Rabu, 04 Maret 2009

Berantas Korupsi, Pilih Caleg Bersih


Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi, M Jasin saat hadir di Kota Pontianak dalam rangka mendorong fungsi kontrol masyarakat untuk pemberantasan korupsi mengakui bahwa cukup berat bagi KPK bekerja sendiri. Kasus-kasus korupsi bukannya menurun pasca reformasi, tetapi semakin menggila.
Penangkapan terhadap anggota DPR RI dari Fraksi PAN Abdul Hadi Djamal, Senin (2/3) malam merupakan pelajaran berharga di depan mata kita menjelang pemilu 9 April 2009. Pelajaran itu sangat banyak.
Pertama menjadi wakil rakyat tidaklah gampang. Selain berat untuk menjalankan amanah urusan-urusan kerakyatan, juga rawan akan godaan berbagai kepentingan melalui tangan-tangan wakil rakyat. Jika tidak ekstra hati-hati, maka akan terjadi suap-menyuap seperti yang dirasakan Abdul Hadi Djamal.
Suap menyuap, apalagi indikasi kuat tindakan korupsi yang dilakukan politisi segera terekspose dengan luas. Hal ini merugikan kepentingan karir politik yang bersangkutan. Di sini diperoleh pelajaran kedua, bahwa setiap politisi perlu berpikir jangka panjang ketimbang dari jangka pendek yang senangnya sesaat.
Kita tidak habis pikir, betapa beraninya Abdul Hadi Djamal melakukan tindak pidana korupsi. Uang korupsi itu untuk apa? Apakah ada kaitannya dengan dana Pemilu 2009? Atau hanya sekedar untuk memperkaya diri sendiri?
Jika alasannya untuk memperkaya diri sendiri, apakah gaji yang didapatkan sebagai anggota DPR RI tidak cukup? Jika tidak cukup mengapa ribuan orang ingin duduk di lembaga legislatif? Mengapa banyak orang ingin duduk di ”kursi pesakitan”?
Tindakan Abdul Hadi Djamal tentulah tindakan white cillar crime. Kejahatan berkerah putih. Kejahatan yang merusak citra diri dan partai.
Anggota DPR RI asal PAN melakukan konfrontir. Dia adalah wakil DPR RI asal Kalbar, Ir HM Fanshurullah Asa, MT. Dia berani berkata keras dan membela partainya karena sepanjang duduk di DPR RI dia sanggup memotong gajinya sebesar 50 persen untuk beasiswa. Hal itu seperti langit dengan bumi atas tindakan Abdul Hadi Djamal yang separtai dengannya.
Fanshurullah Asa menilai KPK membanggakan karena mengungkap kasus korupsi yang melibatkan anggota DPR RI. Ifan—sapaannya—berterimakasih PAN dibersihkan dari korupsi. Petinggi-petinggi lain jika terbukti korupsi mesti dibersihkan tanpa pandang bulu.
Enak bagi Ifan berkata keras karena dirinya bisa diteladani. Keteladanan seperti ini patut dijunjung tinggi. Justru kepada wakil-wakil rakyat seperti inilah suara kita laik dipersembahkan.
Kandidat yang terpampang di kertas suara Pemilu Legislatif 9 April mendatang tentulah tidak sedikit yang seperti Abdul Hadi Djamal, tetapi tidak sedikit pula yang potensial atau cenderung ke kepentingan diri sendiri. Tetapi kita tidak boleh apriori dengan politik yang selalu dikelindan oleh kepentingan ekonomi. Kita juga punya caleg-caleg seperti Fanshurullah Asa. Atau setidaknya caleg-caleg yang potensial baik dalam mengemban amanah. Masalahnya bagi kita adalah sejauh mana kita mengenal para wakil kita di DPRD atau DPR RI.
Untuk merubah nasib bangsa ini menjadi lebih baik, peranan kita sangat penting. Pilihlah caleg yang bersih, yang bukan koruptor, yang mampu mengemban amanah, sehingga pembangunan merata bagi seluruh rakyat Indonesia, bukan untuk kepentingan kantong atau kocek pribadi.


1 comments:

Blog Watcher mengatakan...

PISAU TAJAM KORUPSI





Kebusukan nafsumu, membunuh jiwaku. Lalu kau berjalan meyeringai membiarkanku sendiri. Dengan suara terbahak kau berjalan pergi, membiarkanku terluka. Tubuhku menggelepar tak berdaya, kau menikamku dengan pisau tajam korupsi.



Hatiku berdarah dalam tubuh, aku merintih kesakitan. Darahku menetes. Setiap darah yang menetes membakar perih ini setiap saat. Koruptor membinasakanku.





waktu itu..........



Semalam sebelumnya, diantara kedua tanganmu kekuatanmu berasal. Gema senandung kesedihan dari seorang yang sengsara, hati anak yatim yang hatinya hancur berkeping-keping, desah ratapan seorang yang tertindas, kau bantu. Kau ku anggap sebagai juru selamatku.



Tapi kini............!!!!



Dalam malam tenang, hati membukakan pintu rahasia kamarku, angin membangunkanku tidur lelapku.



KPK menangkapmu...



Dengan halus, Abdul Hadi Djamal menikamku dengan pisau tajam korupsi.