Senin, 16 Juni 2008

Hipotesis Ledakan 2020

Guru besar program master ilmu-ilmu sosial, Prof Dr Syarif Ibrahim Alkadrie mengaku gundah gelisah. Dia menemukan sesuatu yang mencengangkan saat riset atas beasiswa dari Leiden, Belanda.
Pakar di bidang sosiologi ini menemukan referensi di Eropa bahwa ada ledakan-ledakan konflik yang anarkis di Kalbar dengan radius 30 tahunan. Maka Syarif Ibrahim pun menelitinya dengan seksama.
Dalam hipotesa Syarif Ibrahim Alkadrie yang kini tak hanya sekedar berteori-teori, tetapi turun langsung ke pedalaman-pedalaman Kalbar untuk memberikan sumbangan pemikiran demi manfaat atas sesama anak Bangsa agar terwujud kedamaian sejati di bumi pertiwi, disampaikanlah pendapat bahwa pada tahun 2020 Kalbar akan sampai pada titik kritis yang membahayakan. Titik kritis itu ibarat sumbu yang terus tersulut api sejak konflik tyerakhir tahun 2000 kemarin. Pada titik 2020 tersebut akan pecah lagi konflik etnis yang anarkis.
“Saya menyampaikan hal ini sebagai sebuah hipotesis dengan kalimat kerja—‘kalau’. Kalau potensi-potensi konfliknya dibiarkan begitu saja seperti cueknya pemerintah pusat terhadap pelaksanaan otonomi daerah,” ungkap Syarif Ibrahim Alkadrie dalam diskusi panel yang diselenggarakan di Hotel Gajahmada, Sabtu (14/6) kemarin.
Syarif berharap sumber-sumber potensi konflik itu diatasi dengan kerja keras, sehingga hipotesa ledakan bisa dihindari. Dengan demikian 2020 menjadi sistem peringatan dini atau early warning system bagi para pengambil kebijakan untuk ancang-ancang penyelamatan.
Kerja keras itu disimbolkan dengan sosialisasi yang dilakukan Menkominfo dengan pemasangan papan reklame. Antara lain terpampang di muara jalan Purnama-Johan Idrus, bahwa etnis boleh berbeda—dilambangkan dengan kostum etnis—serta agama boleh berbeda—dilambangkan dengan rumah-rumah ibadah di belakang mereka—tetapi dapat berangkulan tangan dengan mesra. Bekerjasama secara berdampingan di dalam kehidupan sosial.
Kerja-kerja lapangan secara keras dan cerdas itu pula yang dilakukan ANPRI atau Aliansi untuk Perdamaian dan Rekonsiliasi yang dikoordinatori oleh Edi Patebang.
Lembaga ini secara konsisten dalam dua tahun berjalan melakukan aneka kegiatan yang membumi.
ANPRI melakukan penguatan kritis masyarakat, pengembangan credit union rekonsiliasi lantaran hampir semua faktor konflik berakar kemiskinan sehingga efektif jika ditempuh via kredit kerakyatan. ANPRI juga melakukan pengajaran muatan lokal pendidikan multikultur untuk pelajar, promosi dan kampanye budaya damai serta peningkatan kapasitas aktivis ornop dan ornop perdamaian serta rekonsiliasi.
ANPRI secara cerdas menggambarkannya sebagai keberagaman dalam sebuah kapal yang berlayar. Genggam erat kebersamaan untuk menuju Kalbar sejahtera. ■



0 comments: