Minggu, 02 September 2007

Tiga Bulan Tribune Institute

Tiga bulan usia koran Borneo Tribune sejak launching 19 Mei 2007 di Pontianak Convention Center sudah tiga bulan pula usia Tribune Institute. Apa saja yang telah dilakukan lembaga pendidikan jurnalistik Harian Borneo Tribune ini?
Pada saat launching di pagi hari, siangnya Tribune Institute sudah “laku” di Politeknik Negeri Pontianak. Puluhan pelajar dan mahasiswa mengikuti diklat jurnalistik bersama awak redaksi Borneo Tribune. Jumlah pesertanya 30 orang.
Pelatihan demi pelatihan pun terus bergulir. Tribune Institute laris-manis sehingga terus hadir dan mengalir.
Tribune Institute punya visi sebagai institusi pendidikan jurnalistik yang unggul dalam iklim kompetisi yang kompetitif dengan semboyan menjunjung tinggi idealisme, keberagaman dan kebersamaan. Misi Tribune Institute melahirkan penulis-penulis yang andal di Kalbar pada khususnya dan Bumi Borneo pada umumnya.
Ilmu yang ditularkan di Tribune Institute sederhana saja. Dimulai dari yang kecil-kecil. Dimulai dari diri sendiri dan dimulai pada detik ini juga. Jadi tidak bertele-tele.
Silabus Tribune Institute disusun berdasar tiga tingkatan. Mulai dari pendidikan jurnalistik tingkat dasar, pendidikan jurnalistik tingkat lanjut dan pendidikan jurnalistik tingkat utama.
Dari tiga tingkatan tersebut Tribune Institute sudah menyelenggarakan sedikitnya 7 kali diklat jurnalistik tingkat dasar bekerjasama dengan mitra. Selain di Polnep juga di Bapelkes, di SMA Sungai Ambawang, Lembaga Pers Mahasiswa Islam (Lapmi) HMI Cabang Pontianak, BEM FKIP Untan dan Primakapon. Selebihnya bekerjasama dengan Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Mimbar Untan. Disebutkan terakhir ini, selain menghelat diklat, juga aktivitas bedah buku Politik Huru-Hara 1998 yang ditulis Fadli Zon.
Sederet pelatihan di atas belum termasuk seri diskusi di Borneo Tribune dan di luar Borneo Tribune via Tribune Institute. Di Borneo Tribune digelar diskusi bersama pakar politik-krim Iqbal Djayadi asal Universitas Indonesia (UI) yang menyelesaikan program doktoralnya di Den Haag—Belanda seputar Prospek Keamanan Pilkada Kalbar. Di luar Borneo Tribune, tepatnya di PDAM Kota Pontianak juga digelar diskusi pelayanan air bersih yang dilakukan PDAM kepada konsumennya. 14-16 Agustus digelar kursus dan kompetisi blogweb design serta malam 17 Agustus dilangsungkan diskusi malam renungan Hut ke-62 Republik Indonesia.
Sadar bahwa Tribune Institute sejak lahir sudah menjadi mitra banyak lembaga, kami terus melengkapi fasilitas di lembaga edukasi yang terus tumbuh subur dengan banyak kader-kader jurnalis muda andalan Kalbar ini. Selain melengkapi silabus, staf pengajar, perangkat, juga bahan-bahan ajar.
Metode yang diterapkan di Tribune Institute memang pola belajar orang dewasa. Yakni pola belajar sesuai kesadaran mereka masing-masing. Jika mereka membutuhkan, mereka yang akan aktif mencari. Instruktur di Tribune Institute hanya menjadi mediator semata-mata. Ibaratnya buku putih sama setiap peserta, tapi pena di tangan siapa. Dimensi who—siapa—menjadi faktor penentu utama.
Sikap belajar orang dewasa lain yang menjadi prasyarat adalah sikap atau attitude yang open minded, yang membuka diri. Terbuka untuk mengutarakan isi hati dan pikiran sehingga perencanaan ke depan dengan target-targetnya dapat dipetakan. Selain itu juga dapat diukur tingkat keberhasilannya. Wujud empirik rasional menyebabkan setiap peserta siap mengkritik maupun dikritik, bukannya narsis emosional yang setiap kali bicara seterusnya menepuk dada.
Wujud berpikir yang narsis emosional biasanya mengakibatkan kegagalan dalam belajar. Dampak dominonya adalah matinya kreativitas. Padahal tanpa kreasi nilai guna dan manfaat pers tak akan bisa optimal.
Berpikir yang rasional dan beretika adalah tujuan Tribune Institute menularkan ilmu jurnalistik kepada generasi muda. Di tangan kader-kader yang rasional dan beretika inilah diharapkan bisa mengisi kekosongan lembaga pendidikan pers di Kalbar untuk mengorbitkan sosok penulis. Penulis yang betul-betul ingin jadi penulis. □


0 comments: