Senin, 13 Agustus 2007

Kami Pilih Nama Borneo Tribune

Tak Kenal Maka Tak Sayang (1)
Oleh: Nur Iskandar
Pepatah mengatakan tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta. Oleh karena itu dalam edisi perdana percontohan Senin (14/5), kami hadir untuk memperkenalkan diri.
Nama koran ini Borneo Tribune. Ditulis dengan tipe huruf klasik.
Nama Borneo sebenarnya adalah nama pulau terbesar ketiga di dunia setelah Green Land dan Papua. Kami bangga berada di pulau terbesar ini. Terlebih Borneo juga jadi paru-paru dunia karena keanekaragaman hayatinya yang tak tertandingi oleh kepulauan manapun juga.
Nama Borneo sudah tertulis di pustaka-pustaka tua mancanegara. Oleh karena itu Borneo sudah tercatat dan terkenal di mana-mana ketimbang nama barunya yakni Kalimantan.
Sesungguhnya kata Borneo berasal dari kata Brunai, yakni sebuah nama dari tumbuhan perdu yang hidupnya di pinggiran sungai dengan tipikal batang bertekstur keras dan berstruktur lurus. Kayu ini seringkali digunakan sebagai bahan bangunan atau tongkat. Brunai (Antidesma neurocarpum) juga sangat bermanfaat bagi ramuan obat-obatan.
Di masa penjelajahan samudera sudah mafhum daerah-daerah yang dikunjungi dicatat dengan rapi. Begitupula bagi Bangsa Portugis. Ketika mereka menemukan tanaman Brunai di pinggir sungai Kalimantan mereka menulisnya dengan Borneo, sebagaimana mereka menyebutkan Iban dengan Ibano. Dalam ilmu bahasa kaidah-kaidah seperti ini disebut dengan sistem tata bunyi atau fonologi.
Nama Borneo memang dipilih dari sekian nama yang diusulkan banyak pihak, baik di dalam maupun luar redaksi. Ada yang mengusulkan nama koran ini adalah Koran Baru, Harian Kami, Tribune Post atau Pontianak Tribune. Tapi pada akhirnya Borneo Tribune yang terpilih secara aklamasi.
Menurut fengshui, huruf B mendekati angka 8 yang berarti berkembang. Dalam kepercayaan Tionghoa angka delapan sama dengan hoki atau rezeki yang tak putus-putusnya. Alhasil jika dikongruenkan dengan aksara Arab, huruf B sama dengan Ba. Tak salah jika Bung Karno tokoh proklamator Indonesia saat meresmikan Alquran mushaf Indonesia menandainya dengan huruf Ba pada kata Bismillah (dengan nama Allah). Kami berkesimpulan bahwa kata Borneo memang “besar” sebagaimana kami punya keinginan koran ini tumbuh besar.
Sekedar intermezo sedikit. Pada suatu hari di awal bulan Nopember tahun lalu seorang sahabat berkata, “Berani kalian membuat koran? Di sini sudah banyak koran yang eksis. Apakah tidak menggarami lautan?”
Kami terkesiap. Pertanyaan itu hendak kami tangkis dengan sederet datum-datum dan fakta-fakta. Tapi belum sempat bibir ini melontarkan kata-kata dari berlembar-lembar konsep di benak, seorang tokoh menjawabnya dengan satu kata saja sehingga atmosfir diskusi terhenti beberapa detik. Katanya, “Bismillah.” “Dengan Bismillah kita melangkah.” Wajahnya menyiratkan antusiasme. Semangat.
Soal semangat berusaha dan ikhtiar kami memang tidak lupa. Kami terus belajar untuk itu.
Matshusita seorang pendiri Panasonic yang terkenal religius di Jepang pun menyerahkan sepenuh usahanya kepada Tuhan. Kalau Tuhan berkehendak, “Jadi, jadilah,” katanya. Kami juga yakin, “Kun fayakun!”
Kami pun berharap Borneo Tribune sukses dalam tataran konsep manusia serta sukses dalam pandangan Tuhan. Semoga Borneo Tribune menjadi ladang amal bagi kami semua sesuai dengan visi idealisme, keberagaman dan kebersamaan.
Kata Tribune mengacu pada padanan kata pentas atau panggung. Pentas atau panggung kehidupan memang merupakan nafas media massa dengan arti yang seluas-luasnya dalam merekam, memberitakan serta menceritakan dinamika masyarakatnya.
Tribune juga merupakan nama media-media besar di manca negara. Kita mengenal Chichago Tribune, The Herald Tribune, bahkan Jiran dengan nama medianya Sarawak Tribune. Nama Tribune juga adalah nama “besar”.
Keterpaduan kata Borneo dan Tribune juga “pas” di kuping sehingga dari sisi marketing turut membuka pasar. Kami suka dengan kata Borneo Tribune sehingga kami pilih dengan harapan nama juga mengandung unsur doa. Unsur harapan untuk menuju perkembangan abadi.
Kami memang koran baru yang hadir di Kalbar, tapi kami tak ingin memulai aktivitas kami seperti bayi yang belum tahu apa-apa. Oleh karena itu nama Borneo Tribune kami tuliskan dengan tipe huruf klasik. Klasik menandakan kami berpikir, meriset jauh ke belakang untuk memproyeksikan informasi, edukasi, entertein dan kontrol sosial jauh ke depan. Kami memang lahir dengan bulat tekad serta semangat untuk selalu tampil terdepan dalam segala aspeknya yang positif. Jadi, kami tak ingin hadir hanya untuk kesia-siaan. (Bersambung)

0 comments: