Keamanan dan stabilitas yang terwujud selama ini di Kalbar merupakan hasil akhir dari kebersamaan masyarakat. Krikil-krikil tajam telah mampu dilewati dengan baik.
Proses Pilkada Gubernur yang dinilai paling rawan pun telah berhasil dilewati dengan sempurna. Kalbar tercatat sebagai provinsi yang tergolong paling aman pesta demokrasinya di Indonesia setelah DKI Jakarta.
Di era yang aman dan damai ini, kita patut mengisinya dengan evaluasi yang berarti sehingga keamanan di Kalbar tidak terajut semu. Melainkan lebih kokoh dan sempurna.
Ada sedikit noda di sepanjang Pilkada Provinsi yang pelantikan gubernurnya 14 Desember lalu, yakni “Kasus Gang 17”.
Jika dilihat dari modus operandi kasus yang terjadi di Gang 17, sama sekali murni “crime”. Penyelesaiannya sesuai dengan hukum yang berlaku serta ditangani oleh aparat Kamtibmas, dalam hal ini Polri.
Polri sendiri sesuai dengan UU Kepolisian bertugas menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat. Tanpa pandang bulu, siapapun dia. Termasuk warga Tionghoa. Terlebih warga Tionghoa sudah diakui sebagai WNI dengan terbitnya UU Kewarganegaraan.
Setiap warga negara sama kedudukannya di hadapan hukum. Tidak ada anak emas dan anak logam, apalagi anak batu.
Oleh karena itu banyak pihak yang menyayangkan kenapa peristiwa Gang 17 kemarin harus ditambal dengan permohonan maaf tokoh-tokoh Tionghoa yang mengatasnamakan warga Tionghoa?
Tujuan dari Lie Khi Leng, Phang Khat Fu, Tan Tek Sie, Kardi Kahim, Lim Kui On, Ateng Tanjaya, Sutadi, Liang Kia dan Setiawan Lim mungkin baik dan mulia. Tetapi kalimat yang keluar dari iklan di media-media cetak lokal Kalbar yang “atas nama warga Tionghoa” mendapatkan komplain. Komplain itu sayup-sayup tambah besar. Laksana gejolak dari gunung es. Di muara tampak sedikit, tapi di dasarnya massal dan massif.
Komplain itu bukan tanpa dasar. Dasar berpikirnya tidak hanya logika empirik berdasarkan sejarah konflik di Kalbar, tapi juga sampai menggurat ke sisi psikologis. Misalnya, bagaimana jika terjadi kles lagi antara oknum warga Tionghoa dengan Melayu? Apakah akan diselesaikan dengan cara-cara minta maaf lagi? Minta maaf atas nama warga Tionghoa lagi? Apakah semua warga Tionghoa bersalah?
Permohonan maaf yang terbit edisi Sabtu (8/12) itu selengkapnya berbunyi:
Permohonan Maaf
Berdasarkan hasil pertemuan secara kekeluargaan yang diprakarsai oleh kepolisian kota besar Pontianak, kami atas nama warga Tionghoa Kota Pontianak dengan ini menyampaikan permohonan maaf atas kesalahpahaman yang terjadi pada hari Kamis malam tanggal 6 Desember 2007 di Jalan Tanjungpura Gang 17 (tujuh belas) dan sekitarnya, kepada saudara-saudara kami yang menjadi korban atau yang terganggu dalam peristiwa tersebut.
Demikianlah permohonan maaf ini kami buat dengan sebenar-benarnya tanpa adanya unsur paksaan dari pihak manapun, dengan dilandasi cinta kedamaian dan semangat nasionalisme dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). (Pontianak 7 Desember 2007).
Dari teks yang diekspose tersebut, sesungguhnya belum klir betul peristiwa Gang 17 itu. Modus operandi kasus yang terjadi seperti apa sesungguhnya belum terkuak. Versi-versi kasus merebak. Siapa yang salah? Mestinya harus ada putusan pengadilan. Dengan demikian pasti siapa yang benar dan siapa yang salah. Atau draw alias NO?
Proses hukum yang benar harus dibiasakan sehingga keamanan tidak bersifat semu. Sedangkan hak-hak warga negara sama kedudukannya di hadapan hukum serta semua setara.
Jangan sampai kasus Bung Karno dan Soeharto hadir pula di fragmen-fragmen kecil, di mana yang terjadi adalah penguburan masalah, tanpa jelas apakah Bung Karno atau Soeharto itu bersalah terhadap masalah idiologi atau korupsi karena tak pernah diadili. Padahal Indonesia adalah negara hukum?
Implikasi sikap dan tindakan seperti itu (law enforcement) merasuk ke wilayah ekonomi, politik, hingga sosial budaya. Jika kondisi kondusif sekarang ini benar-benar dapat kita manfaatkan untuk merenda sejarah Kalbar yang gemilang di masa depan, maka Pilkada Kota tahun ini juga akan dapat dilewati dengan mulus, tanpa ada gangguan yang berarti. ■
Senin, 04 Februari 2008
Imlek, Keamanan Kita Masih Semu
Posted by Noeris at 17.33
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar