Sejurus waktu yang lalu Harian Borneo Tribune melakukan Road Show (kunjungan terbuka) dengan tema Jurnalisme Lingkungan ke kabupaten-kota wilayah Pantai Utara. Narasumbernya freelancer Borneo Tribune di Bonn University, Jerman, Yanti Mirdayanti, MA.
Bermula dari Sambas dengan penyambutan Bupati Ir H Burhanuddin dan Wakil Bupati dr Hj Djuliarti Djuhardi, tim turun ke Kota Singkawang. Sambutan hangat sekaligus jamuan makan malam disuguhkan Walikota Hasan Karman, SH, MM yang notabene alumnus program master manajemen lingkungan. Kata bersambut, kalimat pun berjawab. Gayung bersambut.
Di Mempawah sambutan tak kalah hangat dilakukan dinas-instansi terkait. Kali ini tidak menggunakan ruang pertemuan pihak eksekutif melainkan legislatif. Jurnalisme Lingkungan Hidup digeber di ruang rapat paripurna DPRD Kabupaten Pontianak. H Rahmad Satria, SH, MH dan anggota Dewan. Sejumlah kepala dinas juga hadir di dalam pertemuan yang notabene menjelang KTT Global Warming di Bali, ketika itu.
Gerakan Jurnalisme Lingkungan Hidup atau Environment Journalism itu kami nilai penting karena siapa sih yang tidak ada kait mengait atau sangkut pautnya dengan lingkungan hidup? Padahal lingkungan hidup kita sekarang berubah dahsyat. Terbukti banjir dituai di mana-mana tanpa mengenal musim lagi. Begitupula badai, kekeringan, bahkan gempa.
Kita selaku khalifah atau pemimpin yang bertugas menjaga dan merawat bumi agar makmur dan sejahtera mesti berpikir keras. Kita mesti berbuat sesuatu. Dan bagi entitas Borneo Tribune sebagai media pendidikan serta Tribune Institute sebagai lembaga nirlaba bidang pendidikan kepenulisaan hal tersebut menjadi fokus pendidikan serta pelatihan.
Kami secara sadar dan terencana melakukan sosialisasi serta diklat ke diklat, hingga 21-22 Februari melakukannya kembali di hadapan 50-an peserta pemuda bekerjasama dengan Disbudparpora Pemkab Ketapang.
Ketapang kita ketahui sebagai buffer Kalbar. Di sini terdapat Taman Nasional Gunung Palong sebuah khazanah alam yang tiada banding keistimewaannya. Di Tanah Kayong ini juga terdapat pemandangan-pemandangan alam yang indah. Sebut salah dua contohnya Sungai Pawan dan Pantai Tanjung Belandang.
Jika pendekatan jurnalisme lingkungan hidup bisa dimanfaatkan dengan maksimal, maka kami telah membantu berbuat menyelamatkan lingkungan hidup yang amat sangat kaya energi potensialnya itu. Potensial membuat kita hidup aman, asri, damai serta sejahtera. Kenapa? Karena semua ciptaan Tuhan itu semua memiliki nilai ekonomi, ekologi, dan sosial-budaya.
Borneo Tribune dan Tribune Institute selain memberikan sumbangsih skill yang dimiliki, juga sekaligus merajut silaturahmi kepada stakeholder. Kami juga memperkenalkan kepala-kepala biro kami kepada para pihak di berbagai elemen lembaga. Jika dahulu kami perkenalkan Budi Rahman (Kabir Sambas--kini Redaktur), Mujidi (Kabir Singkawang), Johan Wahyudi (Kabir Mempawah), maka kini kami perkenalkan Andry (Kabir Ketapang) sedangkan Gusti Iswadi yang selama ini menjadi Kabir akibat kesibukannya meningkat di Pemilu 2009, maka dia menjadi freelancer biasa di HBT.
Silaturahmi demi silaturahmi kami jalani. Semua terasa indah dalam bingkai kebersamaan. Terlebih jika ilmu yang kita timba semuanya mampu kita amalkan, maka ia ibarat pohon subur yang berbuah lebat. Buah lebat itu melahirkan bibit-bibit unggul pula. Bibit dan pohon subur yang menyelamatkan lingkungan. Visi-misi dari Road Show Environtment Journalism.
Senin, 23 Februari 2009
"Road Show Environtment Journalism" di Ketapang
Posted by Noeris at 09.05
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar