Jumat, 21 September 2007

Laporan Perjalanan Rektor Untan Dr H Chairil Effendi dari German (2)


Rotary Club Bantu Dosen Tugas Belajar

Perhatian Swiss German University (SGU) tidak hanya terhadap Untan sebagai sebuah lembaga mitra riset dan kerjasama ilmiah, tapi juga terhadap dosen-dosen yang sedang tugas belajar.
Menurut Rektor, Dr H Chairil Effendi ada lima dosen Untan yang tugas belajar di SGU, mereka semua punya kinerja yang baik sehingga membuat harum nama Untan di mata SGU. Dari lima orang itu tiga orang baru saja menyelesaikan programnya. “Kini tinggal dua orang dan kami menemuinya,” ungkap Chairil.
Dengan kunjungan langsung Chairil itu dapat diketahuinya bahwa dalam menyelesaikan tugas-tugas belajar, para dosen tugas belajar itu juga butuh bantuan finansial. Terlebih biaya hidup di Eropa sangat mahal.
“Sudah menjadi rahasia umum bahwa dana beasiswa bagi para dosen untuk menyelesaikan strata dua atau tiga adalah pas-pasan belaka. Berbeda jika S2 dan S3 di Indonesia. Di Eropa jauh lebih mahal sehingga banyak keperluan yang mesti ditutupi. Apalagi saat penelitian dan penyelesaian tugas akhir,” ungkap Chairil.
Melalui proses kerjasama seperti yang diteken dalam MoU, para dosen Untan yang “kesulitan” dana dapat dibantu. SGU juga memberikan bantuan.
Tak hanya bantuan langsung dari SGU, dua orang dosen Untan di sana juga mendapatkan bantuan dari Rotary Club atas rekomendasi dari Rektor SGU.
Chairil meyakinkan dalam konteks kerjasama antara Untan dan SGU pola-pola kerjasama terus diperbaiki. Termasuk bagi dosen-dosen yang tugas belajar di German. “Kita mau mereka sedapat mungkin tidak terbebani dengan biaya,” ungkap Chairil. Tetapi, lanjut dia, sisi kreatif dari seorang dosen yang tugas belajar ke luar negeri juga amat sangat dituntut sebaik-baiknya. “Tak sedikit pula dosen yang tugas belajar di luar justru surplus. Tak jarang di sana mereka mendapat proyek-proyek penelitian yang bisa meningkatkan kualitas intelektual juga material,” imbuhnya.
Selama di German Chairil juga dibawa travel ke berbagai pusat intelektual dan kebudayaan. Antara lain ke pusat-pusat kota di German seperti Collocium, musium-musium, pusat-pusat keramaian hingga ke pusat pelatihan tenis ternama dunia: Barcelona.
Chairil mengaku berdecak kagum pada German. “Wajar German diacungi jempol dalam hal intelektual dikarenakan sikap hidup warganya yang disiplin, fokus, enjoy pada bidang kerjanya serta amat sangat menghargai waktu. Mereka sangat disiplin,” ujarnya.
Menurut Chairil di sisi transportasi tak ada keterlambatan barang semenit pun yang ia rasakan. Semua tertib. “Jika setiap diri mau maju dapat mencontoh keteladanan warga German. Begitupula untuk masyarakat kampus. Yang tak boleh dicontoh hanyalah pergaulan bebas,” katanya. Yang terakhir itu bertentangan dengan etika dan moral yang berlaku di Timur. □


0 comments: