Pro-kontra penanganan kasus hukum Soeharto
***
Jutaan pasang mata di Indonesia bahkan dunia menyaksikan prosesi pemakaman Jenderal Besar HM Soeharto, mantan Presiden RI yang ke-2, Senin (28/1) kemarin. Seluruh stasiun televisi di tanah Air memberikan siaran langsung sejak pagi hingga siang hari bertajuk Good Bye Mr President—Selamat Jalan Bapak Presiden. Sejak Cendana hingga ke Astana Giribangun, Solo, Jawa Tengah.
Seorang tokoh besar, saksi sekaligus pelaku sejarah telah menghembuskan napasnya yang terakhir karena sakit di RSPP, Minggu (27/1) pukul 13.10. Kawan maupun lawan politik Soeharto sejenak menundukkan kepala menghadapi kenyataan. Bahwa ketika Tuhan berkehendak memanggil hamba-Nya, tak sedetikpun waktu bisa ditunda.
Di Kalbar, antusiasme masyarakat menyaksikan laporan langsung prosesi pemakaman Pak Harto juga terlihat di kantor-kantor, di kampus-kampus, sekolah-sekolah, terutama juga di rumah-rumah. “Saya sekeluarga langsung yasinan setelah salat magrib bersama keluarga,” ungkap Kepala Dinas Diknas Kalbar, Drs H Ngatman. Hal senada dilakukan di kediaman Ketua DPRD Kalbar, H Zulfadhli dan rumah dinas Walikota Pontianak, Buchary Abdurrachman.
Tak urung, di dalam upacara HUT ke-51 Pemprov Kalbar yang dihelat Senin (29/1) pukul 08.00, Gubernur Kalbar Drs Cornelis, MH pidato tentang Soeharto sebelum membacakan sambutan tertulis Mendagri, H Mardiyanto. “Sudah sepantasnya kita memaafkan Pak Harto selaku Presiden RI yang ke-2. Telah banyak jasa-jasa Beliau dalam membangun RI selama 32 tahun kekuasaannya, walaupun sebagai manusia biasa, Beliau tidak lepas dari salah dan alpa. Untuk itu kita patut memaafkannya,” ujarnya.
Cornelis mengimbau agar seluruh rakyat Kalbar mengibarkan bendera setengah tiang sebagai tanda bangsa sedang berduka selama tujuh hari lamanya. “Saya imbau kantor-kantor pemerintah, swasta, sekolah-sekolah dan masyarakat luas untuk mengibarkan bendera merah putih setengah tiang sebagai tanda duka cita yang mendalam buat melepas kepergian Jenderal Besar Purn TNI HM Soeharto,” tegasnya.
Kisah Pak Harto membekas dalam ingatan banyak warga bangsa. “Saya atas nama pemerintah Provinsi Kalbar dan juga atas nama masyarakat Kalimantan Barat turut berduka cita yang sedalam-dalamnya atas meninggalnya Presiden Republik Indonesia yang ke-II, Bapak H.M Soeharto,” ungkap Cornelis menjawab wartawan di Pendopo Gubernur setelah upacara HUT ke-51 Pemprov Kalbar.
Cornelis menambahkan, sudah semestinya masyarakat Kalbar memanjatkan doa kepada Alm. Pak Harto mengingat jasa maupun dharma bhakti yang telah diberikan kepada bangsa dan negara Indonesia. “Karena bagaimanapun kita ikut berkabung selama satu Minggu sampai dengan tanggal 2 Februari, dengan menaikkan bendera setengah tiang dan mendoakan agar arwahnya diterima oleh Tuhan Yang Maha Esa. Dan keluarga yang ditinggalkan agar senantiasa tabah,” ujar Cornelis.
Komandan Brigief 19 Khatulistiwa, Kolonel Inf. G.E. Sufit di tempat yang sama mengatakan, sebagai warga negara yang baik dan sebagai anak bangsa Indonesia, tentu masyarakat harus mengerti atas kepemimpinan Pak Harto dan menghargai Beliau. Terlebih di Angkatan Darat (AD), Beliau merupakan seorang panglima besar. “Kita sebagai warga negara tentu harus memberikan rasa hormat atas jasa maupun pengorbanan yang telah Beliau lakukan bagi bangsa dan negara Indonesia. Sebagai pemimpin, Beliau selalu menjadi penutan kita di Angkatan Darat,” kata Sufit.
“Kita harus berdoa sejenak, agar arwah Beliau diterima di sisi Tuhan Yang Maha Esa. Bagi keluarga dan kita yang ditinggalkan serta seluruh rakyat Indonesia maupun segenap keluarga besar di Angkatan Darat, agar tetap kuat menerima cobaan ini. Tentunya kita harus lebih baik lagi di masa yang akan datang dalam melakukan pembangunan di Indonesia,” ujar perwira dengan tiga melati di pundaknya.
Komandan Pangkalan Udara (Danlanud) Pontianak Kolonel (Pnb) Abdul Muis menilai, yang jelas Beliau (Pak Harto, red) merupakan mantan Presiden Republik Indonesia yang ke-II dan sekaligus sebagai pahlawan di negeri ini. Tentu Beliau telah banyak memberikan jasa maupun pengorbanan yang besar kepada bangsa dan negara Indonesia. “Saya atas nama Danlanud turut berduka cita yang sedalam-dalamnya atas kepergian Beliau. Semoga semua amal dan dharma bakti Beliau untuk bangsa dan negara ini diterima oleh Tuhan Yang Maha Esa,” hatur Muis.
Ketua Dewan Adat Dayak Kalbar, Thadeus Yus, SH, MPA mengatakan, dengan meninggalnya Pak Harto, sebagai anak bangsa sekaligus sebagai masyarakat Kalbar merasa kehilangan seorang tokoh yang sudah cukup banyak memberikan bentuk kepada negara Indonesia dalam banyak aspek, seperti politik, ekonomi, budaya, hukum dan sosial. “Hal itu tentu memberikan landasan maupun warna dalam kehidupan seperti apa yang saat ini kita rasakan,” kata dia.
“Masyarakat Kalbar harus mengakui Beliau sebagai Bapak Bangsa. Sudah sewajarnya, masyarakat dan rakyat Indonesia turut berbela sungkawa atas kepergian Beliau. Terlepas dari kontroversi yang selama ini terus bergulir terkait dengannya. Mari kita bersama-sama memanjatkan doa bagi Pak harto, agar semua amal baik Beliau diterima di sisi Tuhan Yang Maha Esa,” pinta Thadeus.
Dia juga mengungkapkan bahwa program transmigrasi yang hadir di masa kepemimpinan Pak Harto juga memberikan manfaat tersendiri bagi rakyat Indonesia. Hal itu positif sekali.
Selanjutnya, sesuai dengan imbauan Presiden Republik Indonesia bahwa semua rakyat Indonesia larut dalam hari berkabung dan memasang bendera setengah tiang untuk memberikan penghormatan kepada almarhum Pak Harto.
Delematika Hukum
Wafatnya HM Soeharto meninggalkan tanda tanya besar mengenai status hukumnya.
Polemik pun terus berkembang. Banyak di antara masyarakat mengharapkan negara memberikan pengampunan terhadap status hukumnya, tapi banyak juga yang mengharapkan pemerintah harus meneruskan kasus ini karena menganggap yang wafat Soerhato tidak serta merta melunturkan kewajibannya sebagai seorang warga negara, apalagi di belakang Soeharto yang merupakan orang dekatnya banyak yang bermasalah dengan hukum.
Menurut salah seorang warga Siantan, Hariyanto (33) pedagang sayur di Pasar Puring Pontianak mengatakan Soeharto harus dimaafkan karena tidak ada masalah. Heriyanto mengatakan selama Soeharto memimpin malah negara lebih bagus dari pemimpin yang sekarang, karena selama Soeharto memimpin Heriyanto merasakan keadaan baik, tidak ada kenaikan harga, cari minyak tanah tidak susah. Apalagi pada masa itu keadaan selalu aman. “Sekarang malah lebih susah dari pada waktu Pak Harto dulu bang,” katanya
Dia bingung kenapa pemerintah sekarang terus-terusan mengejar Soeharto untuk di hukum, karena Heriyanto beranggapan bila kasus korupsi ia menilai semua pejabat korupsi, ia tak menjamin kalau memang pejabat itu bersih dari kasus korupsi.
Sama halnya yang dikatakan beberapa buruh bangunan di Siantan yang rata-rata berusia antara 20 hingga 30 tahun. Mereka katakan hidup zaman Presiden Susilo Bambang Yudoyono (SBY) malah lebih susah dari pada ketika Soeharto menjadi pemimpin. Mereka katakan begitu bukannya tanpa alasan, karena memang selama mereka merasakan Soeharto memimpin bangsa ini, mereka tak merasakan harus antre minyak tanah, susah mencari sembako yang sesuai isi kantong mereka.
Salman (28) mengatakan apa adanya mengharapkan SBY untuk memberikan maaf kepada Soeharto karena memang tidak mempunyai salah.
Sementara itu aktivis mahasiswa, Nurhadi tidak bersepakat bila dosa-dosa Soeharto selama memimpin harus diampuni begitu saja. Ia beralasan selama Soeharto memimpin Indonesia, sudah berapa banyak jerih payah masyarakat Indonesia termasuk di Kalbar ini yang dijual hanya untuk kepentingan pribadi atau kroninya.
Kasus besar yang menjadi utang Soeharto hingga sekarang adalah penghilangan sejumlah aktivis yang hingga sekarang tidak diketahui rimbanya ke mana, apakah sudah mati atau masih hidup. Era Soeharto juga pengekangan terhadap hak bersuara, berkumpul, dan berserikat seperti yang diamanatkan dalam Undang-undang Dasar 1945 Pasal 28 kuat mengunci demokrasi.
Nurhadi juga mengharapkan pemerintah sesegara mungkin untuk mengusut semua KKN, karena puluhan tahun berkuasa, Soeharto dan antek-anteknya meninggalkan ribuan dosa-dosa yang tidak bisa diampuni masyarakat Indonesia. “Bom waktu” di negeri yang bisa meletus setiap saat. “Bisa muncul ledakan dasyat,” katanya
Nurhadi menegaskan tiada kata maaf buat Soeharto yang telah menyengsarakan rakyat selama 32 tahun, baik fisik maupun mental.
Lain halnya dengan salah seorang anggota Komisi Perempuan Indonesia, Sisin.
“Terlepas dari apa yang menjadi permasalahan Soeharto, sebagai umat manusia, sudah sewajarnya kita mengampuni kesalahan seseorang. Tuhan saja yang Maha Kuasa, juga Maha Pengampun, apatah lagi kita sebagai makhluk-Nya,” ujarnya. ■
Selasa, 29 Januari 2008
Good Bye Mr President
Posted by Noeris at 00.58
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar