Minggu, 16 Maret 2008

Kunjungan 120 Pelajar SMPN 1 Teriak-Bengkayang

Sangat kuat motivasi Guru Evi untuk membawa murid-muridnya ke Harian Borneo Tribune sehingga tali koordinasi dijaganya dengan baik untuk tidak terputus sejak sebulan yang lalu.
Bu Guru Evi tipikal guru yang baik. Ia mau murid-muridnya maju, punya wawasan luas, dan tentu saja—punya motivasi untuk menulis.
Guru Bahasa Inggris ini pertama kali mengenal Borneo Tribune dan Tribune Institute dalam lokakarya yang diselenggarakan oleh YPPN di Kota Pontianak. Karena tertarik dengan histori, filosofi dan proses produksi Borneo Tribune, dia memberanikan diri untuk bertanya soal bagaimana caranya menjalin kerjasama dengan Borneo Tribune dan Tribune Institute.
Pembicaraan lisan pun segera disusul surat resmi dari SMPN 1 Teriak yang berada di Kabupaten Bengkayang. Dia katakan semula murid-muridnya yang akan datang sebanyak 80 orang, tetapi pada akhirnya terdata 120 orang. “Mereka sangat antusias,” ungkapnya.
Kehadiran para pelajar disertai Dewan Guru dengan pimpinan Kepala Sekolah Sardjio dimulai dari Gedung Museum Negeri Pontianak.
Seusai belajar tentang peninggalan arkeologis di Kalbar seperti alat-alat tradisional etnis Melayu, Dayak dan China, mereka disambut Pemimpin Redaksi Borneo Tribune, Nur Iskandar.
Di plaza Museum yang lapang tersebut pelajar berbaris rapi dan mendapatkan pengarahan tentang apa dan bagaimana Borneo Tribune. Digambarkan pula tata ruang dan jalan menuju Borneo Tribune.
Pelajar mendengarkan dengan penuh perhatian.
Sesekali mereka mengangguk pertanda informasi yang disampaikan dapat di-save oleh microchip super computer di dalam otak mereka; sesekali pula mereka menyahut memberikan applaus dengan meriah; dan tanpa dikomando mereka bergemuruh penuh tawa lantaran humor-humor segar yang dilempar.
Nur Iskandar misalnya mengatakan bahwa sejak Borneo Tribune berdiri 19 Mei 2007 sudah diiringi kesadaran akan pentingnya lembaga pendidikan yang bisa meningkatkan mutu SDM, bernama Tribune Institute. Tribune Institute adalah lembaga pendidikan jurnalistik yang para pengampu pelajarannya siap berbagi ilmu, pengalaman dan keterampilan secara gratis. Sesuatu yang tak pernah didapatkan warga Kalbar sebelum Borneo Tribune berdiri. Tak pelak, plak-plak-plak, tepuk tangan menyeruak.
Mendapatkan respon seperti itu, Nuris—sapaan Nur Iskandar kembali melempar jokes. Katanya, “Soal ‘teriak’ SMP 1 Teriak nomor satu!” Dan lagi-lagi tepuk gemuruh mengembang karena pelajar sadar kata “teriak” dengan daerah mereka “Teriak”—senada.
Soal nomor satu, siapa yang tak suka dinilai nomor satu....
Terlebih dikatakan bahwa sejak 9 bulan yang lalu Borneo Tribune sudah menjadi persinggahan tamu dari Manca Negara seperti Eropa dan Amerika. “Tapi kami tidak bangga dengan hal itu. Jumlah tamu yang terbesar bertandang ke Borneo Tribune adalah dari SMPN 1 Teriak yang mencapai 120 orang!”
Lagi-lagi tepuk meriah bergemuruh.
Nuris kembali ber-yel-yel, “Soal teriak, SMPN 1 teriak nomor....?”
“Satuuuuu,” jawab pelajar koor.
Seusai koor, semua tertawa lepas dan berangkat naik bus masing-masing menuju Tribune.
Sepanjang jalan semua tertib dalam kegembiraan.
Setibanya di “Poernama 02”, semua menikmati “Dapur Redaksi” Tribune dengan pertemuan non formal terhadap para wartawan, redaktur, serta fotografer.
Pelajar melihat dan bertanya-jawab secara langsung seputar reportase, editing, hingga printing. Mereka juga terkesima dengan akses internet yang membawa netters melanglang-buana hingga ke mana saja. Manca negara? Gampang, tinggal klik.
Massa pelajar dan dewan guru juga melihat mesin cetak di lantai dasar Borneo Tribune.
Empat bus yang masuk Purnama tentu saja menarik perhatian warga. “Kami kira ada demo, rupanya kunjungan pelajar,” kata warga Purnama bangga.
Memang kebanggaan bersama kami persembahkan buat warga Kalbar. Toh Borneo Tribune juga milik “orang Kalbar”.
Bersama kita bangga. Kebanggan itu milik bersama. Bersama kita bisa. Tapi kerja belum selesai, belum berarti apa-apa.
Kita semua mesti bekerja dan berkarya.
Nun jauh di sana, para pelajar pun mesti mulai menuliskan pengalamannya. Tugas Bu Evi pula untuk terus keep in touch agar karya-karya tulis pelajar itu senantiasa hadir dan mengalir. Borneo Tribune menjadi medianya. Sure. Kecil telapak tangan nyiru kami tadahkan. ■

0 comments: