Selasa, 24 Juni 2008

Kunjungan Akishino ke Indonesia Perlu ke Kalbar

Jepang salah satu Negara yang berbentuk kekaisaran di mana Pangeran Akishino memegang peranan penting dalam kekeluargaan kekaisaran. Saat ini dia adalah ahli waris tahta kekaisaran pada urutan kedua setelah abangnya Putra Mahkota Pangeran Naruhito yang belum memiliki anak laki-laki sedangkan Akishino telah punya anak laki Pangeran Hisahito sebagi garis pewaris langsung menduduki tahta kekaisaran berdasarkan suksesi yang dianut kekaisaran.

Said Dja’far/Freelancer
Borneo Tribune, Jakarta
Kunjungan orang yang terpenting dalam jajaran kekaisaran yang sangat dihormati bangsa Jepang ini berkunjung di Indonesia tanggal 18-24 Januari 2008 atas undangan resmi Pemerintah Republik Indonesia bersama istri dengan beberapa acara di antaranya menghadiri upacara pembukaan Tahun Persahabatan Indonesia-Jepang di Jakarta dan ini merupakan Peringatan 50 tahun Hubungan Diplomatik Indonesia–Jepang.
Hubungan Diplomatk yang terbentuk ini tentu tidak terlepas dari kondisi sejarah yang pernah terjadi sebelumnya di saat Jepang pernah menjajah Indonesia di tahun 1942-1945dengan segala duka dan penderitaan rakyat Indonesia pada waktu itu.
Hubungan yang baik ini tentu kita sambut dengan baik pula dalam rangka pergaulan Dunia agar tidak terjadi penindasan antara bangsa-bangsa sesuai dengan UUD 45 yang kita miliki.
Harapan kita hendaknya hubungan ini berdasarkan kejujuran, keikhlasan agar rasa terganjal di hati menjadi–ploong-dengan menghormati dan mengakui serta menyampaikan maaf atas segala kekeliruan yang pernah terjadi.
Kalimantan Barat merupakan bahagian dari wilayah NKRI tidak luput dari kawasan yang terjajah, bahkan dari Kalimantan Baratlah tentara Jepang menginjakkan kakinya yang pertama di Wilayah Nusantara ini dengan pasukan ankatan lautnya yang terkenal beringas dan kejam itu.
Di Kalimantan Barat pulalah terjadi pembunuhan massal dan biadab sebanyak 21.037 jiwa sebagian besar terkubur di makam Juang Mandor (lk 80 km dari Kota Pontianak).
Mundurnya Kalimantan Barat di segala bidang yang kita rasakan sekarang ini tidak terlepas terbunuhnya para cerdik cendiakawan,tokoh masyarakat dan pejuang sehingga hilangnya satu generasi di Kalimantan Barat yang sangat potensial.
Ada kecenderungan Pemerintah Jepang akan menutup-nutupi sejarah hitam yang dilakukannya agar generasi penerusnya sekarang ini tidak mengetahui peristiwa sejarah yang pernah terjadi.
Sejarah tetap sejarah yang tak akan usang dimakan waktu.
Kiranya sebagai generasi sekarang Pangeran Akishino yang pernah ke Indonesia di tahun 1993 dan 1994 dalam rangka mengadakan riset tentang unggas untuk disertasi doktornya sangat disayangkan tidak ke Kalimantan Barat yang kaya akan unggas yang tidak terdapat di daerah lain seperti Enggang Gading, dsb-nya.
Jika kiranya Akishino berkunjung ke Kalbar pada waktu itu mungkin dia akan tertarik lebih dalam dan risetnya akan berobah bukan ke unggas tapi meneliti kerangka manusia yang ada di Mandor dan profesinya berubah akan menjadi seorang ahli forensik khusus akan penyebab kematian yang mengerikan itu.
Sayang momentum kedatangan beliau kali ini ke Indonesia, Pemerintah Kalimantan Barat tidak tanggap untuk mengundang Beliau berkunjung ke Kalimantan Barat mengadakan renungan suci di makam Mandor dengan demikian hubungan Persahabatan Indonesia-Jepang lebih bermakna baik bagi Indonesia terlebih rakyat dan para pewaris korban di Kalimantan Barat yang pernah terluka dan dengan kedatangannya akan menghilangkan rasa perih yang dirasakan sehingga akan terjalin rasa persahabatan yang mendalam penuh rasa memaafkan.
Kunjungan semacam ini tidak bisa menunggu datangnya dari Pusat karena di Jakarta pun banyak yang tidak tahu peristiwa ini pelanggaran HAM yang berat ini termasuk Menteri HAM yang pada waktu itu dijabat bapak Hasbalah M Saad. Oleh karenanya undangan datangnya harus dari inisiatif Pemerintah Daerah Kalimantan Barat.
Kita mengundang Beliau tidaklah salah bahkan suatu kehormatan baginya kalaupun tidak dapat berkunjung karena jadwal telah tersusun secara protokoler atau rasa kekhawatiran keamanan itu bukan soal, tapi yang penting agar Bangsa ini atau Sang Pengeran tahu sejarah Kalimantan Barat yang pernah diukir bangsanya itu supaya tidak terulang lagi ke masa depan.
Penulis sarankan kalaupun untuk kali ini tidak mungkin untuk mengundangnya, kiranya pada waktu ziarah tahunan tanggal 28 Juni 2008 di Mandor yang akan datang, apalagi sudah masuk agenda Hari Berkabung Daerah (HBD) di Provinsi Kalbar, Pemerintah Daerah mengundang setidak-tidaknya Duta Besar Jepang untuk Indonesia menghadiri pada Hari Bergabung Daerah yang telah ditetapkan melalui–Perda- itu, semoga! ■




0 comments: