Senin, 05 November 2007

Syukuri Nikmat Pilgub Kalbar Damai

Dua pekan yang lalu saya berkesempatan melawat wilayah Utara sejak Mempawah, Singkawang dan Sambas. Sejurus waktu kemudian melawat ke Landak, Sanggau, Sekadau, Melawi, Sintang dan Kapuas Hulu. Sepanjang jalan semarak dengan baligo kampanye dalam rangka Pilgub, sedangkan untuk Singkawang lebih khusus lagi karena juga seiring dengan Pilwako setempat.
Pesta demokrasi kali ini terasa berbeda dari Pemilu-pemilu sebelumnya. Konstalasi parpol, etnik dan agama mengkristal di Pilgub kali ini. Analisisnya beragam dan tajam. Terlebih dikaitkan dengan Kalbar sebagai provinsi yang laten rawan konflik.
Ada anasir bahwa aktivasi etnis dan agama sangat rawan. Dampaknya juga akan sangat kurang baik jika pesta demokrasi dilandasi oleh semangat seperti ini. Kendati dari kacamata politik aktivasi etnik maupun agama adalah sah-sah saja lantaran tujuan politik adalah menang.
Pengalaman berjalan step by step untuk 2/3 dari wilayah Kalbar ada kesempatan bagi diri saya pribadi untuk melakukan riset kecil-kecilan soal potensi Pilkada Damai dengan Pilkada Rusuh. Hasilnya, menurut saya, potensi Pilkada Damai jauh lebih besar. Jika boleh diprosentasekan melebihi 75%.
Indikator ini selain terlihat dari sejumlah tahap Pilkada Gubernur yang semua sudah berjalan sukses dan lancar, juga adalah masa paling rawan, yakni kampanye. Kampanye terbuka sudah berlangsung 7 dari 14 hari yang dibentangkan. Selanjutnya 3 hari masa tenang diikuti hari H pencoblosan.
7 hari yang sudah dilewati semua bernapaskan kelegaan. Tidak ada benturan dan konflik yang anarkis. Aparat kepolisian tentu bisa bernapas lega serta tidur lebih nyenyak. Apalagi rakyat jelata seperi kita-kita. Tidur bisa lebih pulas dengan mimpi-mimpi demokrasi.
Kondisi yang sudah ada menurut Kapolda Kalbar, Brigjen Pol Drs Zainal Abidin Ishak sangat patut kita syukuri. “Syukur melahirkan kondisi yang lebih jernih karena menimbulkan motivasi pada diri sendiri untuk merawat dan memelihara kondisi yang telah ada,” ungkapnya berpilosofi.
Zainal bercerita di kantornya bahwa aparat siap mengamankan Pilkada Gubernur. “Saya yakin, dengan adanya kesepakatan damai yang bukan hanya kandidat, tapi juga tim sukses, di mana mereka siapa kalah maupun siap menang akan dipatuhi. Jika tidak maka ketentuan yang telah disepakati akan bersifat mengikat. Kami aparat tentu tegas.”
Zainal selain menonjolkan sikap mensyukuri keadaan yang telah kondusif seperti sekarang ini senantiasa mengimbau masyarakat untuk melaporkan secara aktif jika ada tindak-tanduk yang mencurigakan. Sebutlah seperti tertangkapnya oknum pembakar rumah yang meresahkan warga.
“Jika kita semua berperan aktif, maka daerah kita akan aman dan nyaman. Saya sendiri optimis Pilgub Kalbar akan sukses dan lancar,” timpalnya.
***
“Siapa kira-kira yang akan Bapak pilih dalam Pilkada nanti Pak?” tanya saya pada seorang pemilik rumah di Sungai Pinyuh. Saya pelan-pelan melakukan riset kecil.
Si pemilik rumah tercenung sejenak. Ia agak ragu untuk menjawab. “Sekedar ingin tahu saja Pak,” kata saya meyakinkan.
Pria yang sudah bercucu ini mengatakan akan pilih Usman Ja’far-LH Kadir. “Sudah terbukti Kalbar aman. Hasil pembangunan bisa dinikmati,” ungkapnya.
Di Kota Sanggau saya ditemani Tanto Yakobus bicara dengan santai kepada seorang bapak yang berbahagia karena dikaruniai seorang bayi mungil. “Omong-omong abang akan pilih siapa di Pilgub 15 November nanti?”
“Mau tahu? Untuk apa?”
“Kami riset kecil-kecilan saja,” kata saya.
“Semula saya akan pilih Akil Mochtar. Tapi sekarang akan pilih Cornelis. Tapi entahlah nanti di bilik suara,” ujarnya.
Saya dan Tanto Yakobus yang juga redaktur di Borneo Tribune menikmati makan malam di Kota Sanggau. Kami berdiskusi dengan seorang pengusaha Tionghoa. Di dalam diskusi ini dia menegaskan secara bulat dan utuh akan mencoblos Akil Mochtar-AR Mecer. “Beliau tak banyak bunyi dan janji. Bersatu lakukan perubahan. Itu sudah bagus,” pujinya.
Di Melawi beda dengan anekdot di Sekadau yang terkenal dengan SMS-nya. Apa itu SMS? Tanto Yakobus yang kelahiran Sekadau bercanda. “Sekadau Milih Sekadau,” ujarnya tergelak-gelak. Saya yang nyetir mobil pun segar dari rasa kantuk.
Di Kantor CU super megah di perbatasan Sekadau-Sintang kami mampir ke Keling Kumang. Di sini roda ekonomi berputar. Di white-board lantai dua terbentang papan putih bersih. Di sudut kiri atas ada stiker ukuran mini tabloid yang “mengkampanyekan” pasangan AMC. Saya berpikir dalam hati bahwa ternyata diam-diam CU bergerak juga.
Di Kota Sintang menurut Sekda Abdussamad kandidat incumbent masih kuat. Sementara di sepanjang jalan Kapuas Hulu rata-rata rumah ada stiker mencolok bertanda Akil Mochtar-AR Mecer. Ada beberapa baligo dan spanduk serta stiker yang menyebar dengan wajah UJ, OSO dan Cornelis.
Di Landak sendiri tak seperti bayangan orang bahwa Cornelis merajai areal pemasangan baligo. Cukup banyak wajah OSO dan UJ serta Akil yang besar-besar. Dan ini sekaligus membuktikan bahwa aktivasi etnis yang ditonjolkan Cornelis tak akan berdampak konflik yang berbahaya.
Saya sempat bermalam di Kota Landak. Di subuh hari terdengar azan yang lantang. Lagi-lagi ini sebagai bukti bahwa tidak ada kenyataan Cornelis melarang azan di wilayah kekuasaannya.
Cornelis sendiri saya ikuti kampanyenya di Gereja Bukit Zaitun Sintang. “Tuhan tak akan merubah nasib suatu kaum jika kaum itu tak mau merubahnya,” katanya seraya menegaskan hal itu dikutipnya dari Alquran.
“Kalau menang ya menang yang wajar. Kalau kalah ya kalah yang wajar,” ungkapnya enteng menjawab wawancara langsung RRI Sintang yang menanyainya seputar data LSI maupun angket sejumlah surat kabar.
Saya menilai masyarakat sudah cukup dewasa menilai kampanye dewasa ini. Bahkan mungkin masyarakat sebelum kampanye terbuka dimulai pun di hati masing-masing sudah ada pilihan kepada siapa suara mereka akan diamanahkan. Saya pun optimis Pilgub Kalbar akan aman dan damai. □


0 comments: