210 juta penduduk Indonesia. Berjuta kepala, berjuta pikirannya. Oleh karena itu tak salah jika orang mengatakan Indonesia adalah negara yang kaya. Tidak keliru jika dikatakan Indonesia adalah negara besar.
Emas yang ditambang di Kalimantan atau Papua tidak berarti apa-apa ketimbang menambang pikiran manusia. Bahwa manusia jauh lebih istimewa ketimbang logam paling mulia sekalipun.
Manusia adalah makhluk yang paling sempurna. Ia adalah mikrokosmos di tengah makrokosmos jagad raya. Tapi manusia juga adalah makrokosmos dari supermikrokosmos sel-sel hidup di dalam jaringan hidup tubuhnya.
Manusia adalah khalifah. Manusia adalah pemimpin di muka bumi, sekaligus pemimpin bagi dirinya sendiri.
Dilihat dari sisi populasi, manusia Indonesia adalah kekuatan besar. Begitupula dilihat dari volume konsumsi, rakyat Indonesia adalah supermarket besar. Hanya sayangnya, populasi dan volume yang besar itu justru menjadi sasaran negara maju ketimbang produksi dalam negeri.
Indonesia sebagai negara besar, ibarat raksasa yang sedang tidur. Jika ada kesadaran kolektif, Indonesia berpeluang menjadi negeri adidaya baru di dunia. Pertanyaannya kapan? Jawabannya terpulang kepada diri sendiri. Apakah kita sudah merdeka? Apakah kita sudah lepas dari belenggu penjajahan. Penjajahan dalam arti yang seluas-luasnya.
Dengan jumlah penduduk yang besar, dan mendiami negeri kepulauan terbesar di dunia, agaknya ada sesuatu yang keliru jika masih terdapat busung lapar, rakyat miskin dan tidak makmur-sejahtera di negeri Zamrud Khatulistiwa ini. Bisa hal tersebut korslet akibat penyakit malas, akibat rendahnya pengetahuan dan wawasan, akibat warisan devide et empera zaman Belanda, atau bisa terjadi karena pemerintah salah urus.
Proklamasi yang dikumandangkan 17 Agustus 1945 mengamanahkan agar terwujud tatanan yang berketuhanan yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab; persatuan Indonesia; kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan; keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Merdeka mengandung arti dan makna bebas. Bebas dari penjajahan politik, bebas dari penjajahan fisik, dan tentu saja kita juga ingin lepas dari penjajahan ekonomi. Kita tak ingin menjadi negara penghutang sehingga anak cucu kita lahir semua menanggung beban.
Oleh karena itulah, maka mengisi 63 tahun kemerdekaan RI, kita sebagai manusia Indonesia harus bisa melepaskan belenggu keterjajahan kita. Baik dari segi idiologi, politik, sosial, maupun budaya.
Kita harus maju dengan semangat kejuangan. Dengan semangat kedisiplinan. Dengan orientasi jauh ke depan.
Kita harus maju dengan pikiran. Karena hanya dengan pikiran teknologi bisa berkembang. Knowledge is a power. Ilmu pengetahuan adalah kekuatan.
Pengetahuan saja tentu tidak cukup. Kita butuh keterbukaan dan saling merapatkan barisan. Kita perlu bersatu dalam visi dan misi yang sama. Fokus menghadapi segala rintangan sehingga Indonesia emas bisa dicapai.
Senin, 18 Agustus 2008
Mengisi Kemerdekaan
Posted by Noeris at 03.08
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar