Selasa, 26 Agustus 2008

Demam Politik 2009

Di mana saja kita berada, apa yang dilihat, didengar dan dibicarakan selalu politik. Jika pembicaraan di luar domain politik, lambat laun perjalanan pembicaraan tercebur pula ke pentas politik akibat begitu kuatnya daya tarik “kekuasaan” di negeri kita.
Daya tarik yang demikian kuat, melibatkan banyak pihak, termasuk dana, mengakibatkan negeri ini demam panas politik. Demam panas politik itu karena pada 2009 Indonesia akan menjalani kembali sebuah pesta akbar demokrasi lima tahunan. Agendanya meliputi pemilihan wakil rakyat di legislatif kabupaten-kota, provinsi dan Pusat, Dewan Perwakilan Daerah, maupun RI 1-2, Presiden dan Wakil Presiden.
Aktivitas pencitraan telah dilakukan jauh-jauh hari dan setakat ini semakin gencar karena daftar anggota calon legislatif sudah harus diterima Komisi Pemilihan Umum (KPU) baik di daerah maupun di Pusat. Pencitraan itu meliputi tatap muka langsung, aneka rupa bentuk kegiatan sosial, maupun melalui media massa: cetak maupun elektronik.
Baliho dan spanduk di pinggir jalan juga menghias di mana-mana. Bahkan begitu demamnya, hampir di semua perempatan jalan kita berhadapan dengan album raksasa. Isinya wajah para tokoh yang hendak maju ke kursi legislatif maupun eksekutif.
Di Kalbar, pada 25 Oktober ini terdapat empat gawai Pilkada kabupaten dan kota. Khususnya di Kota Pontianak, Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten Pontianak dan Kabupaten Sanggau. Semua daerah ini sedang demam panas Pilkada.
Partai-partai pun tak mau ketinggalan start. Mereka bersemangat “45” untuk menampilkan partai mereka sedekat-dekatnya dengan rakyat, mencuri hati rakyat, agar memenangkan pesta demokrasi rakyat. Mereka ingin berada sedekat-dekatnya dengan rakyat. Tentunya mereka juga ingin membuktikan dengan memenangkan pesta demokrasi mulai dari yang terkecil seperti Pilkada di kabupaten maupun kota.
Golkar sebagai partai yang selama ini terbesar di Nusantara tak mau tertinggal, apalagi di era reformasi Partai “Beringin” ini cukup mengalami masalah karena dinilai partai “status quo” bahkan Partainya Bapak Pembangunan, Soeharto.
Tetapi bukan Golkar jika tidak cerdas mengatasi masalah dan tantangannya. Mereka segera membumikan paradigma baru Partai Golkar sehingga pada Pemilu 1999 dan 2004 partai ini tidak kehilangan muka. Golkar tetap menjadi partai papan atas di Indonesia. Bahkan dalam susunan kabinet, RI 2 adalah Ketua Umum DPP Golkar, walaupun di Kalbar hanya Kapuas Hulu dan Ketapang saja yang dimenangkan secara mutlak oleh Golkar.
Oleh karena itu DPD Partai Golkar Kalbar tak mau ketinggalan setting nasional. Pada Sabtu (23/8) mereka menggeber kegiatan kolosal launching nomor Partai “23” dalam nomor urut Pemilu 2009.
Timing waktu 23 Agustus yang dipilih dengan melibatkan 2.300 massa memindai pencitraan yang mudah dikenang massa. Terlebih para petinggi Golkar Kalbar juga “turun gunung”.
Acara yang berlangsung sukses di kawasan Gedung Olah Raga (GOR) Pangsuma Pontianak semakin membuat Kota Pontianak demam politik karena gregetnya menjalar sampai Pilkada Kota. Demikian karena kandidat dari Partai Golkar juga bertarung habis-habisan di dalam Pilkada Kota Pontianak yang tinggal 60 hari lagi ini.
Ketua DPD Golkar Kota yang juga Ketua DPRD Kota H Gusti Hersan Aslirosa akan menujukkan reputasinya mengeruk suara massa sebesar-besarnya. Kesuksesan Hersan yang berpasangan dengan Setiawan Liem di Pilwako akan menjadi faktor penentu lebih lanjut bagaimana nasib Golkar di ibukota Kalbar ini.
Jika Hersan-Liem memenangkan Pilwako, maka akan semakin memudahkan Partai Golkar di Provinsi Kalbar untuk meningkatkan pencitraan dirinya di tengah langkah-langkah kuda partai politik lainnya yang juga berebut suara rakyat. Maka bagi kita, demam panas politik dipastikan terus akan naik suhunya. Oleh karena itu tidak ada salahnya jika kita semua ekstra hati-hati. Kesembuhan dari demam politik ini baru dicapai setelah Pemilu 2009 selesai dilaksanakan.




0 comments: