Sabtu, 26 Januari 2008

Lingkungan Isu yang Seksi


Road Show Jurnalisme LH (6)
Oleh: Nur Iskandar

Jika di Indonesia terdapat 365 kabupaten-kota, maka setiap hari akan ada pilkada. Warga akan bosan dengan cerita kampanye dan kampanye politik. Warga juga bosan dengan sikut-sikutan para calon wakil rakyat atau pejabat bupati-walikota. Demikian karena tidak ada musuh abadi dan tidak ada kawan abadi di dalam politik. Yang abadi hanya kepentingan.
Disadari akan situasi dan kondisi itu, Ketua DPRD Kabupaten Pontianak, H Rahmad Satria, SH, MH di dalam sambutannya ketika membuka acara Diskusi Jurnalisme Lingkungan Hidup mengakui hal tersebut. Menurutnya, isu lingkungan hidup saat ini adalah isu yang seksi. “Isu lingkungan hidup adalah isu yang sangat menarik karena menyangkut kepentingan semua makhluk. Politik sekalipun terdapat dalam lingkup lingkungan hidup ini,” ungkapnya.
Diakui Rahmad yang merupakan politisi dari Partai Golkar ini, bahwa kampanye lingkungan hidup tidak hanya dilakukan masyarakat dunia seperti Konvensi Global Warming di Bali, tapi juga sudah menyentuh pada tingkatan paling strategis yakni para jurnalis. “Jurnalis memegang peranan penting karena mereka mempunyai media. Media yang punya kesadaran akan penyelamatan lingkungan hidup pantas kita dukung beramai-ramai. Bila perlu kita kontrak dengan nilai yang besar,” ungkap Rahmad seraya mendapatkan applaus yang luar biasa dari sekitar 60 peserta road show jurnalisme lingkungan hidup yang berlangsung di ruang rapat paripurna DPRD Kabupaten Pontianak.
Rahmad mengakui, sejak dia duduk di lembaga legislatif belum pernah ada media yang melakukan terobosan untuk kampanye lingkungan hidup. Peran itu baru dilakukan oleh Borneo Tribune dengan bekerjasama dengan EC-Indonesia FLEGT Support Project serta lembaga pendidikan nirlaba Tribune Institute. “Selamat saya ucapkan kepada Borneo Tribune yang telah bisa menghadirkan freelancernya dari Bonn, Jerman. Kita amat sangat terpukau dengan segala gagasan dan pemikiran yang merupakan komparatif study antara Eropa. Amerika dan Peru dalam kaitannya dengan alam Indonesia yang kaya raya,” ujarnya seraya menyebut umur Borneo Tribune masih muda, tapi kinerjanya sudah internasional.
Rahmad mengatakan, Kabupaten Pontianak membuka diri yang seluas-luasnya bagi kegiatan serupa. “Lingkungan hidup adalah warisan anak cucu kita yang akan datang. Alam harus kita rawat jangan sampai rusak. Pembangunan harus berwawasan lingkungan. Segala aspek pembangunan harus menggunakan pendekatan yang ramah dengan lingkungan,” ungkapnya.
Road Show jurnalisme lingkungan hidup dihadiri sejumlah Ketua Komisi, anggota Dewan, para guru, pelajar, mahasiswa dan sejumlah aktivis lingkungan. Mereka dengan semangat dan antusiasme yang tinggi dalam bertanya-jawab.
Yanti Mirdayanti selaku pembicara utama mengaku puas dengan apresiasi dari para peserta kendati hari Jumat (18/1) tergolong waktu yang pendek. “Mempawah termasuk kota yang bersih. Kondisi ini harus dipertahankan. Bahkan ditingkatkan,” ungkapnya.
Yanti yang juga dosen Bahasa Indonesia di University of Bonn juga menyempatkan diri mengunjungi Pelabuhan Kuala Secapa serta berkeliling Kota Mempawah. “Kota ini tak kalah dari negara maju. Kendati fasilitasnya masih minim, tapi tata ruangnya sudah cukup baik. Mumpung tanah masih luas, ada baiknya jika fasilitas pedestarian (pejalan kaki) maupun pengguna sepeda diberikan jalur khusus. Kedua fasilitas itu akan sangat bermanfaat di masa depan. Terutama ketika orang menyadari bahwa jalan kaki dan bersepeda sangat sehat dan segar. Ia tidak menyumbangkan polusi suara dan udara. Juga hemat energi. Selain itu juga fasilitas transportasi umum tertantang untuk bisa melayani warganya dengan baik sehingga warga tidak beramai-ramai bernafsu memiliki mobil. Kalau semua keluarga hendak mempunyai mobil, pasti suatu waktu jalanan akan macet serta fisik tidak akan sehat karena boros energi serta kaya polusi.” Bersambung ■


0 comments: