Sabtu, 28 Juli 2007

Wars Within

Perang Batin Tempo di Masa Orde Baru

Nur Iskandar
Borneo Tribune, Pontianak

Judul bukunya Wars Within. Idenya didapatkan Prof Janet Steel dari keberuntungannya mendapat kesempatan mengajar di Indonesia, tepatnya Universitas Indonesia pada era reformasi sedang bergulir di Indonesia. Sekitar 1997.
Janet Steel adalah guru besar ilmu narative reporting di George Washington University. Dia di Virginia sudah mendengarkan pidato Goenawan Moehammad (GM) yang juga Pemimpin Redaksi Majalah Mingguan Tempo tentang bagaimana Tempo diberedel di masa pemerintahan Orde Baru yang dipimpin Jenderal Besar Soeharto.
Kesempatan mengajar di Jakarta untuk UI dan LPDS Dr Soetomo digunakan Janet Steel untuk mengajar juga jurnalisme sastrawi di Pantau Foundation. Di balik kesibukannya itu, putri dari peraih Pulitzer Price ini melakukan riset di Tempo.
Untuk menulis buku yang tergolong lengkap soal Tempo, Janet Steel mendatangi sejumlah pendiri dan komunitas Tempo. Dia mewawancarai Goenawan Moehammad, Arief Budiman, Syu’bah Asa, Fikri Jufri, Bambang Hary Murti, Marsilam Simanjuntak, Nono Makarim dan masih banyak lagi.
Janet Steel di dalam bukunya “Wars Within” atau perang batin tentu saja menulis dalam bahasa Inggris. Bukunya pun diterbitkan di Singapura, tepatnya Equinox Publishing.
Janet mengupas persoalan cover majalah Detektif dan Romantika (DR) yang secara art design amat cerdas. Di sana tampak Soeharto sebagai raja.
Desain majalah DR memang menampilkan wajah Pak Harto dalam sebuah kartu As yang berkostum king atau raja. Di sini DR diberedel. Adapun Tempo tak lepas dari daya kritisnya kepada pemerintah sehingga diberedel.
Pengelola DR atau Gatra relatif adalah orang-orang Tempo juga. Mereka eksodus tentu terkait dengan pasang surutnya kondisi di internal Tempo. Tempo sendiri adalah mainstream jurnalisme di Indonesia.
Buku yang ditulis Janet Steel memberikan cakrawala bagi kita bagaimana sebuah media dilahirkan, dirawat dan menghadapi ranjau-ranjau politik dan bahkan kooptasi melalui pemerintahan yang otoriter. Tempo diberedel, tapi Tempo terbit kembali. Terbit hingga hari ini. Umurnya sudah 36 tahun karena Tempo lahir tahun 1971.
Cover buku yang menampilkan dua close up tokoh masing-masing Goenawan Moehammad dan Soeharto menyiratkan adanya perang dingin seperti diungkap pada isi buku ini. Seorang adalah budayawan sekaligus ilmuan, seorang lagi adalah Presiden RI.
Buku setebal 314 halaman ini bercerita tentang komunitas di Tempo, puisi, Orde Baru, strategi, insiden, negara, pembaca, eksodus dan hantu di negara Indonesia dalam ruang lingkup kerja media serta kebebasan media.
Janet Steel sendiri di dalam mengampu pelajaran narative reporting kerap menjadikan kata pengantarnya sebagai bagian dari jurnalisme sastrawi. Dia memulai dengan sebuah kutipan yang menunjukkan adegan, “Why should the army fear us when they are the ones with the guns?” (Mengapa tentara harus mengancam kita dengan senjata).
Kata-kata itu dipegang erat-erat Janet Steel tatkala menyaksikan pidato GM di Freedom Forum di Arlington, Virginia. Dia juga mendapatkan apa yang hendak diketahuinya dari wawancara langsung bersama GM, menyelami komunitas Tempo dan kemudian mewariskan hasil risetnya untuk bahan bacaan bagi siapa saja untuk mengetahui sejarah media di Indonesia. Membaca buku ini besar sekali manfaatnya dalam mengetahui hubungan media dengan pemerintah, termasuk kait mengaitnya dengan sejumlah tokoh politik hingga bisnis. □

0 comments: