Sina Mande Waldelich salah seorang praktikan dari Bonn University pada hari Kamis (12/2) telah menyelesaikan masa praktikumnya di Harian Borneo Tribune dan lembaga nirlaba kepenulisan Yayasan Tribune Institute. Sina yang sudah lancar berbahasa Indonesia itu menyatakan akan melakukan perpisahan dengan suatu acara yang berkesan. Tapi modelnya seperti apa gerangan?
Dipikir-pikir ringan, tetapi ditelusur-telusuri sampai ke tingkat teknis ya berat juga bagi seorang Sina. Ringannya problema ini karena acara seperti apapun ukurannya bisa dirancang sedemikian rupa, termasuk rupa-rupa yang diperlukan. Namun ada juga sisi beratnya, yakni tak mudah bagi seorang kandidat master itu untuk mengerjakannya sendiri. Terlebih kondisi fisik Sina tidak sedang fit. Ia sakit dan mesti pulang berobat ke Jerman.
Timbang punya timbang, jalan keluar terbaik adalah gotong royong. Ibarat semut. Semut-semut jika bersua selalu menyapa. Di kalangan pelatihan ESQ bahkan dikembangkan “salam semut”.
Semut selalu berkomunikasi. Ini menandakan uluk salam untuk tukar-menukar informasi. Informasi dan komunikasi yang baik menjadi kunci kesuksesan hidup ala semut. Contoh alam ini laik jadi pelajaran yang amat sangat berharga.
Di komunitas semut beban sebesar apapun berhasil diangkut dengan sistem komunikasi yang baik serta bergotong royong.
Teman Sina yang masih praktikum di HBT-YTI seperti Dorina, Mathias dan Christian menerapkan komunikasi serta kegotong royongan dengan baik. Ketiga orang ini berkomunikasi dengan kru HBT dan YTI. Kesemua pihak pun saling bantu sekuat tenaga.
Acaranya seperti apa akhirnya diputuskan berupa “jagung bakar party” sekaligus disertai penyampaian kenang-kenangan, maupun pesan serta kesan. Lokasi acaranya ditetapkan di Tribune Plex Garden. Sebuah taman di halaman belakang W Suwito Associates, tempat yang pernah digunakan untuk lomba mewarnai di tingkat anak-anak saat first anniversary Borneo Tribune.
Saatnya acara tiba di malam hari, bulan pun bersinar terang. Mungkin bulan ingin mengabarkan kabar terbaiknya. Cuaca yang sebelumnya berkabut asap, juga relatif bersih. Udaranya segar, dan peserta party menyempatkan diri bermain bola, bersenda-gurau, evaluasi pesan dan kesan, merajut rencana-rencana ke depan seraya menikmati kudapan jagung bakar dan kue berlapis-lapis.
Sina dkk terkesan dengan acara ini. Semua pihak merasa bersyukur karena lepas dari satu beban. Tetapi setelah satu beban terlepas akan datang beban lainnya. Sama dengan satu persoalan mampu diselesaikan akan segera datang masalah-masalah lainnya.
Kita tidak perlu mengeluh karena setelah kesulitan pasti akan datang kemudahan. Yakinlah, bahwa setelah kesulitan pasti akan datang kemudahan. Tuhan pun menyatakannya demikian.
Ilmu pengetahuan membenarkannya. Praktik keseharian manusia meng-iya-kannya.
Sina kemudian dihantarkan ke Bandara Supadio. Ia kemudian terbang ke Jakarta, selanjutnya transit di Kuwait untuk kemudian kembali ke kampung-halamannya.
Tugas praktikan yang lainnya di HBT-YTI sendiri masih besar. Mereka akan melawat ke Ketapang untuk elaborasi program jurnalistik dan pariwisata. Materi, topik, pembagian tugas dilakukan dengan komunikasi ala semut. Melalui meeting atau rapat. Bahkan meeting-meeting itu diramu dengan kujutan acara ulang tahun sejumlah karyawan, seperti Alexander Mering pada 5 Februari, Nur Iskandar 13 Februari dan Tanto Yakobus 14 Februari. Bakal menyusul kemudian Ketua YTI, Dwi Syafriyanti, SH, MH pada 16 Februari.
Irama lagu happy birthday to you melantun iring-beriring di ruangan kantor. Irama doa dan harapan yang mengembangkan kebahagiaan. Kebersamaan diharapkan membuncah seiring masalah-masalah internal bisa diselesaikan dengan komunikasi yang baik. Semoga semua sehat, panjang umur dan murah rizki. Amiin.
Sabtu, 14 Februari 2009
Paripurna Komunikasi ala Semut
Posted by Noeris at 02.01
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar