Senin, 05 November 2007

Pesta Demokrasi

Sepekan sudah hari hingar bingar kampanye sebagai bagian dari “pesta demokrasi” berlangsung di Bumi Khatulistiwa. Sepekan waktu pula kita menyaksikan massa berkumpul mengelu-elukan pasangan kandidatnya. Kandidat nomor 1 Usman Ja’far-LH Kadir, pasangan nomor urut 2 Oesman Sapta-Ignatius Lyong, pasangan nomor urut 3 HM Akil Mochtar-AR Mecer, dan pasangan nomor urut 4 Cornelis-Christiandy Sanjaya.
Pasangan kandidat sejauh ini dengan senyum ramah menyapa massa. Massa pendukung pun menyambut dengan suka-cita. Tim sukses pun berhitung-hitung peluang kemenangan. Terlebih “tim inti pemenangan” Pilgub Kalbar yang kali ini buat pertama-kali pemilihan secara langsung.
Borneo Tribune sebagai bagian dari media massa tak terlepas dari imbas pesta demokrasi itu. Kami ikut bersuka-cita di dalamnya sesuai dengan koridor kode etik jurnalistik.
Kami turut melaporkan secara rinci apa-apa yang sedang dilakukan para pasangan kandidat, apa-apa yang mereka kampanyekan, dan termasuk berita promo terhadap para kandidat sesuai dengan tata aturan periklanan yang tentu saja memiliki rambu-rambu yang harus dipatuhi.
Sejauh ini kami memberikan peliputan secara berimbang kepada masing-masing kandidat yang sedang bertarung sesuai dengan prinsip liputan yang profesional. Di sana terkandung unsur daya kritis yang konstruktif.
Kritis berarti tidak menelan mentah-mentah setiap jargon dan pernyataan-pernyataan. Kami membedahnya dalam diskusi sejak di rapat-rapat redaksi, artikel, hingga penuangannya ke dalam bentuk tajuk rencana.
Konstruktif berarti membangun. Daya kritik yang kami tonjolkan sebagai fungsi kontrol dari pers ditujukan untuk membangun. Oleh karena itu pula kami senantiasa berpatokan kepada laporan yang balance, berimbang, tidak berat sebelah, apalagi menuding.
Dalam “pesta demokrasi” memang banyak pendapat. Banyak kepala, banyak pula pendapatnya. Dan tak jarang pendapat itu saling menguatkan, membantah, bertolak-belakang, tarik-menarik, diam—tanpa pendapat—yang berarti pula diam itu sendiri adalah pendapatnya.
Untuk beragam pendapat yang masuk adalah tidak mudah untuk merangkumnya. Di sini kebersamaan mendapatkan batu ujiannya.
Tapi syukurlah para leluhur sudah mewariskan petuah, “Bulat air karena buluh, bulat suara karena pendapat.” Kami lulus dari batu ujian itu.
Dengan petuah itu kami sama sekali menjadi tak gentar untuk menerima pendapat sepahit apapun kritik tersebut. Kuncinya ternyata adalah komunikasi yang terbuka. Dari hati ke hati. Ibarat semut yang saling berkomunikasi dan bergotong-royong mengangkat beban, tak ada pekerjaan yang tidak beres. Hasilnya adalah kebersamaan yang membahagiakan.
Buah dari kebersamaan adalah saling menguatkan sehingga menimbulkan iklim kemerdekaan berpikir, bersuara dan berpendapat dan demokratis.
Di Borneo Tribune sendiri tidak ada tekanan atas pilihan kepada kandidat tertentu karena semua kru di dalamnya memahami arti dan esensi dari demokrasi tersebut. Kami sudah memulainya dari diri kami sendiri. Oleh karena itu terhadap “pesta demokrasi” Pilgub Kalbar yang jatuh pada 15 November mendatang, kami lebih mengusung isu yang lebih luas yakni Pilkada Damai. Kami akan menggelar diskusi terbuka pada Sabtu (10/11) dengan bekerjasama dengan Untan, KPUD, Polda dan Forum Mediasi Kalbar. Bertempat di Rektorat Untan.
Adapun terhadap 4 pasang kandidat, kami menilainya semua baik, semua bagus. Kami memberitakannya sekaligus sebagai saksi atas keunggulan mereka sebagai putra-putra terbaik Kalbar. “Tinggal tergantung restu Tuhan-lah untuk siapa yang kelak kemudian keluar sebagai pejabat Gubernur Kalbar untuk masa bakti 2008-2013.” □




0 comments: