Partnership, friendship atau persahabatan mengandung arti yang dalam. Hidup memang tidak bisa sendiri. Di dalam hidup kita membutuhkan orang lain.
Kita tidak bisa memungkiri fakta bahwa kenyataannya kita adalah makhluk sosial. Kita bukan makhluk super yang bisa mengatasi segala hajat hidup sendirian-wae. Kita makhluk homo sapiens, berakal, yang punya arti karena ada orang lain.
Hidup akan terasa indah dan nikmat jika kita bisa saling memberi dan menerima, bisa hidup dalam suka maupun duka, duduk sama rendah berdiri sama tinggi. Mengakui adanya kesetaraan antara satu pihak dengan pihak yang lain. Dilandasi oleh budi pekerti yang luhur, serta tulus.
Model interaksi sosial seperti di atas hanya bisa tumbuh dengan adanya kesadaran untuk berbagi. Kesadaran itu hanya bisa diperoleh dengan adanya keinginan belajar terhadap alam, membuka wawasan, serta mengakui bahwa pendidikan adalah adiluhung sangat penting.
Di dalam hari-hari aktivitasnya yang nyaris tiada henti, Borneo Tribune melayani dengan tangan terbuka setiap ajakan kerjasama. Apakah itu dari lembaga pemerintah, LSM, kampus, sekolah, hingga memenuhi undangan-undangan diskusi. Awak Borneo Tribune tidak hanya meliput, tapi juga tampil memberikan kontribusi pemikiran di dalamnya.
Kerjasama yang masuk ke Borneo Tribune sebagai sebuah koran lokal harian bagi kami adalah pengakuan eksistensi. Apalagi usia Borneo Tribune tergolong amat belia. Baru menginjakkan usianya yang ke-8 bulan.
Kendati demikian, tumpuan harapan yang disematkan ke pundak Borneo Tribune teramat sangat besarnya. Hal ini mau tidak mau harus membuat kami harus punya tenaga ekstra dalam partnership tersebut.
Asriyadi Alexander dan Stevanus Akim misalnya. Kedua redaktur Borneo Tribune ini harus punya tenaga ekstra demi memenuhi undangan sebuah sekolah negeri di Menjalin. Pekerjaan rutin di keredaksian harus dikerjakan secara total, pulang larut malam, tapi pagi hari sudah harus bertandang ke Menjalin yang jaraknya sekitar 90 Km dari Kota Pontianak. Pergi pagi pulang sore dan langsung masuk kantor lagi.
Apa yang dilakukan Asriyadi Alexander dan Stevanus Akim juga dilakukan para crew yang lain. Yusriadi harus bertandang ke Brunei untuk membentangkan makalahnya. Kabag Keuangan, Julianti dan Kabag Pracetak, Fakun misalnya, meski rela menyelesaikan tugas-tugas keseharian untuk juga dapat memenuhi undangan ke sejumlah tempat yang jauh seperti ke Kuching dan Singkawang.
Waktu-waktu libur pun kerap kali mesti dimanfaatkan secara optimal. Tujuannya tiada lain, menjalin partnership laiknya sahabat karib dengan stakeholder. Saling tolong-menolong dan bantu-membantu.
Bantuan yang bisa Borneo Tribune berikan tentu saja berkaitan dengan pemberitaan. Sedangkan dalam hal peningkatan mutu SDM bidang jurnalistik kami membuka kesempatan belajar secara gratis di Tribune Institute.
Kiprah yang dijalankan sejak Borneo Tribune terbit di 19 Mei 2007 lalu itu terus bergema. Tak urung Kepala Balai Kajian Sejarah Kalbar menggandeng Borneo Tribune plus sejumlah lembaga yang lain untuk melakukan pekerjaan yang lebih besar lagi, yakni Kongres Kebudayaan. Kongres Kebudayaan itu direncanakan pada Mei 2008.
Kita maklum bahwa di Mei, ada hari kebangkitan nasional dan ada hari pendidikan nasional. Antara keduanya menyiratkan seabad berdirinya lembaga pendidikan Boedi Oetomo.
Tujuan Kongres Kebudayaan se-Kalimantan tiada lain mengisi ruang kosong yang tidak diurusi banyak pihak. Pada sisi lain, sangat dalam nilai-nilai positif yang bisa dilahirkan dari kegiatan partnership tersebut. Baik dilihat dari pengembangan kapasitas (capacity building), maupun pembangunan karakter (character building).
Bagi Anda yang ingin terlibat, jangan ragu-ragu bergabunglah bersama kami. ■
Minggu, 16 Maret 2008
Partnership Menuju Kongres Kebudayaan
Posted by Noeris at 00.49
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar