Sabtu, 22 September 2007

Kembalikan Pakaian dalam Keadaan Bersih

Drs H Muin Ahta

Ketika lahir setiap manusia dalam keadaan suci bersih. Kondisi yang fitrah, suci dan bersih tersebut diibaratkan dengan pakaian yang bersih tanpa noda. Kondisi tersebut adalah anugerah dari Tuhan Sang Pencipta.
Dalam perjalanan hidup manusia, pakaian yang bersih itu berseteru dengan debu, dan berbagai kondisi cuaca. Sebagian besar pakaian itu menjadi kotor. Lalu bagaimana menjaganya agar tetap bersih?
Tuhan Yang Maha Pengasih memberikan mekanisme berpuasa. Berpuasa sama dengan membersihkan jiwa dan raga. Dengan demikian pakaian yang utama yakni takwa—sikap hidup yang patuh kepada segala perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya—adalah indikator pakaian kembali suci dan bersih.
Tujuan puasa jika diteliti dari QS 2:183 adalah, “Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” Pakaian yang terbaik bagi setiap manusia adalah takwa.
Derajat takwa secara batin diperoleh dengan latihan mengendalikan hawa nafsu, di mana sejak terbit matahari sampai terbenam panca indra dibiasakan patuh dan taat hanya kepada Allah. Sesuatu yang halal menjadi haram untuk dimakan dan dalam kondisi tertentu juga disentuh. Katakanlah suami-istri yang sah, semua karena Allah.
Kemampuan pengendalian diri ini menimbulkan sifat sabar, tekun dan teliti dengan pengawasan melekat dari Allah. Kesemua sifat itu membawa pada ketenangan dan kesuksesan. Baik di dunia maupun di akhirat.
Amaliah Ramadan seperti salat dan sahur juga melatih disiplin pada waktu. Kesemua itu mekanisme untuk membersihkan jiwa-raga dalam Islam. Pada sisi lain juga diajarkan zakat, infak dan sadaqah sebagai mekanisme pembersihan jiwa-raga.
Infak bersifat material. Sadaqah lebih luas dari infaq, yakni senyum pun bisa menjadi sadaqah. Sebagaimana zikir juga adalah sadaqah. Dengan demikian setiap orang bisa bersadaqah.
Zakat fitrah adalah kewajiban bagi setiap muslim yang mampu. Begitupula infaq dan sadaqah. Kegunaan zakat, infaq dan sadaqah ini untuk menjaga keseimbangan hidup antara si kaya dan si miskin serta aset utama membangun umat dalam bentuk material. Pembangunan diorientasikan bagi kesejahteraan umat. Dengan demikian tak ada ketimpangan sosial seperti kemiskinan yang sekarang menghantui dunia. (Disarikan Nur Iskandar dari khutbah Jumat di Masjid Raya Mujahidin (21/9) lalu) □


0 comments: