Banyak pilihan untuk menikmati laga Piala Eropa. Bisa di rumah, di warung-warung kopi, atau di cafe-cafe.
Uniknya nonton bola kurang asyik jika seorang diri. Rasanya seperti makan sayur tanpa garam.
Menonton bola—apalagi sudah masuk ke babak semifinal dan final yang sangat mendebarkan itu—nonton bareng bersama sahabat-sahabat akan sangat menyenangkan. Kita bisa berbagi rasa dan asa. Kita bisa berbagi debar-debar di dada—apalagi jika kita punya jagoan yang sama atau musuh bersama. Atau sebaliknya, kita ingin mengukur sejauh mana analisis dan intuisi kita menemukan kesejatian kebenarannya.
Teriakan dukungan, caci maki akibat kesalahan yang dilakukan pemain di lapangan, tawa lepas jika ada diving yang konyol atau penampilan supporter yang beraneka corak dan ragamnya yang disorot lensa televisi bisa membuat kita tersenyum simpul bahkan tertawa renyah. Dan alangkah lucunya jika kita tertawa seorang diri di rumah di depan layar kaca tanpa ada lawan bicara. Kita laksana orang gila.
Sebaliknya jika nonton bareng ditemani camilan kecil, suasana akan berubah menjadi seperti pesta makan besar—big party. Walaupun nonton bareng itu pada dini hari seperti menonton laga Piala Eropa pukul 01.45 WIB. Kesegarannya bisa laksana pukul delapan malam.
Waktu yang bergulir 2x45 menit, atau bahkan perpanjangan waktu, hingga adu penalti seperti yang terjadi dalam laga Turki vs Kroasia tak akan terasa jika kita nonton bareng. Kantuk sama sekali tak kuasa menyerang.
Alternatif nonton bareng itu memang banyak. Tapi langka suasana sehebat di The Roof Cafe, lantai lima Hotel Peony pada bilangan gedung tinggi Jalan Gajahmada.
Jika Anda belum tahu betul Hotel Peony di mana, Anda akan mudah mendapatkannya karena terpampang sebuah spanduk mencolok berbunyi Nonton Bareng Piala Eropa. Penyelenggara nonton bareng ini Harian Borneo Tribune bekerjasama dengan Manajemen Hotel Gajahmada/Peony.
Nonton bareng sudah dihelat sejak Sabtu (7/6) silam dan akan mencapai peak, puncaknya pada Minggu (29/6) yang akan datang.
Tak sedikit penonton yang hadir menikmati layar lebar di The Roof Cafe ini. Mereka antara lain para pengusaha, birokrat, teknokrat hingga para wakil rakyat.
Legislator dari Partai Golkar, Adrianus Senen mengatakan, menonton di tempat seperti The Roof Cafe suasananya nyaman, segar, terjamin. Artinya tempat duduk dan pemandangannya menyenangkan, tidak padat, serta paling menyejukkan mata adalah pemandangan di balik kaca gedung. Kota Pontianak dengan temaram lampu di jalan serta kendaraan yang lalu lalang amat nyeni untuk diperhatikan dari ketinggian 30 meter.
Menonton bareng di The Roof Cafe hasil kerja bareng Borneo Tribune dan Manajemen Hotel Gajahmada/Peony penuh sensasi. Selain citarasa minuman, camilan dan makanan yang murah-meriah, juga longgar, bisa bercanda dengan leluasa, serta asri. Musik melankolis juga sayup-sayup terdengar melalui salon melodi, atau live music.
Tidak hanya para pria yang senang menonton bareng di The Roof Cafe. Kaum Hawa juga tidak ketinggalan.
Tak jarang suatu meja penuh dilingkari cewek-cewek berkulit kuning langsat ditemani rekan-rekan seusianya. Tampaknya mereka mahasiswa dan mahasiswi yang hendak reunian.
Tak jarang pula tampak advokat profesional seperti Dwi Syafriyanti, Santi dan Catur. Mereka tampak menikmati megabintang yang luwes memainkan bola, mendribling bola hingga tiba-tiba berteriak, “Goal!” Alamak, cewek-cewek juga ternyata gila bola juga sehingga tidak serta merta menjadi dunianya para pria.
The Roof Cafe berada di lantai lima Hotel Peony. Jika Anda memasuki ruang lobby, Anda harus menggunakan lift untuk naik ke gedung bertingkat di hotel berbintang dua ini. Lift akan berhenti di lantai empat dan kemudian diteruskan dengan tangga ke lantai lima.
Kedatangan Anda akan disambut petugas dengan pakaian khas hotel. Selanjutnya sebuah ruangan berbentuk L akan terbentang di hadapan Anda. Anda boleh berbelok ke kiri untuk yang suka kempas kempus merokok lantaran ini smoking area, tapi bisa juga berbelok ke kanan yang lebih mentereng.
Di ruangan ini terdapat tiga pesawat televisi dan sebuah unit layar lebar yang semua bisa menjadi pilihan untuk menikmati Piala Eropa. The Roof Cafe buka selama 24 jam non stop.
Menonton berlama-lama tak jarang kita mudah “bocor” apalagi jika dua kesebelasan tampil seru sehingga menegangkan. Kontraksi otot perut akan memeras zat cair untuk mencari di manakah toilet.
Di sinilah beda antara hotel dengan warung kopi. Ada dua unit toilet yang bersih dan indah. Kesehatan Anda benar-benar dijamin. Walaupun akibat banyak minum akan banyak juga bocornya, tapi sarana toilet yang tersedia canggih tak akan menyulitkan instabilitas biologis seperti itu.
100 tempat duduk tersedia di rungan yang lumayan luas ini. Anda bisa memesan sejak dini menyongsong laga semifinal dan final agar kebagian tempat. Demikian lantaran orang-orang elit butuh tempat yang elit pula.
Pada malam final panitia akan membagikan kuis berhadiah. Bagi yang beruntung, mereka akan membawa pulang TV 21 inch, kulkas, dispencer, DVD Player, magic jar, HP, kipas angin dan ratusan souvenir menarik lainnya. Jangan lewatkan kesempatan menarik ini. Nonton bareng semifinal dan final Piala Eropa di The Roof Cafe. Monggo Mas. Sile Bang. Tak usah malu-malu Pak Cik. Mak Cik.
Selasa, 24 Juni 2008
Piala Eropa di The Roof Café--Nonton dalam Nuansa Elitis
Posted by Noeris at 07.24
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar