Senin, 23 Februari 2009

My Lovely Nada n Ocha



Sepulang dari Ketapang Ocha (6 tahun) dan Nada (1,5 tahun) menyambut di pintu masuk rumah. Papa...papa, kata mereka.
Kerinduan anak-beranak tak terperi. Satu persatu kupeluk, kucium dan kulambung-lambung seperti kebiasaanku memperlakukan mereka sebagai wujud rasa sayang dan cintaku pada anak-anak. Akting ini tentu saja dengan ekstra hati-hati, kawan. Ya kuatir dong kalau jatuh...
Mereka berteriak, tertawa, kadang juga meringis. Mereka berani-berani takut atau takut-takut berani karena kulambung tinggi-tinggi dan kemudian kusambut kembali setelah dekat ke lantai. Wow, permainan nan berani.
Mereka senang dan asyik. Itulah hadiahku. Memberikan hadiah permainan lambung menjadi hobiku tersendiri meladeni mereka sembari ciluba-ciluba.
Kulepas rindu setelah semalam dua hari berada di Tanah Kayong, Tanah Kahyangan. Aku berada di sana untuk sebuah tugas yang besar: mendidik kepenulisan. Merubah peradaban lisan ke tulisan. Menulis bukankah untuk keabadian? Scripta manen, verba volent. Ucapan itu menguap, tulisanlah yang permanen.
Ocha dan Nada menggelar karpet dan kasur. Kami pun terus bermain hingga pukul delapan malam. Ini non stop dari sejak aku pulang menjelang magrib sekira pukul 17.30WIB.
Senang berada bersama Ocha dan Nada. Tak pelak aku cancel pertemuan dengan sejumlah mitra bisnis yang sudah kerang-kering sejak aku di airport Rahadi Osman, Ketapang. Kupikir semua bisa diurus kembali besok pagi. Ini waktu special for my love: Ocha dan Nada. Masa kecil mereka tak akan pernah kembali serta tak terbeli dengan apapun. Papa sayang kamu Nak :)
(Foto menunjukkan Nada dan Ocha sedang menikmati Es Teler 77 di depan Hypermart, A Yani Mega Mall, Minggu 22 Februari 2009 ditemani "nanny" mereka: Dewi dan Ira)

0 comments: