Selasa, 22 Januari 2008

Selamatkan Penyu Hijau, Bangun Kebun Raya


BUKA CINDERAMATA
Bupati Burhanuddin didampingi Wabup Djuliarti Djuhardi menerima cinderamata dari Harian Borneo Tribune yang diserahkan Nur Iskandar didampingi freelancer asal Bonn, Jerman, Yanti Mirdayanti di Pendopo Rumah Dinas Bupati, Rabu (16/1). FOTO Budi Rahman/Borneo Tribune


Kampanye Jurnalisme Lingkungan Hidup (2)
Oleh: Nur Iskandar

Luar biasa sambutan Bupati Kepala Daerah Kabupaten Sambas, Ir H Burhanuddin A Rasyid saat membuka Diskusi Jurnalisme Lingkungan Hidup, Rabu (16/1) kemarin. Tak hanya membuka, orang nomor satu di Pemkab Sambas ini mencurahkan segala uneg-unegnya prihal pembangunan berwawasan lingkungan.
“Saking pentingnya pembangunan berwawasan lingkungan hidup, dan pentingnya kerjasama dengan pers, maka saya tak hanya hadir sendiri, tapi juga didampingi Ibu Wakil Bupati,” ungkapnya di awal pidato.
Bupati yang punya latar belakang pendidikan pertanian mengaku paham arti pembangunan berwawasan lingkungan hidup, dan selama bekerja di pemerintah, sejak menjadi penyuluh pertanian hingga menjadi bupati, dukungan dan kerjasama dengan pers amat sangat erat.
“Saya sangat mendukung kegiatan ini, apalagi kedatangan freelancer Borneo Tribune dari Bonn, Jerman yang sudah melanglang buana ke Eropa, Amerika dan Peru,” ungkapnya seraya berharap, jika ada bantuan dapat dibicarakan secara langsung dengan Ibu Wakil Bupati. “Maka Ibu Wakil saya ajak ke sini sebelum acara syukuran di desa pedalaman 3 jam dari sini,” ujarnya.
Kata Burhanuddin, dia lebih banyak melibatkan peran aktif wanita dalam pembangunan. “Kemarin ada aktivitas perempuan menanam pohon dalam rangka Konvensi Perubahan Iklim di Bali. Saya lihat perempuan genah dalam bekerja. Kalau laki-laki lebih banyak merokok. Baru sebatang menanam, lalu banyak merokoknya,” ujar Bupati bercanda dan disambut senyum meriah peserta yang dominan dinas instansi terkait.
Bupati menjelaskan bahwa dia memprioritaskan pembangunan berwawasan lingkungan. Salah satu yang ingin diwujudkannya adalah kebun raya. Kebun raya ini mirip dengan Kebun Raya Bogor.
Soal kenapa Sambas perlu kebun raya, karena sudah semakin menipisnya hutan sehingga banyak jenis plasma nutfah yang hilang. Burhanuddin menyebut punahnya rambutan canting dan bahkan sudah dibiakkan di Sarawak. “Padahal induk asalnya dari kita. Itu rambutan yang besarnya seperti canting atau kaleng,” ujarnya.
Banyak tumbuhan yang musnah karena pembangunan tidak bersahabat dengan lingkungan. “Maka dalam membangun kantor Bupati Sambas, saya juga minta hutan di sekitarnya tetap dipertahankan. Kalaupun mau membuat taman, tolong jangan menebang pohonnya. Itu pohon lama menumbuhkannya. Jika dirawat dia nampak indah. Saya suka keindahan alam itu, seperti tampak dari Pendopo,” ujarnya memberikan contoh dari posisi podiumnya menunjuk ke arah kebun di depan rumah dinasnya.
“Pemilik kebun di depan rumah saya ini mengatakan tak enak semak belukar, seolah-olah tak dirawat. Tapi sebenarnya alamiah begitu indah,” ungkap Burhanuddin dengan penuh semangat.
Dia juga menjelaskan soal keunikan Sambas dalam hal penyu hijau. Ini daya pikat pariwisata dan jenis satwa yang dilindungi.
“Kami akan kembangkan pariwisata, tapi tak mengganggu kehidupan penyu hijau. Ini penyu satu-satunya di dunia dan menetap di Sambas,” ungkapnya.
Kepada freelancer Borneo Tribune, Bupati Sambas menitip pesan agar peneliti asing datang ke Sambas melakukan riset. “Kami sadar riset membuahkan rekomendasi yang bisa menarik investor,” ungkapnya menyebut sejumlah contoh kerjasama dengan Bank Dunia, ADB, dan berbagai lembaga lain.
Bupati mengatakan tidak silau dengan uang dibandingkan dengan penyelamatan lingkungan. “Kalau mau kaya, saya sudah dari dulu. Misalnya mengizinkan penggalian pasir untuk Singapura. Per bulan saya bisa dapat Rp 1 miliar. Tapi saya tidak mau karena merusak lingkungan dan warisan yang buruk bagi generasi mendatang. Ndilalah, Pak Kuntjoro Jakti saat seminar mengatakan, Singapura bukan mau pasirnya, tapi bahan untuk melapisi kapal selam yang tak bisa dideteksi oleh alat-alat canggih.”
Kata Burhan, jika izin penggalian pasir diberikannya saat dirayu investor Singapura, maka rusaklah lingkungan.
Bupati merasa gembira pers punya perhatian pada lingkungan hidup. Dia mendukung dan minta di lain waktu dilakukan lagi kegiatan serupa dengan daya dukung jauh lebih sempurna. “Saya mau semua aparat dan staf saya hadir soal lingkungan hidup ini,” ungkapnya. (bersambung) ■



0 comments: