MTQ Provinsi yang saat ini sedang berlangsung di Kota Singkawang berlangsung spektakuler dan berkesan. Bukan hanya dalam atraksi tahar, tari, dan koreografi, tapi juga kembang api hingga sejumlah mata acara di sepanjang arena MTQ.
Pawai takruf juga berlangsung semarak, seiring dengan gema lantunan ayat-ayat suci dalam mencari pembaca yang terbaik di tingkat provinsi Kalimantan Barat. Keberhasilan itu resultan dari kerja keras dan kebersamaan di jajaran Pemkot Singkawang.
Persiapan sudah dilakukan jauh-jauh hari sejak Walikota masih dijabat Drs Awang Ishak, M.Si. Namun dalam Pilkada kemarin, incumbent dikalahkan oleh pasangan Hasan Karman-Edi R Yacoub. Estafet pembangunan maupun MTQ pun beralih tangan.
Semula banyak pihak yang menyangsikan apakah duet Hasan Karman-Edi R Yacoub bisa membuat MTQ berlangsung sukses. Demikian lantaran mereka tergolong pendatang baru, belum punya pengalaman, bahkan dari aspek teologi, ada sedikit perbedaan.
Di awal pelantikannya Hasan Karman dan Edi menyatakan siap untuk menyukseskan MTQ. Mereka dalam waktu singkat sudah turun ke lapangan untuk mengecek sejauh mana kesiapan MTQ di mana mereka akan menjadi tuan rumahnya.
Gebrakan Hasan Karman turun sendiri melihat kesiapan Lapangan Kridasana maupun Masjid Agung telah menepis anasir-anasir negatif, bahwa sosok non muslim tak akan bisa diharapkan berbuat optimal di even religius seperti MTQ.
Pendapat negatif itu keliru, karena Hasan Karman terus secara konsisten melakukan persiapan untuk bagaimana menyukseskan MTQ di daerahnya. Dia pun menyetarakan dengan visi-misi pembangunannya yang hendak membawa Singkawang menjadi spektakuler.
Langkah menuju ke arah spektakuler itu pun disusun secara rapi. Selain pembangunan fisik dengan menelan dana miliaran rupiah, juga non fisik seperti konsep penyambutan tamu di mana kebutuhan makan tetamu dialihkan dalam bentuk uang tunai. Hasan Karman berpikir jauh ke depan karena dari kebutuhan makan ribuan tamu akan menjadi multiplier effect bagi pedagang kecil maupun menengah di Kota Singkawang. Pada gilirannya tujuan Kota Singkawang menjadi kota pariwisata akan dapat terwujud melaui kehidupan sosial ekonomi yang bergairah. Gairah kehidupan masyarakat adalah prasyarat utama turis lokal dan internasional merasa menarik untuk berlibur dan berhibur ke suatu daerah tujuan wisata.
Hasan Karman terus konsisten memimpin Kota Singkawang di mana dia menunjukkan sebagai kepala daerah berdiri di tengah-tengah. Tidak lagi atas nama etnis, suku, maupun agama. Oleh karena itu dia rela melelang jam tangannya untuk percepatan rehabilitasi Masjid Agung di Kota Singkawang yang merupakan bagian penting dari titik pelaksanaan MTQ.
Eksistensi Hasan Karman tak dapat dipisahkan dari cerita kesuksesan pembukaan MTQ di Singkawang. Dia memberikan pelajaran hidup yang berkesan. Sesuatu yang sifatnya toleransi dan kerjasama secara total buat pembangunan.
Hal itu pula yang diajarkan dalam ayat-ayat suci Alquran di mana harus ada kerjasama antara sesama manusia, saling menebar kasih sayang, tolong menolong dan harga menghargai. Spirit untuk menjadi rahmat bagi lingkungan.
Jika Hasan Karman sudah memulai konsistensi tersebut, bagaimana kita semua warga Kalbar, warga bangsa Indonesia? Semboyan negara kita juga mengajarkan Bhinneka Tunggal Ika. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Walaupun berbeda-beda, tetapi tetap satu juga harus terimplementasi hingga ke hati nurani. ■
Kamis, 29 Mei 2008
MTQ Provinsi di Singkawang
Posted by Noeris at 08.32
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar