Kamis, 17 April 2008

In Cold Blood Truman Capote

Oleh: NurIs
Nama Truman Capote melejit lewat karya adiluhungnya In Cold Blood, sebuah kisah nyata yang diangkat dari kasus pembunuhan berdarah dingin tahun 1959 yang terjadi di Holcomb, Kansas Barat.
Truman Capote warga asli New Orleans yang lahir 30 September 1942 punya keinginan sangat dalam menyajikan hasil reportase dalam bentuk novel. Di mana pembaca bisa mengikuti secara detil berbagai peristiwa yang biasanya hanya direportase secara spot-spot, kulit-kulitnya saja—sehingga dapat diserap, dikecap dan direkap hingga ke tingkat pragmatis, teoritis, psikologis, bahkan filosofis.
Truman Capote yang telah menuai sukses dari novel pertamanya Other Voices, Other Rooms sehingga menempatkan dirinya berada di papan atas penulis sastra Amerika butuh waktu 6 tahun untuk mereportase kasus pembunuhan berdarah dingin yang paling sadis terjadi di AS tahun 1959. Ia mewawancarai setiap orang penting dalam lingkaran pertama kasus kriminal paling menarik perhatian media AS ketika itu, ikut mengamati barang-barang bukti, mengikuti persidangan-persidangan di pengadilan, hingga dia sendiri pun mendapat penghargaan untuk menjadi satu-satunya jurnalis yang dibolehkan ikut dalam upacara penjagalan—hukum mati dengan cara digantung—dua pembunuh yang berhasil ditangkap: Dick dan Perry.
Pembunuhan itu nyaris tanpa motif dan menimpa keluarga paling bahagia, kaya, dan nyaris tanpa memiliki seorang musuh sekalipun di Holcomb. Mr Herbert William Clutter. Dia dikenal sebagai keluarga religius bahkan merupakan ketua pembangunan gereja, aktif di kegiatan-kegiatan ritual keagamaan, panutan masyarakat dan pekerja keras. Ia merupakan Ketua Konferensi Organisasi Pertanian Kansas yang punya kantor pusat di Washington dan anggota Dewan Kredit Pertanian Federal.
Clutter mempunyai River Valley Farm sebuah ranch yang luas. Ia mempunyai empat orang anak.
Putri pertamanya disunting Donald Jarchow dan paling dibanggakannya hidup sukses. Putri keduanya bernama Baverly Clutter dan bahagia bersama suaminya.
Dua putri Clutter itu selamat dari pembunuhan yang punya target tanpa menyisakan satu orang saksi mata sekalipun sehingga siapapun yang ditemui di rumah target pasti harus dihabisi karena sudah berada di negara bagian lain. Sementara Nancy dan Kenyon bernasib malang sama dengan ayah ibunya dihabisi secara sadis.
Nancy. Dia gadis periang, rajin membantu kedua orang tuanya, cerdas serta berbakat di bidang akademis maupun sastra. Di masa-masa akhir hayatnya dia jawara memasak—terutama membuat kue pie—serta mendapat pujian atas penampilannya di panggung teater. Putri cantik ini rajin pula mengisi buku diary atau catatan hariannya.
Adik Nancy, si bungsu Kenyon tipikal pendiam, tapi cerdas di bidang otomotif. Remaja berkacamata ini menjadi tumpuan harapan ayahnya untuk meneruskan “kerajaan” pertanian River Valley Farm yang dimilikinya. Tapi semuanya pupus dengan kehadiran Dick dan Perry.
Membaca kisah nyata yang ditulis Truman Capote seperti membawa kita hadir dalam peristiwa itu. Banyak sekali informasi detil yang berhasil dikeduknya di dalam reportase sehingga kita mengenal Dick dan Perry jauh lebih dalam dibanding Dick dan Perry sendiri. Begitupula terhadap para korban, keluarga, polisi, hakim dan jaksa serta latar belakang daerah masing-masing. Deskripsi yang lengkap dan komprehensif.
Di dalam ranah jurnalistik reportase komprehensif kerap kali diajarkan, tapi tetap mempunyai keterbatasan jika dituangkan dalam bentuk berita biasa, sebutkah stright news atau feature sekalipun. Dia memang hanya mencakup jika dituangkan dalam bentuk buku. Tepatnya novel nonfiksi.
Kisah In Cold Blood membutuhkan waktu 6 tahun untuk reportase. Membutuhkan 474 halaman buku untuk dituliskan. Tapi pekerjaan Truman Capote ini tidak sia-sia karena terpilih sebagai salah satu buku terbaik sepanjang masa (Modern Library, April 1996) dan disebut-sebut sebagai a brilliant insight of criminal mind. Tak berlebihan jika kemudian In Cold Blood difilmkan. Bahkan In Cold Blood menginspirasi sineas untuk mengikuti jejaknya.
Capote sendiri pun difilmkan (2005) dan Infamous (2006). Aktor Hollywood Anthony
Edwards memerankan Dick Hickok, Eric Robert memerankan Perry Smith, dan Philip Seymor Hoffman dalam film Capote keluar sebagai peraih Oscar (2005) sebagai aktor terbaik.
Kisah In Cold Blood cocok untuk liputan kasus-kasus kriminal besar di Kalbar. Sebutlah kasus pembunuhan Agrefina Maria—Kasi Kumdang Departemen Hukum dan Perundang-undangan—Kalbar, kasus pembantaian keluarga Madani atau A Miu di Sungai Raya Dalam. Tapi siapa yang mau dan punya waktu menuliskannya? Siapa saja! Buku In Cold Blood bisa dijadikan referensinya. ■




1 comments:

Bung Imam mengatakan...

Bravo Bang Is. Aku juga suka kisah dalam buku ini. Novel non fiksi yang dikembangkan oleh Capote kayaknya musti Abang kebangkan di Pontianak.

Terus berkarya Bang? Aku link blognya ya.