Jumat, 21 November 2008

Pejabat Baru Semangat Baru

Tugas baru, semangat baru. Kenyataan itu kerap kita dapatkan di negeri zamrut khatulistiwa ini.
Tak hanya di pemerintahan, hal serupa terjadi di instansi Polri. Kapolri baru, Jenderal Polisi Bambang Hendarso Danuri saat memberikan pengarahan di Mapolda Kalbar, Kamis (20/11) menegaskan program pemberantasan premanisme selain memberantas segala praktik ilegal seperti illegal logging (pembalakan hutan), illegal fishing (pencurian ikan), illegal mining (tambang liar), hingga woman trafficking (perdagangan perempuan).
Sebelumnya, Kapolri Jenderal Sutanto yang digantikan Bambang menerima amanah dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk memberantas korupsi, premanisme, hingga illegal logging.
Kapolri Sutanto ketika itu dengan jabatan baru, semangat baru berupaya menjalankan tugas dengan baik. Tak urung dia meski berhadapan dengan rekan sekabinet sendiri, seperti Menhut MS Kaban. Keduanya tak urung saling tuding siapa di balik layar praktik illegal logging.
Presiden SBY tentu saja menjadi penentu melalui aturan atribut ketatanegaraan. Hasilnya pemeriksaan terhadap kasus per kasus terus berjalan sebagaimana komitmen awal SBY memimpin RI pasca Pilpres secara langsung buat pertama kali di tahun 2004, di mana dampaknya juga terasa di Kalbar di mana serombongan pejabat dinas kehutanan maupun Polres ditangkap di Ketapang akibat lalu lalangnya praktik illegal logging.
Kapolri Bambang mengingatkan kasus Ketapang jangan sampai berulang. Ini tentu saja sebuah ”warning” bagi pejabat Kapolda Brigjen Pol Drs R Natakesuma yang memang diwanti-wanti bertugas untuk memberantas illegal logging. Natakesuma adalah bagian dari pejabat yang mendapat promosi sebagai Kapolda menggantikan Zainal Abidin Ishak. Zainal sendiri kendati dinilai sukses mengawal Pilkada Gubernur pada akhir 2007, tapi dinilai gagal dalam memberantas praktik illegal logging—walaupun Zainal berkilah bahwa selama ini dia telah sungguh-sungguh serta mendapat laporan ABS (asal bapak senang) dari stafnya di Polres Ketapang.
Pejabat sebelumnya, Brigjen Nanan Sukarna dinilai bersih. Dia membaiat—istilah dalam agama Islam—untuk membulatkan tekat maupun komitmen agar semua anggota Polri di Kalbar untuk anti-KKN (korupsi, Kolusi dan Nepotisme). Tak urung pin dipasang di dada setiap anggota sebagai bukti ”perang” melawan KKN. Selain baiat, Nanan juga ”membaiat” sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing anggota.
Pada masa itu aksi premanisme hingga praktik ilegal terbukti susut. Keamanan dirasakan masyarakat sehingga Nanan diminta untuk terus dipertahankan di Kalbar sehingga lahir guyonan bahwa Nanan tak bisa naik pangkat jika selamanya berada di Kalbar.
Nanan saat itu mengatakan bahwa Kalbar adalah Provinsi Ilegal. Maksudnya adalah terlalu banyak praktik-praktik ilegal di provinsi yang berbatasan langsung darat dan laut ke Negeri Jiran. Oleh karena itu perlu dilakukan terobosan moril-materil serta pengorbanan.
Lalu roda waktu terus bergulir. Mutasi demi mutasi mengiringi perjalanan pembangunan di Kalbar pada khususnya dan Indonesia pada umumnya. Di Kalbar menjabat Kapolda baru dengan semangat baru, di jajaran petinggi Polri juga bertugas pejabat baru dengan semangat baru.
Tetapi semangat saja tentu tidak cukup. Untuk menyukseskan program memberantas segala hal ihwal ilegal di Provinsi Ilegal apalagi ditambah pemberantasan premanisme tidaklah segampang membalik telapak tangan. Dibutuhkan operasi yang simultan.
Operasi itu tidak cukup hanya operasi seremonial oleh polisi di mana para pencoleng masuk sel, tetapi harus simultan. Lapangan pekerjaan harus terbuka dengan pendapatan yang cukup.
Anak usia sekolah harus mendapat perhatian sehingga generasi muda bangsa punya ilmu dan keterampilan yang cukup sehingga mereka tidak menjadi sampah dan duri masyarakat.
Polri dan pemerintah serta swasta harus saling bekerjasama untuk mewujudkan tatanan wilayah yang aman dan sejahtera. Termasuk kita juga. Perubahan menuju kebaikan harus dimulai dari diri sendiri, hal yang kecil-kecil, dan harus dimulai sejak detik ini juga. Tidak menunggu besok, lusa dan tahun depan. Dengan demikian kita secara bersama bisa mempertahankan setiap hari adalah hari baru bagi kita dengan semangat baru pula. Tanpa harus menunggu pangkat maupun jabatan baru.




0 comments: