Minggu, 03 Februari 2008

Menerapkan Citizen Journalism

Citizen journalism atau jurnalisme kemasyarakatan juga dikenal sebagai jurnalisme publik atau jurnalisme partisipatif. Ini aksi dari masyarakat untuk bermain aktif di dalam proses pengumpulan informasi, reportase, analisa, dan diseminasi berita atau informasi.
Tujuan dari citizen journalism adalah untuk membuktikan media benar-benar independen, akurat, dapat dipercaya, serta relevan bagi eksistensi masyarakat dalam berdemokrasi.
Citizen journalism tak perlu mengganggu civic journalism yang terdiri dari para profesional yang terlatih di bidang jurnalistik. Istilah kami di Borneo Tribune, jurnalisme kemasyarakatan ini mengisi ruang kosong yang ditinggalkan atau tidak mampu digarap oleh para jurnalis.
Kalau para jurnalis ditekan dengan jumlah berita dan jam deadline, maka tulisan yang bisa disuguhkan paling banter kulit-kulitnya saja. Bahkan yang terjadi kerapkali hanya jurnalisme omongan. Kutipan pendapat pejabat publik A, B dan C dst. Kedalaman akan sangat sulit dicapai.
Dengan citizen journalism kuantitas reportase dapat dipertahankan. Kedalaman tulisan dengan kekayaan sumber informasi maupun detil-detil informasi di dalamnya dapat disuguhkan dengan cara berbeda. Di sini sekaligus menunjukkan kemerdekaan dalam penyajian informasi. Bahwa informasi itu tidak hanya menjadi hak redaksi, tapi juga publik. Juga masyarakat.
Itulah segi-segi keunggulan citizen journalism.
Borneo Tribune berupaya dengan sekuat tenaga memperkenalkan dan sekaligus mempelopori citizen journalism tersebut.
Flashback sedikit ke belakang. Sejak Borneo Tribune pertama kali terbit 19 Mei 2007, koran ini sudah menyadari bahwa reporter mempunyai potensi meninggalkan ruang-ruang kosong terhadap peristiwa yang diliputnya. Tidak ada follow-up atau penelusuran yang mendalam. Bahkan dengan jumlah jurnalis yang sedikit untuk mengkover wilayah yang luas seperti kepulauan Borneo (pulau ketiga terbesar di dunia setelah Greenland dan Papua) menjadi amat hiperbolik. Tidak berimbang. Atau bahkan terbalik. Padahal hak anggota masyarakat untuk tahu tak terbendung besarnya. Bahkan dari hari ke hari rasa ingin tahu itu semakin besar.
Pada sisi yang lain, anggota masyarakat tidak sedikit yang bertalenta dalam menulis dan meneruskannya kepada model-model jurnalistik. Di mana dan kapan pun mereka berada. Terlebih saat ini perkembangan sain dan teknologi juga amat sangat membantu.
Pembaca. Dunia memang terasa semakin kecil. Populasi penduduk sebaliknya, makin bertumbuh banyak. Kompleksitas masalah sehari-hari bertambah rumit. Untuk itu setiap tetes informasi menjadi sangat penting bagi masyarakat. Oleh karena itu jejaring informasi harus didesain sedemikian rupa sehingga mampu memenuhi hajat hidup orang banyak. Dalam hal ini informasi yang akurat, balance atau berimbang, dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Dengan perangkat teknologi internet, banyak penghalang ruang dan waktu yang bisa diretas secara by pass. Untuk itu citizen journalism menjadi jawaban pamungkasnya.
Sadar akan perlunya membangun jejaring tersebut, Borneo Tribune sejak awal mendirikan Tribune Institute. Lembaga nirlaba (tidak mengejar profit) ini membekali masyarakat untuk punya skill atau keterampilan di dalam menulis.
Mereka yang mau berlatih dapat mendaftar. Begitupula mereka yang sudah terlatih dapat berhimpun ke dalam kelompok freelancer atau penulis lepas Borneo Tribune. Eksistensi mereka diakui dengan tata aturan yang dibuat sedemikian rupa sehingga azas profesionalisme tetap dapat dipertahankan. Pada gilirannya dengan cara citizen journalism ini kami berharap mampu memenuhi dahaga informasi publik dengan cara yang berbeda. ■


0 comments: