Rabu, 14 November 2007

Kemenangan Diprediksi dari Kantung Gemuk

Pertanyaan paling mendasar masyarakat hari ini selain keamanan, juga adalah siapa dari kandidat yang bakal keluar sebagai pemenang. Prediksi-prediksi selama ini sudah banyak beredar. “Namun soliditas 100% nyaris tak akan terwujud melainkan semua membentuk irisan-irisan persinggungan. Dengan demikian sesungguhnya semua kelompok akan pecah,” ungkap pakar sosiologi asal Universitas Indonesia yang menyelesaikan program doktoralnya di Den Haag-Belanda soal konflik di Kalbar, M Iqbal Jayadi saat hadir berdiskusi di Harian Borneo Tribune.
Berdasarkan pendapatnya itu prediksi kemenangan dapat ditelusuri dari 2.930.245 pemilih tetap bakal mengarah kepada siapa. “Siapa dari empat pasangan kandidat yang berhasil menguasai kantung-kantung suara yang “gemuk” maka dia akan dapat diterka bakal memenangkan Pilkada yang menerapkan rumus kemenangan 25% plus 1,” timpal Sujadi, anggota KPU Kota ketika diskusi soal prediksi siapa yang bakal keluar sebagai pemenang dalam Pilgub Kalbar hari ini, Kamis (15/11).
Sebaran suara dengan urutan dari gemuk ke kurus adalah Kabupaten Pontianak, Kota Pontianak, Sambas, Ketapang, Sanggau, Sintang, Landak, Kapuas Hulu, Bengkayang, Singkawang, Sekadau dan Melawi.
Keempat kandidat masing-masing Usman Ja’far-Laurentius Herman Kadir, Oesman Sapta-Ignatius Lyong, Akil Mochtar-AR Mecer dan Cornelis-Christiandy tentu saja sudah memperhitungkan “merebut” simpati suara di kantung-kantung gemuk tersebut. Oleh karena itu sasaran kampanye paling besar disasarkan kepada kantung-kantung suara gemuk tersebut dengan berbagai pendekatan.
Pada umumnya kantung-kantung gemuk ini terdiri dari orang-orang yang terdidik dan terpelajar sehingga mudah menangkap apa yang dikampanyekan, bagaimana gerak dan aktivitas serta track-record dari masing-masing pasang calon.
Dari sisi suara memang banyak, tapi ke mana mereka menentukan pilihan juga tidak mudah ditebak akan menuju kepada siapa. Masing-masing kandidat punya plus-minusnya.
Oleh karena itu menarik membandingkan pemilih di kantung gemuk dengan kurus. “Yang kurus-kurus bersatu juga bisa jadi gemuk sehingga potensi kemenangan tinggal ditambah sedikit saja dari kantung-kantung gemuk,” timpal Sujadi. Dengan demikian yang paling masuk akal adalah kandidat yang menguasai dominan daerah gemuk kemudian ditambah sedikit dari kantung-kantung suara daerah kurus.
Kantung-kantung gemuk relatif berada di pesisir. Jika ditotalkan antara Kabupaten Pontianak, Kota Pontianak, Sambas dan Ketapang sudah berjumlah 1.550.614. Ini melebihi 50% suara total pemilih. “Logikanya, siapa kandidat yang menguasai kantung gemuk tersebut maka dia akan keluar sebagai pemenang,” timpal Sujadi.
Tapi di kantung-kantung gemuk ada tiga pasangan yang “berebut” massa. Di sinilah dinilai potensi suara akan “pecah” sehingga berbagi 1/3. Atau sekitar 500-an ribu suara. Entahlah jika ternyata pecahnya ada yang berat sebelah, atau tidak merata.
Kantung-kantung kurus juga tidak bisa dianggap remeh. Jika soliditasnya utuh, bisa mengungguli perolehan suara dari kantung daerah gemuk. “Kalau kantung daerah gemuk kalah, ya mestinya evaluasi di Pilkada yang akan datang,” komentar pengamat sosial, Marzuki Pasaribu. Sosok yang satu ini lebih mengajak masyarakat memilih secara rasional daripada emosional. “Membangun Kalbar mesti bersama-sama. Mestinya para kandidat juga berpikir begitu terlepas dari siapa pun yang menang,” ungkapnya.
Kata Marzuki yang menang mesti didukung. Yang kalah juga diberdayakan untuk bersama-sama membangun Kalbar. “Inilah pesta demokrasi,” ujarnya.
Dari berbagai analisa, mulai dari kantong suara parpol, aktivasi etnis, dukungan organisasi agama, pemilih rasional dan emosional hingga kantung-kantung gemuk-kurus tak lebih daripada analisa-analisa belaka. Tetap saja bukti konkretnya ditentukan oleh para pemilik suara hari ini. Itu pun jika tidak banyak yang golput. 





0 comments: