dari surat Drs H Gusti Mulia, putra Gusti Mesir)




0 comments: