Minggu, 08 November 2009

Buku Relasi Etnik Terapkan Budaya Hukum

Prof Esmi Guru Besar Sosiologi Hukum Undip
Buku Relasi Etnik Terapkan Budaya Hukum

Nur Iskandar
Borneo Metro, Pontianak
Jatuh ke tangan pakar sosiologi hukum, Prof Dr Esmi Warassih, SH, MS, tiga buku etnisitas karya peneliti utama YPB, Ir Kristianus Atok, M.Si atas sponsor Cordaid mendapatkan pujian. Selain menunjukkan sejarah konflik komunal di Kalbar, juga menggambarkan harapan hidup bersama secara damai.
“Buku ini bagus sekali. Saya senang mendapatkan banyak informasi dari buku ini,” kata mantan Rektor Universitas Pekalongan yang kini mengabdikan diri sebagai guru besar di Universitas Diponegoro, Semarang. Prof Esmi mendapatkan 3 buku yang turut disponsori oleh Borneo Tribune, Borneo Metro dan Tribune Institute ini dari tangan Dirut PT Borneo Tribune Press, W Suwito, SH, MH dan Ketua Yayasan Tribune Institute, Dwi Syafriyanti, SH, MH.
Pertemuan dengan Prof Esmi di sela kehadirannya di Pontianak untuk mengajar di program doktoral ilmu hukum di Universitas Tanjungpura, Sabtu (7/11). Undip bekerjasama dengan Untan untuk program strata 3 ilmu hukum. Program ini diikuti sejumlah dosen dan praktisi hukum di Kalbar.
“Buku ini tampilannya bagus, relatif tebal. Sekilas saya lihat isi di dalamnya sudah menerapkan komunikasi hukum dan budaya hukum,” tegas guru besar yang merupakan “anak emas” dari pakar sosiologi hukum Indonesia, Prof Dr Satjipto Rahardjo.
Baik Satjipto Rahardjo maupun Esmi menganut paham sosiologi hukum dengan perspektif bahwa hukum bukan tumpah laksana hujan dari langit. Hukum dibuat oleh manusia untuk mengatur dan mewujudkan tatanan yang tertib dan sejahtera. “Hukum tidak bergerak di ruang hampa yang abstrak, melainkan selalu berada dalam situasi sosial tertentu dalam lingkup manusia-manusia yang hidup,” katanya.
Buku relasi etnis yang akan dilaunching di Amphi Theatre Fakultas Kedokteran Untan (hari ini, red) menampilkan Prof Dr H Chairil Effendy, MS untuk membuka acara. Chairil selama ini dikenal sebagai pakar folk-lore atau sastra lisan. Ia juga sangat mengerti tentang geoetnopolitik relasi etnik di Kalbar. Tampil pula peneliti utama, Ir Kristianus Atok, M.Si alumni S1 dan S2 Untan yang kini tengah menyusun disertasi doktoral du University Kebangsaan Malaysia.
Pada kesempatan launching akan tampil keynote speech peneliti relasi etnik di tingkat SMA se-Kalbar, Dr Amrazi Zakso. Sedangkan pembedah buku menampilkan tokoh muda Madura, aktivis MiSem, Subro, pakar etnik asal STAIN, Dr Hermansyah dan pakar etnik yang terkenal dengan hipotesa 2020-nya, Prof Dr Syarif Ibrahim Alqadrie. Acara akan berlangsung sejak pukul 08.00-13.00.
Prof Esmi menyarankan agar buku-buku dan riset-riset etnis lebih diperbanyak lagi, karena dengan penulisan hasil riset bisa ditumbuhkembangkan kepada banyak hal positif lainnya. Sebutlah daerah Sebangki di Kabupaten Landak yang dihuni warga Dayak dan Madura, namun tidak pernah terjadi konflik komunal. Sebaliknya mereka hidup rukun, kompak, bersatu. “Ini contoh harmonisasi yang baik dan patut dijadikan suri tauladan. Suri tauladan itu merupakan bagian dari budaya hukum yang ditopang oleh sosiologi hukum,” imbuhnya.



0 comments: