Besok, 17 Agustus merupakan hari keramat bagi Bangsa Indonesia karena merupakan hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia. HUT kemerdekaan RI ke-63.
63 tahun tentunya bukan waktu yang singkat. Cukup tua untuk ukuran umur manusia. Walaupun tidak berarti muda untuk ukuran sebuah nation, sebuah negara bangsa.
Jika dideretkan jumlah presiden, sudah 7 pemimpin negara berpenduduk terbesar kelima di dunia ini. Mereka adalah Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Abdurrachman Wahid, Megawati dan Susilo Bambang Yudhoyono.
Sejarah telah terukir di negeri yang terbentang dari Sabang hingga ke Marauke yang luasnya sama dengan Eropa plus Timur Tengah ini. Upaya mencari bentuk demokrasi yang sejati pun telah terbentang sejak kemerdekaan hingga masa panjang mengisi kemerdekaan.
Hitam putih jejak bangsa pun telah terekam. Jutaan rakyat merasakan perubahan demi perubahan.
Orde Lama dipimpin Bung Karno (1945-1966) penuh dengan heroisme dan revolusi. Fondasi negara berupa nasionalisme terpanggang hingga membara. Namun sayang, rakyat merindukan kesejahteraan dan tidak semata-mata retorika atau seni berbicara.
Orde Baru yang tampil pasca Gerakan 30 September 1965 dipimpin Soeharto memperbaiki citra Orla (1966-1998). Pembangunan mulai tumbuh. Namun sayang, penyakit korupsi, kolusi dan nepotisme sudah berkarat di 32 tahun masa kepemimpinan Soeharto menimbulkan gelombang protes.
Protes mahasiswa yang tak terbendung sehingga menduduki Gedung DPR-MPR melahirkan Orde Reformasi. Reformasi (perubahan) mengantarkan Wapres BJ Habibie menjadi ke RI-1 karena Soeharto, ”Bapak Pembangunan” mengundurkan diri.
Melalui pemilihan di MPR RI Gus Dur dan Megawati menjadi RI 1 secara berurutan. Lalu melalui pemilihan presiden secara langsung tahun 2004, terpilih secara aklamasi (61 persen) pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla (SBY-JK).
Lalu, apa artinya HUT Kemerdekaan ke-63 sekarang ini bagi kita? Tentu banyak. Bahkan banyak sekali, karena interpretasi terhadap Bangsa Indonesia itu tiada lain adalah diri kita sendiri.
Apa yang hendak kita lakukan, itulah yang akan mewarnai gerakan Bangsa Indonesia. Jika positif, positif. Negatif, negatif.
Misalnya kita punya prestasi di bidang apa pun, maka yang memetik harumnya juga adalah Bangsa Indonesia. Dan ini yang kerap kita lihat di arena olahraga, ilmu pengetahuan dan teknologi. Baik tingkat lokal, nasional hingga internasional.
Agaknya kita patut menjadikan alam kemerdekaan untuk melahirkan karya-karya yang mutual. Yang dirasakan oleh masyarakat luas. Terutama dalam konteks Kalbar yang dinilai sebagai ”Provinsi Ilegal”.
Kita sebagai individu dan makhluk sosial mesti berjuang mengubah citra ilegal itu menjadi legal. Caranya dengan patuh pada hukum, berbuat adil dan meningkatkan mutu SDM (Sumber Daya Manusia). Bagi pemerintah, tugas utamanya adalah mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Good and clean governance.
Kita tidak boleh terpecah belah dan mau diadu-domba lagi. Karena kita sudah belajar dari sejarah. Akibat dua hal itulah kita dijajah Belanda hingga 3,5 abad lamanya. Dijajah pula oleh Jepang selama 3 tahun sehingga reputasi Bangsa kita hancur.
Kini 63 tahun Indonesia Merdeka. Kita harus eratkan persatuan dan kesatuan di segala lini. Ibarat sapu, jika berdiri sendiri ia mudah dipatahkan, tapi jika bersatu, ia akan teguh.
Jumat, 15 Agustus 2008
63 Tahun Merdeka
Posted by Noeris at 06.49
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar