Minggu, 31 Mei 2009

Terjun ke Kancah Internasional


Rektor Untan Prof Dr H Chairil Effendy dalam kata sambutan di hadapan pejabat Pemprov serta tamu Konvensi Internasional di Pendopo Gubernur, Selasa (19/5) mengutip pendapat Bung Karno, “Biasanya para tokoh daerah datang menghadap saya (Bung Karno, red) meminta dibangunkan gedung-gedung megah, tetapi Kalbar sangat luar biasa. Yang diminta adalah sebuah universitas.”
Chairil mengutip pendapat Bung Karno kala founding fathers Untan menghadap RI 1 untuk mohon restu pendirian Universitas Tanjungpura. Chairil menguak sejarah di awal 1959 di depan tetamu internasional dengan harapan mengingatkan kembali bahwa sejak dahulu kesadaran warga Kalbar akan pentingnya bidang pendidikan sudah sangat tinggi. Maka wajar di Hut Emas (Golden Anniversary) Untan digeber konvensi bertaraf internasional.
Konvensi Internasional Untan dihadiri sejumlah universitas dalam dan luar negeri. Tampil keynote speaker Rektor Universitas Indonesia, Prof Dr der Soz Gumilar R Somantri yang juga Ketua ASHAIL Indonesia dan Rektor Universitas Malaya. Hadir juga 40-an civitas akademika Unimas, Sarawak maupun panelis asing, sebut di antaranya Hui-Siang JEE Brenda, Evan Lau, Chin-Hong Puah, Shazali Abu Mansor, Ernest Cyril de-Run, Tsuyoshi Yoshomura, Siusana Kweldju, dan Stephani Jung.
Kesadaran warga Kalbar akan pendidikan sejak 50 tahun yang lalu sangat penting diaktualisasikan karena iklim kompetitif dunia saat ini semakin tinggi serta tanpa batas. Kompetisi di segala lini itu sangat ditentukan oleh bibit maupun bobot sumber daya manusia. Inti dari bobot SDM adalah pendidikan. Unit pendidikan tinggi terbesar di Kalbar adalah Untan. Oleh karena itu kepada Untan besar sekali harapan Kalbar untuk memperoleh kemajuan dan kebanggaan.
Untuk itu tema yang diangkat Untan adalah “Membangun Networking untuk Mengatasi Krisis Global.” Krisis global itu meliputi krisis ekonomi, krisis lingkungan, krisis pangan, krisis energi dan krisis sosial budaya. Untan ingin berpartisipasi secara aktif memberikan solusi atas krisis global yang dihadapi dunia era mutakhir ini. Untan di hut emasnya ingin pula mewariskan solusi-solusi ilmiah dengan tinta emas.
Untan mempunyai visi yang besar terhadap tatanan internasional. Untan Ingin tampil dengan daya saing internasional maupun terjun ke kancah internasional dengan memecahkan masalah-masalah mondial. Hal ini tampak dalam visi Universitas Tanjungpura (Untan) sebagaimana tertuang di dalam statuta pendidikannya yakni untuk menjadi institusi preservasi dan pusat informasi ilmiah Kalimantan Barat serta menghasilkan luaran yang bermoral Pancasila dan mampu berkompetisi baik di tingkat daerah, nasional, regional dan internasional.
Universitas Tanjungpura yang didirikan pada tanggal 20 Mei 1959 sebagai perguruan tinggi swasta dengan nama Universitas Daya Nasional oleh Yayasan Perguruan Tinggi Daya Nasional saat ini terus berjuang mensejajarkan diri dengan perguruan tinggi-perguruan tinggi papan atas terutama di tingkat nasional. Untuk itu menurut Rektor Chairil Effendy secara bertahap Untan hendak mengejar jumlah tenaga pengajar bertaraf doktor (Strata 3/S3) sebanyak 300 orang. Upaya-upaya mencapai ke arah itu telah dilakukan dengan mempermudah pengiriman-pengiriman dosen untuk tugas belajar. “Pemprov di bawah kepemimpinan Bapak Cornelis sangat besar sekali kontribusinya mencapai visi tersebut. Tepatnya dengan mengalokasikan anggaran kepada Untan sekitar kurang lebih Rp 12 miliar.”
Tenaga pengajar Untan saat ini terdiri dari 24 guru besar (profesor) dan 118 doktor (S3). Jumlah itu terus ditingkatkan dengan keinginan mencapai 300 jumlah doktor atau pakar di bidangnya. “Kita ingin mewujudkan Untan sebagai pusat ilmiah Kalimantan Barat,” tegas Chairil.
Tenaga pengajar pada waktu Untan pertama kali berdiri adalah para sarjana dan sarjana muda yang ada di daerah Kalimantan Barat. Dalam perkembangan 50 tahun seperti diakui Chairil di dalam pengantar buku Dies Emas Untan telah banyak kemajuan dan perkembangan, tetapi selalu ada kekurangan-kekurangan yang mesti secara bertahap disempurnakan. “Tanggung jawab yang dipikul Untan semakin bertambah seiring dengan semakin beratnya tantangan yang dihadapi sebagai konvergensi dari berbagai dampak globalisasi dewasa ini. Terkait dengan hal tersebut Untan terus berupaya untuk meningkatkan kualitas secara bertahap sesuai dengan kebutuhan masyarakat,” ujarnya.
Di tahun 2009, Untan menyadari pentingnya keterlibatan secara aktif di tingkat internasional. Untuk itu Untan membangun lembaga khusus bernama International Office. Lembaga ini dipimpin Ir Elvira, MT, PhD.
“Kita di International Office berupaya menjalin sebanyak mungkin hubungan kerjasama internasional. Hubungan kerjasama yang saat ini berjalan adalah dengan sejumlah universitas di Malaysia dan Jerman,” ungkapnya.
International Office juga menjalin hubungan kerjasama dengan Kedutaan Besar Amerika di Jakarta maupun Kedubes Australia. “Sejauh ini kami merintis manajemen hubungan internasional dengan rapi dan terukur. Kita tidak mau kerjasama hanya sampai di atas kertas saja melainkan betul-betul dapat dirasakan oleh masyarakat luas,” ungkap staf pengajar di Fakultas Teknik ini.
Elvira yang berkantor di Magister Teknik mengaku gembira hubungan kerjasama dengan Bonn University yang digagas sejak Maret 2009 lalu telah mulai membuahkan hasil riset bersama perihal reklamasi Sungai Kapuas. Riset bersama itu akan dimulai pada September 2009. “Dari hubungan kerjasama internasional kita harus belajar banyak sehingga tenaga-tenaga menengah dan atas kita juga memenuhi standar internasional,” ujar alumni PhD asal Negeri Kangguru ini.







0 comments: