Sejak tahun 2003 Indonesia telah menanam lebih dari dua miliar pohon. Pohon-pohon itu terdiri dari jenis-jenis apa dan merupakan bagian dari gerakan menanam pohon sebagai jawaban dari krisis global perubahan lingkungan.
Perubahan lingkungan adalah isu yang seksi saat ini. Di mana-mana orang berbicara tentang perubahan lingkungan.
Orang berbicara tentang pertambahan jumlah penduduk yang terus membesar dengan implikasi perebutan sumber-sumber ekonomi, konflik negara maju dengan negara berkembang, konflik antara si kaya dan si miskin, hingga konflik etnis yang laten di daerah kita.
Memang dilihat dari sudut pandang mana saja, isu lingkungan adalah isu yang aduhai menarik. Sanitasi misalnya.
Sebagai akibat dari penduduk yang terus bertambah, terlebih rakyat miskin dan tak mampu mewujudkan keluarga kecil melalui program keluarga berencana—terutama karena alat kontrasepsi harus dibeli dari uang di saku sendiri—setiap tahun lahir individu baru. Individu baru ini tentu saja akan kurang terurus secara sehat karena tahun depan sudah punya adik lagi serta butuh perhatian yang sama pula.
Kantong-kantong kemiskinan di setiap daerah semakin bertambah, semakin membesar. Masalah sosial kita bertambah-tambah.
Otak pejabat di pemerintahan tentu pusing tujuh keliling untuk memutus mata rantai kemiskinan struktural tersebut. Terlebih sudah banyak program bergulir, tetapi belum ada yang berhasil memuaskan.
Kita lihat saja Kota Pontianak sebagai barometer Kalbar. Coba tanyakan di mana daerah yang kemiskinannya berkurang serta sanitasinya membaik? Bebas dari sampah, taman yang indah, serta komunitas masyarakat yang religius?
Coba tolong sebutkan nama daerah yang bisa kita jadikan rujukan untuk keteladanan? Rasanya memang langka atau tidak ada sama sekali.
Oleh karena itu dalam konteks hari menanam pohon sepanjang 28 Nopember ini, marilah kita menyadari akan arti pentingnya menyelamatkan lingkungan di mana sudah tegas dinyatakan: telah bertebaran kerusakan di daratan dan di lautan, akibat ulah tangan-tangan manusia.
Tangan manusia itu adalah tangan yang serakah. Tangan yang lupa akan puasa. Lupa akan menyemai bibit-bibit kebajikan. Lupa akan nilai Ketuhanan Yang Maha Esa dengan menerapkan hal ihwal sebaliknya, yakni kesetanan yang luar biasa sehingga yang terjadi adalah kehewanan yang biadab.
Jika dengan menanam pohon disertai pula dengan kesadaran kolektif untuk menjaga lingkungan, kita menjadi agen pembaharu yang layak disebut leader atau khalifah. Pemimpin yang membawa alam serta lingkungannya aman, damai, asri dan indah. Lebih dari itu menjadi warisan laksana emas hijau ke masa depan. Maka ingat, ingat, jangan berhenti menanam, hatta besok hari akan kiamat sekalipun.
Kamis, 04 Desember 2008
Jangan Berhenti Menanam
Posted by Noeris at 01.18
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar