Pernyataan Wakil Ketua DPP Partai Demokrat Ahmad Mubarok bahwa Partai Golkar hanya akan mendapatkan 2,5 persen suara pada pemilu 2009 benar-benar menjadi martir di tubuh Golkar. Golkar selama ini seperti raksasa yang sedang tidur.
Golkar adalah partai besar. Infrastruktur parpolnya paling lengkap. Asetnya paling kaya. Sumber daya manusianya paling hebat. Bahkan jika mau jujur, parpol-parpol lainnya, sebagian besar adalah kader Golkar yang lompat pagar.
Dengan alu yang dikemplangkan ke kepala Partai Golkar, kondisi psikologis bangsa Indonesia memasuki babak baru. Bangsa Indonesia adalah bangsa pengasih dan simpati pada pihak yang ditekan. Di sisi yang lain ada kerinduan rakyat pada harmoni masa lalu.
Mega naik panggung karena ditekan Soeharto. SBY naik pentas RI-1 karena ditekan Megawati. Kini JK ditekan SBY, apa yang terjadi? Di dalam hal ini Partai Demokrat dinilai kader beringin ”lancang” menuding Golkar hanya akan mendapat 2,5 persen suara Pemilu 2009.
Kader-kader Golkar merah kupingnya. Menjamur aspirasi ”cerai” dari Partai Demokrat. ”Jika bersama kita bisa, berpisah kita juga bisa,” begitu aspirasi yang menyala-nyala.
Sengatan Mubarok membangunkan tidur panjang Golkar pasca Pemilu 2004. JK bicara lugas dan lantang. Bahkan sesuai dengan karakternya yang ceplas-ceplos, apa adanya. Dia tampil terdepan dengan membantah keras pernyataan Mubarok—walau sedang berada di luar negeri.
JK keras menyatakan bahwa tidak mungkin Golkar hanya akan mendapatkan 2,5 persen suara. Golkar akan mendapatkan angka di atas 25 persen. Hal senada dikemukakan seniornya Siswono Yudhohusodo—mantan rivalnya di Pilpres pasangan Amien Rais. Bahwa Golkar akan mendapatkan angka di atas 25 persen suara.
Partai Demokrat sendiri, kendati SBY punya rating polling teratas, tetapi jika perolehan suara Partai Demokrat seperti pemilu yang lalu di bawah 10 persen, maka alamat hilangnya kesempatan emas. Terlebih koalisi yang dahulu mendukung SBY perlahan-lahan mundur dari gelanggang. PKS, PBB, PBR, dan bisa terjadi terhadap Golkar.
JK di hadapan ratusan caleg dan kader Golkar se-Kalbar, kembali menegaskan kesiapannya untuk menjadi calon presiden. Kondisi aktual bangsa dan dinamika politik yang terjadi di tingkat nasional menjadi sebab kesediaan JK untuk maju sebagai calon presiden RI ke-7.
Apa yang dilakukan JK saat ini dalam banyak segi tetap saja menguntungkan Partai Beringin. Posisi tawar JK terhadap SBY meningkat. Posisi popularitas Golkar juga ”naik daun” lantaran publisitas media atas terbentuknya Blok J selain blok S, M dan Blok Perubahan.
Dukungan yang tampak dalam kunjungan JK jelas terlihat. Tak terkecuali di Kalbar. Dampak langsung ini memicu semangat kerja kader-kader partai. Mereka melihat peluang dibuka oleh Mubarok. JK tampil terdepan menarik gerbong Golkar nasional.
JK bertindak tepat. Ia kini menjadi martir partai. Ketepatan ini bagian dari reaksi kepemimpinan cepat-tepat yang bisa dilihat masyarakat luas. Rating JK juga meningkat dari sejumlah poll-poll terbaru. Dia nomor dua setelah SBY.
Saking cepatnya reaksi Ketua Umum Partai Golkar itu, SBY pun segera meralat Mubarok dengan jumpa pers di Cikeas. Namun mesin Partai Golkar sudah kadung menyala-nyala sehingga parpol-parpol lain mesti berhati-hati. Tak terkecuali dalam memberikan komentar-komentar seperti Mubarok. Komentar melecehkan bisa jadi blunder yang menikam.
Senin, 09 Maret 2009
JK Martir Politik Golkar
Posted by Noeris at 07.57
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar