Selasa, 18 Agustus 2009

Berakhir dengan Penerbitan Buku


Borneo Tribune bersama Tribune Institute pada 12-14 Agustus menggelar Pelatihan Jurnalistik Kehumasan Pemda se-Kalbar. Peserta tidak hanya datang dari Kota Pontianak, tetapi juga sejumlah kabupaten seperti Sanggau, Landak dan Sintang.
Pelatihan selama 3 hari diampu oleh para redaktur, fotografer dan dua pembicara tamu internship programme asal Bonn University, Jerman. Kesemuanya berbicara tentang relasi media dengan public relation serta hal-hal teknis kepenulisan hingga etika jurnalistik maupun delik pers.
Jika pada 12 Agustus pagi pembukaan dilakukan Dirut PT Borneo Tribune Press, W Suwito, SH, MH, maka acara penutupan dilakukan Master of Training Asriyadi Alexander Mering dan Ketua Yayasan Tribune Institute, Dwi Syafriyanti, SH, MH. Sebelum acara ditutup Dr Yusriadi, MA memimpin Evaluasi Training.
Agus salah seorang peserta mengaku pelatihan kali ini sangat berkesan. “Saya jadi tahu dan paham soal relasi PR dengan Media. Diklat ini sangat menunjang tugas saya,” ungkapnya.
Suhartiman a new comer di media cetak mengaku sebelumnya sudah biasa menulis artikel di media cetak, tapi kini setelah training menjadi lebih terbuka wawasannya. “Sangat membanggakan pesertanya dari berbagai kota. PR adalah jubir Pemda setempat,” timpalnya.
Heru peserta dari DPRD Kalbar. “Pada training ini saya paling berkesan karena sangat friendly. Bersahabat.”
Kepala Kantor Informasi KKR, Iskandar menyatakan training ala Tribune Institute sudah cukup bagus. “Refresentatif. Cuma 1 yang kurang, analisis berita. Berita negatif/positif. Negatif jadi positif. Maunya 30-40 peserta agar lebih ramai. Dan sebaiknya dihelat di hotel. Soal Rp 1-2 jt tak masalah,” sarannya.
Si cantik Meri yang sehari-hari bekerja di Kantor Informasi KKR juga mengaku terkesan dengan training yang didapuk HBT dan YTI. “Cara belajarnya serius tapi santai. Materi masuk karena tidak tegang. Saya usul agar diperbanyak praktiknya,” katanya.
Firmus sebelum angkat suara meminta peserta membunyikan applaus. Setelah tepuk riuh rendah mereda ia pun pidato. “Unik. Unik. Berkesan. Cara penyampaiannya masuk. Fokus. Beda dengan pelatihan jurnalistik yang pernah saya ikuti di PWI. Contohnya pada materi Delik Pers, sayang keterbatasan waktu,” tegasnya.
Peserta lainnya Sukardi. “Saya sangat bersyukur dengan belajar di sini menjadi tahu tata cara menulis. Training ini membuka pikiran saya. Berubah. Saya usul Panpel supaya membuat training tahap keduanya. Panpel bersahabat, santai, pasti.”
Ika peserta dari Humas Pemprov mengakui bahwa selama pelatihan metodenya santai tapi serius. “Saya harap ada kelanjutan dari training ini. Sharing langsung ke Pemprov akan lebih berdayaguna. Kan ada biro-biro. Motivasi kami buat email jadi meningkat,” akunya.
Marsel peserta lainnya dari Taruna Merah Putih dari awal merasa masih awam. Hubungannya ke media hanya saat TMP mau memuat berita. “Nah pada 3 hari ini jadi tahu persis kenapa terbit dan tidak rilis dari TMP.”
“Dari awal saya senang. Sedikit teori banyak praktik. Tapi saya usul ada moderator agar terarah. Usul diklat ini berlanjut. Bila perlu dirikan sekolah jurnalistik,” papasnya.
Bambang Hermanto menyatakan, “Saya paling awam. 3 hari sedikit banyak bertambah wawasan. Materi relevan dengan tujuan. Ramah bersahabat. Suasana ini harus selalu dijaga.”
Erviyanto dari Dinas Pertanian mengucapkan banyak terimakasih karena diundang. “Waktunya mesti diperpanjang. Tajam tapi belum runcing. Terkesan sekali. Saya akan usul kepada Distan agar kerjasama dengan Borneo Tribune. Ini merakyat. Menarik.”
Ervi mengaku hasil latihannya yang dimuat di halaman Borneo Tribune dibaca banyak pihak. Dia kebanjiran kritik dan saran. “Kalo 1 minggu lagi pelatihan maka tulisan saya akan lebih bagus. Materi favorit saya fotografi. Panpel sangat ok. Bravo.”
Joko dari Humas Pemkot menyatakan bagus dan menarik. “Waktu belum cukup. Sangat singkat. Yang tidak tahu saja mengerti apa lagi sudah paham. Saya usul materi bagaimana mewawancarai pejabat perlu ditambah.”
Eka peserta dari Borneo Tribune juga mengaku menarik. “Saya jadi lebih tahu jurnalistik dan fotografi,” imbuhnya rada malu-malu.
Yusriadi selaku pemandu evaluasi mengatakan dari pelatihan yang sudah digelar akan dilaksanakan follow up. Ada pelatihan lanjutan. Orangnya sama. Materinya materi-materi khusus seperti Content analysys sehingga menjadi telaah staf yang paripurna. Begitupula kepenulisan dalam hal mencari sumber dan ide, interview, dan kelas fotografi.
Kedua, pelatihan tidak cuma dilaksanakan di Kota Pontianak tapi juga di daerah-daerah. “Silahkan ajukan kerjasama,” tantangnya.
Ketiga, komunikasi intensif agar tidak terputus kebersamaan yang telah terpintal selama 3 hari. “Ada pilihan. Maya atau kopi darat. Darat baik dijadwalkan. Caturwulan.”
Usul paling brilian adalah menerbitkan buku bersama. Buku bersama ini akan dibahas pada pertemuan caturwulan yang akan datang.




0 comments: