Selasa, 24 Juni 2008

Polisi Berperan Besar Atasi Potensi Konflik Bola

Lihatlah stadion-stadion besar yang ada di Swiss dan Austria. Menampung 60 puluh ribuan penonton. Mungkin sama dengan 20 kali lipat stadion SSA yang terbesar berdiri di Kota Pontianak.
Bayangkan pula bagaimana luas lapangan parkir yang dibutuhkan menampung massa sebanyak itu. Bayangkan bagaimana massa itu masuk dan keluar, dan bagaimana macetnya jalan-jalan raya di sekitarnya.
Bayangan itu mengantarkan kita pada satu petugas, yakni polisi. Betapa polisi adalah profesi yang paling sibuk dalam menjamin keamanan dan kenyamanan warga sipil penonton.
Polisi sudah pasti jumlahnya juga tidak sedikit pula. Mereka disebar di titik-titik strategis jalan raya, lapangan parkir, pintu masuk stadion, hingga melingkari tribune di bagian depan. Kita bisa melihat mereka membelakangi lapangan bola melalui lensa kaca di televisi. Oh sungguh kasihan mereka tidak bisa menonton megabintang lapangan hijau melainkan menonton penonton yang sedu-sedan.
Di sini kita harus belajar menghormati polisi. Mereka rela berkorban demi kenyamanan penonton. Padahal polisi juga manusia. Mereka juga pasti punya rasa ingin tahu apa yang terjadi di lapangan.
Keterlibatan polisi tidak cuma di Swiss dan Austria, tapi juga sampai ke Bosnia. Antara melaporkan bahwa polisi terpaksa bekerja keras untuk mencegah bentrokan etnis di Mostar, Bosnia-Herzegovina setelah ribuan kaum muslim Bosnia dan Kroasia sama-sama turun ke jalan, menyusul kemenangan Turki atas Kroasia di perempat-final Euro 2008, Sabtu dinihari WIB.
Polisi harus menggunakan gas air mata untuk menjaga agar kedua kelompok tetap dalam posisi terpisah ketika terjadi saling lempar batu dan botol.
Keamanan juga ditingkatkan dengan menurunkan 1.000 orang polisi di selatan kota Mostar yang terpisah antara Krosia dan kelompok Muslim sejak terjadi perang etnis pada 1992-1995.
Pendukung tim nasional Krosia Bosnia selalu mendukung tim Kroasia, sementara sebaliknya, kaum Muslim justru mendukung tim yang menjadi lawan Kroasia.
Sebagian besar kaum Muslim Bosnia juga mendukung Turki di setiap turnamen internasional karena adanya hubungan sejarah selama lima abad kekuasaan Ottoman yang pernah menguasai kawasan Balkan.
Kota Mostar tetap terbagi antara kedua etnis selama hampir 13 tahun sejak berakhirnya perang etnis di Bosnia.
Ketegangan etnis masih tetap membara sampai saat ini dan kota tersebut juga sering dilanda kerusuhan saat pertandingan sepakbola dalam beberapa tahun terakhir.
Pada 2006, setelah pertandingan antara Kroasia dan Brazil, salah seorang pendukung cedera berat akibat terkena tembakan, dan enam polisi juga mengalami luka ketika pecah bentrokan antara Kroasia dan kelompok Muslim di Mostar.
Sementara di ibukota Sarajevo, kemenangan Turki atas Kroasia mendapat sambutan ribuan pendukung yang berpawai di jalan-jalan sambil mengibarkan bendera Turki serta meneriakkan "Allahu Akbar".





0 comments: